Share

Trap

Pancaran sinar cahaya mengusik indera penglihatanku, perlahan kubuka kedua kelopak mata. Hal pertama yang kulihat adalah gorden putih yang bergoyang akibat hembusan angin. Kukerjapkan mata berulang kali lantas bangun secara perlahan, meringis sakit, memegangi kepala sebelah kanan. Mataku seketika membulat saat kesadaran membawaku kembali ke dunia fana.

Serangkaian kejadian sebelumnya berputar dalam memoriku. Seringaian pria itu, tersenyum samar sebelum kegelapan menyeretku ke alam bawah sadar.

Gegas, kusibak selimut yang membungkus tubuhku, menghela napas lega begitu melihat pakaian yang kukenakan masih utuh begitupun jilbab yang kemarin masih melekat indah di atas kepala.

Kuamati seluruh ruangan, kamar mewah dengan nuansa serba hitam, satu patung wanita menari berada di ujung bagian sebelah kanan kasur. Menoleh ke kiri, mendapati pakaian sliding door kaca minimalis. Sangat mengagumkan, lampu keemasan yang bergelantungan tepat di atas tempat tidur beserta ceiling fan gold-nya.

Hei, Syifani sadarlah, bukan saatnya untuk mengagumi kamar seorang pencuri. Wait! Jika pria itu adalah seorang pembunuh, besar kemungkinan dia juga adalah seorang human trafficking. Buktinya, aku yang dia curi secara ilegal.

Aku bergegas turun dari ranjang, berlari menuju pintu.

Belum sempat tanganku memegang knop pintu, seseorang lebih dahulu membuka pintu kamar tersebut.

"Anda sudah bangun, Nona!"

Seorang wanita dengan pakaian hitam putihnya, tiba-tiba nongol, masuk tak lupa mengunci pintu kamar ini.

Di tangannya terdapat sebuah nampan berisikan satu piring makanan dan segelas air putih. Ia berjalan menuju kasur seraya menyimpan makanan tersebut di atas nakas dan memberitahuku bahwa makanan tersebut adalah sarapan untukku.

Aku berjalan mendekat ke arahnya. Menatapnya. "Dimana pria itu?"

Wanita tua yang ku perkiraan seumuran dengan ibuku itu mengernyit, tak paham.

"Pria si—?"

"Tuan Anda. Aku ingin bertemu dengannya."

Wanita itu kembali mengulas senyuman.

"Jika Anda ingin bertemu dengannya, Anda harus menunggu hingga Tuan pulang dari kantor."

"Kalau begitu izinkan aku mengunjungi kantornya."

Wanita itu menggeleng. "Maaf Nona. Aku diberi titah untuk tidak mengizinkan Anda keluar dari kamar ini."

Perasaan yang sangat amat pahit naik ke kerongkonganku, bagai mengalir melalui gigi yang saling gemeletuk.

"Saya permisi Nona, selamat menikmati sarapannya."

Aku bergegas berlari, tapi kalah cepat dengan ayunan pintu kamar itu. Kulayangkan tinju, berdecak kesal, padahal sedikit lagi aku bisa menerobos keluar dari kamar pengap ini andai aku lebih cepat dari wanita paruh baya tadi.

Erangan frustasi, umpatan kasar menggema dalam kamar pria bedebah gila itu. Lega. Menghela napas panjang, setidaknya aku bisa menyuarakan kekesalanku lewat kata-kata mutiara. Mataku seketika mencari celah untuk kabur, hingga tatapanku jatuh pada kaca bening kamar ini.

Tanganku bergegas membuka kain gorden yang menutupinya seraya berusaha sekuat tenaga membuka kaca jendela itu. Sulit. Bahkan kursi yang kulempar dengan kuat pun tidak bisa memecahkannya. Tunggu, apakah ini kaca anti pecah? Atau apalah namanya.

"Ihhhhhh." Geram, kulayangkan terus tendangan pada kaca sialan itu. Siapa juga yang sudah menciptakan kaca tak berguna ini?

Bukannya pecah, yang ada akunya yang capek sendiri. Dua kali kabur tapi tak satu pun yang berhasil. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Duduk meringkuk di atas kasur. Pasrah apa pun yang akan terjadi. Ya, Rabb, hamba sungguh takut. Jika ini adalah jalan takdir hamba, hamba pasrah. Tapi, hamba mohon wafatkanlah hamba dalam keadaan syahid karena mempertahankan kehormatan hamba sebagai seorang muslimah.

