Tamally Ma'ak

Tamally Ma'ak

By:  Ae-ri Puspita  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
16Chapters
387views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Karena kejadian satu malam itu, aku terpaksa menjadi tawanan pria bedebah gila ini. "Kau hanya punya satu kesempatan untuk kabur dariku." Sergio Rodriguez.

View More
Tamally Ma'ak Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
16 Chapters
Middle Of Night
Bandara Internasional John F. Kennedy, New York Menempuh perjalanan selama sekitar 25 jam 45 menit dengan transit selama 3 jam 5 menit bukanlah hal yang tidak melelahkan, sungguh sangat lelah, tetapi hal tersebut terbayarkan saat diri ini menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kota yang mendapat julukan “Big Apple” itu. Sebuah negara markas PBB, pusat bisnis, budaya, hiburan, mode yang dikenal dengan julukan “kota tidak pernah tidur.” “Taxi!” Kulambaikan tangan pada mobil berwarna kuning yang kebetulan lewat. "Where will I take you, Miss?" Pak sopir bertanya saat aku sudah duduk di kursi penumpang belakang dan menutup pintu mobil. Kuperlihatkan layar hpku. Menunjukkan sebuah alamat. Taxi itu pun berjalan dengan kecepatan sedang, membelah Broadway menuruni lembah ke arah South Street di East River melewati pusat historis dari distrik keuangan Amerika, Manhattan. Berbelok sekitar tiga kilometer, mengambil jalan pintas, mungkin untuk meminimalisir hambatan akibat macet. Hingg
Read more
Nightmare
Sekuat apapun jiwamu tapi saat engkau berhadapan dengan hal yang mengguncang batimu pasti engkau akan merasakan jiwa takut itu. Pada hakikatnya rasa takut adalah hal yang wajar. Wajar karena kita hanyalah manusia lemah. Perasaan tersebut sangatlah manusiawi adanya dan siapapun pasti akan merasakannya. Termasuk diriku, tangisku pecah, bulir bening terus berjatuhan hingga membasahi sekujur tubuh, berlari seorang diri dalam larutnya malam tanpa memperdulikan rasa sakit yang kian menggerogoti setiap inci diri, rasa pegal pada pergelangan kaki yang terus membawaku berlari. Berlari dan terus berlari, menjauh dari tempat para pembunuh itu. Percuma! Minta tolong pun tak ada gunanya. Tak akan ada orang yang akan mendengar jeritan minta tolong gadis ini. Satu-satunya yang dapat menolongku hanyalah Tuhanku, Allah subhanahu wa ta'ala. Aku tidak tahu harus melangkah kemana lagi. Deru napas terus memburu, pengap merayap perlahan masuk ke dalam rongga dada, terhimpit kuat hingga sesak menarik oksige
Read more
Run Away
“K-kau.” Ia mengulas senyum, langkahnya terus maju tatkala langkahku mundur. Hingga punggung belakangku menabrak dinding yang membuatku tak bisa mundur lagi.Dia berdiri berjarak tiga langkah di depanku sembari memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana kain hitamnya. Menatapku dengan tatapan yang sulit untuk kutebak. "A-apa maumu." Bohong, kalau aku tidak merasakan takut. Dia kembali mengayunkan langkahnya. Ancang-ancang kuambil posisi mempertahankan diri, kedua telapak tanganku terkepal di depan mukanya. “Jangan coba-coba mendekat!”Dia tersenyum lebar, membuatku semakin ketakutan. Itu bukan senyum bahagia, tapi senyum meremehkan. Kuteguk kasar salivaku. “Tidak ada yang lucu, Tuan?”Pembunuh. Tentu saja kalimat itu hanya ku utarakan dalam hati, aku masih waras untuk tidak mengumpatinya. “Posisimu seperti anak kecil yang sedang mengajak berduel.”Anak kecil? Dengusan kasar keluar dari hidungku. Ia menunduk, mensejajarkan posisi wajahnya ke wajahku membuatku semaki
Read more
Trap
