Share

Terjebak Cinta Terlarang
Terjebak Cinta Terlarang
Penulis: Nur Asih

Bab 1

Hari ini benar-benar sangat melelahkan bagi Maharatu, artis muda berusia 24 tahun. Pagi sampai siang hari dia harus syuting drama series terbaru. Sore hari sampai menjelang malam, dia harus pemotretan sebuah brand baju ternama.

Jam di pergelangan tangan perempuan berambut panjang itu sudah menunjukkan jam sepuluh malam saat wanita cantik itu sampai apartemen miliknya.

“Aku sangat lelah,” keluh Ratu yang berjalan lunglai menuju kamar.

Setelah membersihkan wajah dari make up yang membuat wajah terasa berat, Maharatu menuju kamar mandi lalu menyalakan lilin aroma terapi.

Dia duduk di pinggir bathtub, mengisinya dengan air hangat kemudian menuangkan sabun beraroma mawar, kesukaannya. Kaki jenjang Ratu masuk ke dalam air. Disusul seluruh tubuhnya.

Ratu memejamkan mata dengan kepala yang disandarkan pada bathtub menikmati aroma mawar yang membuatnya rileks. Rasa lelah membuat Ratu tertidur sepersekian menit.

Hingga nada dering khusus membuatnya kaget. “Astaga, bisa-bisa kamu tertidur Ratu,” rutuknya pada diri sendiri.

Ratu menggeser ikon warna hijau di ponselnya.

“Hallo, Mas,” sapa Ratu lembut.

“Kamu dimana?” Suara berat seorang pria memenuhi pendengaran Maharatu.

“Aku dirumah,” jawab Ratu.

“Alihkan ke panggilan video!” titah sang penelpon.

Tidak ada pilihan lain, Maharatu menurut.

Melihat penampilan Maharatu, jakun pria di seberang sana naik-turun. “Kamu menggodaku?”

Pria mana yang tidak tergoda melihat seorang wanita yang berendam di dalam bathtub dengan rambut yang diikat ke atas dan sedikit berantakan, sehingga leher jenjangnya terekspos sempurna.

“Siapa yang menggoda. Aku memang sedang mandi.” Ratu mencebik.

“Seandainya saja aku bisa ke sana. Habis kamu malam ini,” ancam si penelpon.

Ratu hanya menanggapi dengan senyum tipis. “Memangnya Mas dimana?”

“Aku ada di klub X. Biasa menemani calon investor bersenang-senang.”

“Selamat bersenang-senang kalau begitu,” kata Ratu yang akan mematikan panggilan video.

“Tapi kamu bisa ke sini, ‘kan?”

“Hah,” Ratu melebarkan matanya.

“Setelah sampai langsung hubungi aku. Aku akan memesan spesial room.” Panggilan terputus sepihak.

“Sial!” umpat Ratu menahan kesal.

Pria satu itu memang sangat egois. Mengenalnya adalah suatu bencana bagi Ratu meski harus wanita berkulit putih itu akui. Karena Bagaskara juga, dia bisa berada di puncak karir seperti sekarang.

Gegas Ratu membersihkan dirinya dari busa yang menempel di tubuh. Ratu kembali memoles wajahnya dengan make up dan lipstik merah merona kesukaan Bagaskara, suaminya.

Ratu melapisi dress sepaha bertali spageti berwarna hitam dengan Hoodie over zise. Meski sudah memakai Hoodie, Ratu tetap memakai topi, masker dan kacamata hitamnya.

Memacu mobil dengan kecepatan tinggi, Ratu harus segera sampai di klub X. Bagaskara paling tidak suka menunggu.

“Aku sudah sampai.” Ketik Ratu pada aplikasi berbalas pesan. Maharatu memilih tetap berada di dalam mobil, menunggu balasan dari Bagaskara.

“Maaf Sayang. Aku lupa hari ini Hanum ulang tahun. Aku harus menyiapkan kejutan untuknya. Lalu besok pagi Marisa mengajakku ke Singapura untuk merayakan ulang tahun Hanum.”

Balasan yang sangat panjang kali lebar dari Bagaskara membuat bibir tipis Ratu melengkung.

“Tidak masalah, Mas. Ulang tahun Hanum lebih penting, bukan!” balas Ratu.

“Kamu memang pengertian, Ratu.”

“Ayo kita nikmati malam ini, Ratu!” Ratu mengangkat tangannya ke atas. Karena sudah terlanjur sampai di klub, Ratu ingin bersenang-senang. Melepas penat.

Ratu melepas Hoodie miliknya. Memasukkan kacamata dan maskernya kedalam tas.

