Share

Bab 41

Bibir Danendra melengkung saat notifikasi pesan di ponselnya muncul.

‘Kamu sudah makan?’

‘Belum,’ balas Danendra yang berbohong. Padahal baru saja Nick meninggalkan apartemennya. Sahabatnya itu membawakan makanan untuknya.

‘Kenapa tidak makan?’ Pesan selanjutnya kembali muncul diikuti emotikon marah.

‘Karena tidak ada makanan,’ Bibir Danendra terus melengkung saat membalas pesan dari Maharatu.

‘Astaga,’ Emoticon melongo mengiringi pesan terakhir Maharatu.

Lalu detik berikutnya, ponsel Danendra berdering.

“Dia langsung telpon,” ucap Danendra senang.

Sudah dua hari mereka tidak bertemu sejak kepulangan keduanya dari rumah sakit. Rasa rindu mulai menggerogoti hati Danendra. Pucuk dicinta. Wanita yang Danendra rindui menelponnya. Meski hanya suara tidak masalah baginya. Itu sudah cukup untuk meredam rindu yang semakin mendekam.

“Hallo,” sapa Danendra.

“Kenapa tidak bilang kalau tidak ada makanan sama sekali,” cerocos Maharatu.

“Lupa,” jawab Danendra asal.

Bibirnya benar-benar tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status