Pancaran sinar cahaya mengusik indera penglihatanku, perlahan kubuka kedua kelopak mata. Hal pertama yang kulihat adalah gorden putih yang bergoyang akibat hembusan angin. Kukerjapkan mata berulang kali lantas bangun secara perlahan, meringis sakit, memegangi kepala sebelah kanan. Mataku seketika membulat saat kesadaran membawaku kembali ke dunia fana. Serangkaian kejadian sebelumnya berputar dalam memoriku. Seringaian pria itu, tersenyum samar sebelum kegelapan menyeretku ke alam bawah sadar. Gegas, kusibak selimut yang membungkus tubuhku, menghela napas lega begitu melihat pakaian yang kukenakan masih utuh begitupun jilbab yang kemarin masih melekat indah di atas kepala. Kuamati seluruh ruangan, kamar mewah dengan nuansa serba hitam, satu patung wanita menari berada di ujung bagian sebelah kanan kasur. Menoleh ke kiri, mendapati pakaian sliding door kaca minimalis. Sangat mengagumkan, lampu keemasan yang bergelantungan tepat di atas tempat tidur beserta ceiling fan gold-nya. Hei,
Read more
Let Me Go
Dia melenggang pergi setelah mengatakan kalimat sialan itu. Ingin rasanya ku cabik-cabik tubuh perawatannya, tapi aku masih belum mempunyai keberanian untuk melakukan hal tersebut. Sayang nyawa. Kuayunkan kaki masuk ke sebuah ruangan dalam kamar ini. Tercengang. Mulut dan mataku sama-sama terbuka lebar. Ini pertama kalinya aku melihat kamar mandi semewah dan se-Wah ini. Dasar kampungan, terserah, karena aku memang berasal dari kampung. Kamar ini lebih tepatnya cocok digunakan sebagai kamar tidur daripada kamar untuk buang hajat. Desain kamar mandi yang mewah dengan sentuhan tema old-school glamor. Mengadopsi warna putih yang terang dengan sentuhan tirai tulle memberikan kesan klasik elegan.Penempatan sentuhan emas pada beberapa ornamen di dalam kamar mandi membuat ruangan ini terlihat semakin mewah. Untuk mempertegas kesan mewahnya si perancang kamar mandi ini juga menambahkan lampu gantung yang glamorous.Mataku mengamati sekitar, memeriksa dan memastikan tidak ada kamera tersembu
Read more
Frauded
Ini sudah 1x24 jam, mungkin lebih dari janji yang pria gila itu ucapkan, tapi hingga saat ini belum kunjung batang hidungnya tampak. Bloon-nya aku malah termakan dengan janji manisnya. Ternyata semua pria di zaman sekarang sama saja. Catat! zaman sekarang, bukan zaman dahulu. Kutarik napas dalam-dalam, menghembuskannya. Baiklah, Syifani tahan, tahan sebentar lagi. Detik berganti menit, kesel, aku beranjak menuju pintu. Menendangnya sekuat tenaga sambil mengeluarkan suara keras seperti suara mahasiswa yang turun ke jalan meminta keadilan kepada pemerintah.“Buka! Aku tahu kau ada di luar.” Bomat kalau pintu ini bakal rusak ataupun roboh.“Tepati janjimu kurang ajar…..” Tanganku dengan keras menggedor-gedor pintu bercat putih itu. “Sergio si…”Ucapanku menguap di udara tatkala pintu itu terbuka lebar, menampilkan wajah merah padam seorang pria. “Apa kau tidak bisa sehari saja tidak berisik?”Kuangkat wajahku, pongah, menentangnya. “Tepati janjimu!”Ia menatapku lamat-lamat sedangkan a
Read more
Forbearance
