Aara masih tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya menunjukkan perasaannya itu lewat ekspresi wajahnya juga cairan bening yang kini telah berkumpul dan menggenang di matanya.“Aku bertanya padamu, apa kau juga ingin aku keluar dari sini?” tanya Zion lagi.Seketika cairan bening itu pun menetes, perlahan Aara mengeluarkan suara tangisannya. “Maafkan saya Tuan, hiks hiks,” ujarnya di sela-sela tangisnya.“Kenapa kau meminta maaf padaku?”“Karena hubungan buruk Anda dengan putra Anda dulu adalah kesalahan saya. Dia menganggap saya sebagai simpanan Anda, dan istri Anda percaya itu. Sehingga dia juga ikut membenci Anda.”“Padahal Anda sudah membantu saya, Anda adalah orang yang baik. Tapi gara-gara saya, Anda harus dimusuhi oleh istri dan putra Anda sendiri.”Zion tersenyum mendengar apa yang Aara katakan. “Itu semua sudah berlalu Aara, sekarang masalahku dengan mereka sudah teratasi. Aku sudah menjelaskan semuanya, memberikan buktinya pada mereka jika kita tidak ada hubungan seperti y
Sam memberhentikan mobilnya di sebuah klub malam mewah yang memang terkenal di kota itu.Dia turun dari mobilnya, dan tanpa ragu langsung masuk ke dalam.Saat baru saja sampai di sana, semua mata langsung tertuju padanya. Terutama mata para wanita, baik itu pengunjung mau pun pekerja di sana.Dalam setiap langkahnya, Sam mendengar mereka terus berbisik-bisik mengenai dirinya.“Bukankah dia Samuel Seanca, sekretaris pribadi dari pewaris perusahaan besar Tan Group. Gila, visualnya tidak kalah dengan tuan Zayden. Benar-benar luar biasa,” ucap salah satu tamu wanita di sana.“Kau benar, dia sangat tampan. Terlebih postur tubuhnya benar-benar luar biasa. Lihat, dada bidang itu. Aku ingin sekali menyentuhnya,” jawab wanita lainnya.“Eh, tapi kenapa dia ada di sini. Apa dia datang untuk bersenang-senang setelah lelah melayani tuannya. Atau, apa mungkin tuan Zayden juga ada di sini?” timpal yang lainnya.Sam berusaha untuk tidak memedulikan ucapan-ucapan mereka, sekarang ini dia hanya
Aara tampak sudah bersiap-siap untuk pulang dari rumah sakit.Dia melihat Zayden yang duduk di kursi depan bersama dengan Lucas. Aara mengerutkan keningnya, karena tidak seperti biasanya Lucas yang menyetir. Dimana Sam, apa karena Zayden tidak ke kantor beberapa hari jadi dia yang menghandle semua pekerjaannya? Pikirnya.Namun Aara tidak mau mempermasalahkannya, dia pun hanya menunduk mengelus perut buncitnya.Sekarang Feni sudah tidak lagi bekerja dengannya, dia sudah pamit pulang tadi pagi. Saat pulang ke rumah Zayden nanti, dia tidak tahu siapa yang akan menggantikan Feni.Aara tampak melirik pada Zayden, melihat dia yang duduk di depan dan bukannya di belakang bersamanya. Membuat Aara berpikir, apakah Zayden sangat menghormati keinginannya yang tidak mau dekat dengannya.Kalau begitu, kenapa dia tidak mengizinkannya pergi dan tetap memaksanya berada di sisinya.Entahlah, dia sendiri tidak mengerti. Karena dari dulu sampai sekarang, dia tidak pernah mengerti apa yang ada di d
