Share

Bab 5

Setelah mengantar Naya dan Arman, Ardila tidak langsung pulang. Ia sangat malas bertemu keluarga suaminya.

Di sinilah Ardila sekarang, duduk tenang di ruangannya.

Asisten Ryan masuk ke dalam setelah di izinkan. Ia segera menyerahkan dokumen, “Ini dokumen yang Ibu minta.”

Ardila mengangguk, ia melirik Ryan yang bergeming di tempatnya, “Ada apa Asisten Ryan?”

“Bukankah ini masih masa libur Bu Ardila, kenapa bekerja?”

“Aku hanya bosan, nggak ada salahnya aku bekerja.”

Asisten Ryan mengangguk, “Baiklah, selamat bekerja Bu Ardila.”

Ardila kembali fokus ke pekerjaannya setelah Ryan keluar ruangannya. Karena menikmati waktunya, Ardila pulang jam tujuh malam.

“Bagus banget ya, keluyuran terus!” sentak Firman ketika melihat Ardila baru pulang ke rumah.

“Nggak benar kali tuh di luar,” timpal Ningsih mengompori.

“Stop ya, Mas, Bu! Aku capek, aku baru pulang kerja. Aku mau istirahat!” sahut Ardila seraya berlalu di hadapan mereka.

“Aku baru ingat, mbak Ardila kan, punya perusahaan peninggalan ayahnya,” seru Rosa.

“Bujuk Dila, Firman. Agar dia mau kamu saja yang memimpin, Ardila biar fokus sama urusan rumah,” ucap Ibu Ningsih semangat.

“Benar juga Mas, kalau kamu duduk di kursi CEO pasti keren,” Sinta ikut menimpali dengan sumringah.

Firman jadi membayangkan dirinya memimpin perusahaan dan di hormati banyak orang, sudah membuat dadanya berdebar bahagia. Ia tidak sabar menantikannya.

“Tentu saja Bu, Sayang. Aku pasti akan membujuknya, karena istri harus menurut sama suami,” ucap Firman dengan pongah.

***

Ardila yang baru saja selesai membersihkan diri, tidak jadi membaringkan tubuhnya ke atas kasur karena ketukan di balik pintu.

“Ada apa Mas?”

“Mas mau bicara sebentar.”

Firman yang ingin masuk ke dalam kamar di cegah Ardila, “Kita ke dapur aja. Aku mau bikin minuman.”

Firman menurut, ia mengikuti Ardila ke arah dapur. Ia melihat Ardila dengan cekatan membuat susu coklat.

“Mas mau?”

Firman mengangguk tipis, “Boleh.”

Selesai membuat, Ardila menyajikannya di atas meja, “Jadi, ada apa?”

Firman menyeruput susu coklat buatan Ardila, “Ah, enaknya.”

“Mas hanya ingin agar kamu menyerah urusan perusahaan padaku, kamu fokus saja berbakti pada suami.”

Setelah melanjutkan ucapannya, Firman menatap Ardila yang terlihat melamun, sedetik kemudian menatapnya tajam.

“Kamu nggak akan bisa Mas,” sahut Ardila dengan tenang.

“Jangan meremehkan suamimu Dila. Hanya mengurus perusahaan, kamu pikir aku nggak bisa, hah!” ucap Firman dengan emosi.

“Aku sama sekali nggak meremehkanmu Mas, tapi kamu belum pernah terjun ke dunia bisnis. Dari luar memang terlihat mudah, berbeda dengan di dalamnya yang rumit.”

“Halah! Bilang aja kamu nggak mau menyerahkannya karena nggak mau berbakti sama suami sendiri, kan!” sentak Firman.

“Mas! Kamu itu paham atau enggak sih. Sekali kamu salah ambil langkah, yang ada perusahaan langsung gulung tikar!” balas Ardila kesal.

“Nggak akan! Aku pasti akan membuat perusahaan kamu semakin makmur Dila, percaya sama aku.”

“Kalau aku mau percaya sama kamu, berkerja menjadi karyawan biasa dulu bukan langsung meminta ke posisi atas,” ucap Ardila seraya berlalu meninggalkan Firman.

Firman menendang kursi yang ada di sampingnya, ia menatap kepergian Ardila dengan sorot tajam.

“Lihat saja, kalau sampai aku berhasil merebut semua hartanya. Akan aku usir kamu,” desis Firman.

***

Pagi harinya semua orang sudah berkumpul di meja makan, termasuk Afifah dan Dirjo yang sedang bertamu.

Dengan malas Ardila ikut duduk karena terus-menerus di paksa.

“Kamu itu nggak berbakti sekali jadi istri, malah berani menyuruh suami bekerja sebagai karyawan biasa,” seru Ningsih geram.

“Perbuatan kamu itu salah Dila, kodrat kita sebagai perempuan memang harus selalu di rumah. Enggak keluyuran apalagi bekerja,” timpal Afifah.

“Serahkan saja Dila, kalau Firman kesulitan. Paman Dirjo bisa bantu,” ucap Dirjo ikut-ikutan.

Ardila menatap paman Dirjo kesal, “Karena Paman pernah jadi asisten ayah selama setengah tahun, bukan berarti Paman meremehkan pekerjaannya!”

“Itu juga Paman hampir membocorkan isi dokumen penting pada rival ayah hanya karena Paman tergiur akan uang,” lanjut Ardila mencibir.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status