Ratu duduk di meja bartender, menenggak segelas minuman. Ini memang bukan pertama kalinya Ratu masuk klub. Bekerja di dunia entertainment, membuatnya cukup mengenal dunia malam. Karena dia harus pandai berbaur dengan artis lain dan para koleganya.

Ratu bangkit bergabung dengan yang lainnya di lantai dansa. Wanita itu terus meliukkan tubuhnya. Tanpa dia sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikannya dari jauh.

Mata elang Danendra terus berfokus pada seorang wanita cantik dengan tubuh sintal yang duduk sendirian di meja bartender.

“Kalian pergilah!” usir Danendra pada dua wanita di sampingnya.

“Apa kamu tidak ingin bersenang-senang dengan kami, Danendra,” ucap salah satu wanita. Tangan kedua wanita itu terus mengusap dada Danendra.

“Pergi kubilang!” Suara Danendra meninggi. Tatapannya pada kedua wanita itu berubah nyalang.

Tidak ingin terkena masalah. Kedua wanita itu memilih pergi.

Setelah kedua wanita itu pergi, pandangan Danendra kembali berfokus pada wanita cantik di meja bartender. Kecantikan wanita itu benar-benar mengalihkan dunia Danendra.

Danendra memutar gelas minuman di tangannya sembari memperhatikan gerakan sensual si wanita yang sudah beralih ke lantai dansa.

“Sepertinya dia mabuk berat,” gumam Danendra dengan senyuman tipis.

Hingga beberapa lelaki mulai mendekati si wanita. Pemandangan yang membuat darah Danendra memanas. “Sial, berani mereka mendekati mangsaku.” Danendra meletakkan gelasnya lalu, ikut turun ke lantai dansa.

Karena terlalu mabuk, Maharatu menanggapi semua pria yang berjoget di sekitarnya.

Danendra menepuk bahu lelaki yang berjoget dengan Maharatu. “Minggir, dia milikku!”

Melihat siapa yang menepuk bahunya, si lelaki memilih menyingkir. “Sorry, gue nggak tau.”

Dalam jarak dekat, Danendra bisa melihat pipi Maharatu yang merah karena mabuk.

Perawakan Danendra yang hampir mirip dengan Bagaskara, ditambah Maharatu yang mabuk berat, membuat Maharatu mengira Danendra adalah Bagaskara.

“Mas disini?” Mata Maharatu menyipit. Beberapa kali dia bersendawa kemudian mengalungkan tangannya di leher Danendra.

“Hem, aku disini.” Sengaja Danendra berbisik di telinga Maharatu. Memancing sesuatu. Danendra tak acuh siapa yang dimaksud Maharatu, yang terpenting bagi Danendra adalah bisa memiliki wanita cantik di depannya, meski hanya semalam.

“Tapi… aroma Mas berbeda.”

“Aku memakai parfum baru,” kilah Danendra yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Dia mulai menjelajahi leher Ratu. “Aku suka wangi tubuhmu, Cantik.” Aroma mawar di tubuh Maharatu semakin membuat Danendra berdesir.

Maharatu menghentikan cumbuan Danendra.

“Kenapa? Kamu tidak suka?” Kening Danendra mengernyit.

“Jangan di sini! Nanti ada yang lihat,” bisik Maharatu yang serupa rayuan bagi Danendra.

“Baiklah, kita cari tempat lain.”

Setelah mengambil tas Maharatu, Danendra memapah Maharatu meninggalkan klub. Pria bertubuh tegap itu membawa Maharatu ke sebuah hotel elit.

Danendra membaringkan tubuh Maharatu di ranjang king size. Dia dengan tidak sabar mulai melepas pakaiannya, menampakkan tubuhnya yang penuh otot.

Lelaki berambut gondrong itu kembali mencumbu Maharatu. Sementara Maharatu pasrah saat Danendra mencumbunya karena alam bawah sadar Maharatu mengira Danendra adalah Bagaskara.

“Mas, kenapa brewokan? Rambut, Mas juga gondrong.” Bibir Maharatu mengerucut, matanya lagi-lagi menyipit.

Melihat bibir Maharatu yang mengerucut, membuat Danendra gemas. Pria itu mengecup bibir Maharatu berulang kali. “Kamu terlalu banyak bicara.”

Dengan tidak sabar, Danendra mencoba melepas dress yang melekat di tubuh wanita yang berada di bawah kungkungannya.

Maharatu memiringkan kepalanya, memperhatikan wajah lelaki yang berada di atas tubuhnya dengan seksama. Ratu menahan dada Danendra, sebelum Danendra berhasil menanggalkan dress yang dikenakan Ratu. “Tunggu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status