Cahaya mentari bersinar terpantul menebus masuk melalui kaca bening penjara kamar ini. Berapa kali pun, aku mencoba untuk kabur, hasilnya tetap sia-sia. Kesabaranku selama berada di tempat ini benar-benar diuji. Lelah, putus asa, tapi aku tidak ingin menyerah. Tak ada kata menyerah dalam hidupku. Tempat ini seperti labirin. Sangat sulit dan tak ada celah untuk bisa kabur. Di setiap sudut ruangan terdapat ranjau pemantau, hingga aku tidak bisa lari melewati ranjau itu. Apa yang harus aku lakukan? Pikiranku membawaku berkelana mencari cara sedangkan mataku menatap lurus burung-burung yang berterbangan bebas di luaran sana. Berkicau seperti senandung melodi pagi yang menenangkan. Kuulas senyuman miris, kapan aku bisa bebas dari jeratan pria bedebah itu? Aku ingin kembali merasakan kebebasanku. Bebas kemana pun ku inginkan, bebas melakukan apa pun yang ku inginkan. Bukan terkungkung layaknya burung dalam sangkar dan terpenjara layaknya seorang penjahat buronan polisi. Kuhela napas pa
Read more
Ain't A Whore
“Sergio lepaskan aku sialan!” Aku berusaha keras agar lepas dari jeratan pria bedebah gila ini, tapi tubuh dan tenaganya lebih besar dariku. Mata elang itu kembali menatapku seperti binatang buas yang sedang kelaparan. “Sekali lagi kau mengumpat, aku bersumpah akan membungkam mulutmu.”Napasku memburu. "Baiklah, lepaskan aku… please." Muak, rasanya memohon pada pria brengsek sepertinya. Tapi, aku tidak punya pilihan lain. “Bukankah kau sendiri yang hendak menyerahkan dirimu dengan datang ke kamar ini, Mi amor?”Pria bedebah sialan ini benar-benar menguji kesabaranku. Lama-lama ku tonjok juga muka menyebalkannya. Kuhela napas lelah. “Kau pikir aku sama dengan wanita yang tadi kau bawa itu, huh?"Bibirnya terkatup, matanya menatapku lekat. “Apa kau tidak pernah merasa bersalah telah merusak kehormatan seorang wanita?”“Mereka sendirilah yang datang melemparkan tubuhnya padaku.” Ia melepaskan kungkungan tangannya. Berdiri selangkah dariku. Kubalas tatapannya dengan tatapan tajam. Ja
Read more
What Happened?
Smart timepiece backlight alarm clock berdering nyaring masuk ke dalam gendang telingaku. Kelopak mataku perlahan terbuka, mengerjap berulang-ulang kali guna menyesuaikan spotlight yang menerobos masuk ke dalam retina. Menoleh, ternyata sudah pukul setengah tiga dini hari. Menguap sembari bangun secara perlahan, menyadarkan kepala pada sandaran kasur, mengumpulkan nyawa yang belum terkumpul sempurna lalu menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuhku dan melangkah malas masuk ke dalam kamar mandi. Berwudhu dan melaksanakan salat malam. "Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra' Ayat 79) Rasa haus menyerang tenggorokanku. Kulangkahkan kaki menuju nakas, duduk di pinggir kasur, menghela napas pelan saat melihat gelas di atas nakas itu sudah kosong. Dengan berat kaki, kuayunkan langkah menuju pintu, mengetuknya, berulang-ulang kali berharap para pengawal yang ber
Read more
Husband?
Embun jatuh perlahan seiring fajar menyapa keramaian, terdengar derap langkah kaki orang-orang yang berlalu-lalang ke sana kemari, membuat tidurku terganggu. Perih, saat mata ini terbuka, berapa jam tidurku? "Awww…." Meringis pusing, memujit pelipis saat membangungkan diri sendiri. Kuangkat wajah bantalku melihat ventilasi udara yang telah memantulkan cahaya sang surya. Ternyata aku tidak sadar ketiduran bahkan mukena yang semalam aku pakai masih terpasang di tubuhku. Sebentar! Mukena? Mataku sontak membulat. Teringat. Bagaimana keadaan pria itu? Apa dia baik-baik saja? Kusingkirkan kain panjang yang membalut tubuhku dan menyimpannya kembali di atas bedside cabinet. Berjalan keluar. Tunggu. Sontak langkah kakiku terhenti. Tersenyum licik. Bukankah ini kesempatan untukmu kabur Syifani? Apa yang kau tunggu lagi? Kesempatan emas ini tidak akan pernah datang untuk kedua kalinya.Bener, untuk apa juga aku peduli padanya? Kuangkat bahu tak acuh seraya bergegas berlari keluar rumah sakit
Read more
DMCA.com Protection Status