"Nak, jika suatu saat nanti kamu berada dalam masalah, jangan menyerah. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Allah tidak akan pernah menguji hamba-Nya di atas batas dari kemampuannya. Ingatlah, ketika Nabi Yunus as. Ditelan perut ikan paus."

Dalam perut paus yang gelap, sesak, dan penuh kesedihan itulah Nabi Yunus menyadari kesalahannya. Dia sangat berduka hingga memohon pada Allah untuk secepatnya keluar dari perut ikan.

Nabi Yunus pun lekas berdoa agar segera dikeluarkan dari perut ikan paus

لَّاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنۡتَ سُبۡحٰنَكَ ۖ اِنِّىۡ كُنۡتُ مِنَ الظّٰلِمِيۡ

Arab latin: laaa ilaaha illaaa Anta Subhaanaka innii kuntu minaz zaalimiin

Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim."

Dzikir dan doa Nabi Yunus dikabulkan Allah SWT sehingga dia dikeluarkan dari perut salah satu hewan terbesar di dunia tersebut. Allah SWT juga membantu Nabi Yunus dalam proses pemulihan hingga siap kembali berdakwah.

Wajah tampan dan senyum menenangkan dari Ayah menatap anaknya ini penuh kasih sayang. Bak cahaya yang menutupi wajah Ayah hingga hilang ditelan kegelapan.

"AYAH!" Napasku naik turun. Tak sadar bahwa aku ternyata menangis dalam tidur.

"Kau sudah bangun?"

Menoleh, mendapati wajah seorang pria yang tengah duduk di single sofa, bersedekap dan menyilangkan kaki.

Kusibak kasar selimut yang membungkus tubuhku dan berjalan cepat menghampirinya.

Menatapnya penuh permusuhan. "Apa masalahmu denganku? Aku bahkan tidak punya salah apa pun denganmu."

Ia mengangkat wajahnya. "Apa kau tidak lapar? Makananmu masih utuh." Ia menunjuk nakas dengan dagunya.

Apa pria kampret ini sedang memancing emosiku? Tanganku semakin terkepal erat.

"Apa kau tidak mengerti bahasa manusia? Aku bertanya apa masalahmu denganku, Hah?" Napasku naik turun, mencoba agar tidak menjambak rambut pria bedebah gila ini.

Pria itu berdiri. Memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.

Kami saling menatap. Aku menatapnya nyalang.

"Kita bicarakan itu setelah perutmu sudah terisi makanan. Aku akan menyuruh Ms. Caroline mengganti makananmu dengan yang baru." Ia berlalu dari hadapanku setelah mengucapkan kalimat tersebut.

"Aku lebih mati kelaparan daripada makan makanan dari seorang pembunuh!" teriakku lantang. Membuat derap langkahnya terhenti.

Sedetik kemudian ia kembali melanjutkan derap langkahnya, sebelum pria itu berhasil memutar knop pintu, sebuah majalah yang kuambil di atas meja dan melemparnya berhasil mendarat mulus di kepala bagian belakangnya.

Pria itu menggerakkan kepalanya, berbalik badan. Wajah dingin dengan tatapan tajam miliknya menatapku. Berjalan cepat kembali menuju arahku. Dapat kulihat rahang tegas itu mengeras.

Aku berjalan mundur saat kaki jenjangnya terus berjalan maju semakin mendekat.

"B-berhenti!"

Pria itu seakan tuli tak menggubrisku. Hingga membuat tubuhku terjatuh di atas tempat tidur.

Aku memalingkan wajah saat dia menunduk, mensejajarkan wajahnya ke wajahku. Hingga hembusan napasnya menggelitik kulit wajahku.

Susah payah ku telan salivaku. Rasa takut menggerogoti seluruh aliran darahku. Kini, tubuh kekar itu mengungkungku sementara kedua lengannya mengurungku.

"Sudah berapa lama kau tidak pernah mandi?"

Aku refleks menoleh. "Hah?"

"Kau sangat bau!"

Aku melongo tidak percaya. What the… Ia kembali menegakkan tubuhnya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia berujar, "Lebih baik kau bersihkan dulu badanmu dan jangan lupa untuk membersihkan gigimu sekalian."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status