Sam tampak sudah berdiri di depan meja kerja Zayden sekarang. Dia lalu menoleh, ketika mendengar suara pintu yang terbuka.“Tuan,” sapanya seraya membungkuk pada Zayden yang baru saja datang.Zayden hanya diam, dia lalu duduk di kursinya dan menatap pada Sam.“Apa wanita tadi adalah calon pengganti dari Feni?” tanyanya.“Benar Tuan.”“Apa dia benar-benar memiliki spesifikasi yang kuinginkan.”“Saya memilihnya setelah saya melihatnya dengan kedua mata saya sendiri Tuan,” jawab Sam dengan yakin.Zayden tidak menjawab lagi, dia tampak hanya menatap Sam dengan mata tajamnya. “Jika kau mengatakan begitu, maka itu pasti benar. Kalau begitu terima dia,” ujarnya.“Apa Anda tidak ingin tahu latar belakangnya dulu?”“Kau yang memilihnya langsung, maka aku percaya padamu Sam. Kau boleh pergi!” jawabnya.“Baik Tuan.” Sam pun membungkuk, dia lalu berbalik dan pergi dari sana.Setelah keluar dan menutup pintu, Sam berdiri sesaat di sana. Dia sebenarnya merasa senang, karena tuannya begit
Matahari tampak sudah terbit cukup tinggi saat ini, jam juga sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tampak Aara yang baru saja terbangun.Dia merengkuh, dengan satu tangannya yang mengucek-ngucek matanya.“Selamat pagi Nyonya.”Deg!Aara terperanjat ketika mendengar suara itu, dia pun lantas menurunkan tangannya dan membuka matanya dengan cepat.Aara menoleh, dia menyipitkan matanya saat melihat sosok wanita yang berdiri di sampingnya.‘Dia, siapa?’ batinnya.“Perkenalkan Nyonya, saya Anindita Lestari. Mulai sekarang saya adalah pelayan pribadi Anda,” ujar Anin memperkenalkan dirinya. Dia lalu membungkuk, memberi hormat pada Aara.Tampak Aara yang masih terdiam, dia menatap dengan saksama Anin. “Jadi, kau adalah pelayan baru yang direkrut oleh Zayden?”“Benar Nyonya, mohon kerja samanya. Karena mulai sekarang, saya akan menjaga Anda.”Aara mengangguk. “Maaf telah merepotkanmu, karena harus menjagaku.”“Ehh?” Anin merasa bingung, kenapa nyonyanya ini berkata seperti itu. Apakah dia
Setelah selesai sarapan, Aara tampak berjalan-jalan di sekitar taman kediaman Zayden dengan diikuti oleh Anin. Karena seperti yang dikatakan oleh Sam, dia sama sekali tidak boleh meninggalkan Aara, dan harus selalu berada di sampingnya.Aara menghentikan langkahnya, saat dia melihat bunga mekar dengan begitu indahnya. Dia menyentuhnya, lalu menghirup aromanya.Bibirnya menunjukkan sebuah senyuman, setelah merasakan kesegaran dari bunga yang tadi diciumnya.“Sangat wangi,” ujarnya.Mendengar itu, lamunan Anin puj buyar. Tatapannya itu tampak fokus pada Aara. “Apa Anda sangat menyukai bunga?” tanyanya.“Apa kau tidak suka?” tanya balik Aara.“Saya suka, tapi tidak terlalu,” jawab Aara.“Kenapa? Bukankah bunga sangat indah dan juga wangi. Kenapa kau tidak terlalu suka?”“Hmm, hanya saja kehidupan saya terlalu sibuk hanya untuk menyukai sebuah bunga?”Aara mengerutkan alisnya saat mendengar apa yang Anin katakan. “Apa selama ini kau kesulitan?” tanyanya.Anin menunduk, seraya me
Zayden mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas pahanya. Apa yang tadi Aara katakan, benar-benar sudah mengguncang hatinya.“Istirahatlah,” ucapnya kemudian. Dia lalu berdiri, menatap Aara sekilas sebelum akhirnya dia pun keluar dari sana.Aara menatap kepergian Zayden dengan mulutnya yang tertutup rapat, tapi air mata tampak jatuh di pelupuk matanya.Dia tahu Zayden mengerti maksud dari ucapannya tadi, karena itu dia langsung keluar. Karena sepertinya dia tidak ingin mendengarnya lagi.“Saat aku mengungkit masalah ibuku, apa rasa bersalah itu muncul di hatimu. Atau hatimu tetap membeku seperti biasanya?” ucapnya.Di sisi lain, Zayden terlihat terus melangkahkan kakinya melewati lorong rumahnya untuk menuju ke ruang kerjanya.Namun, tiba-tiba ia berhenti. Zayden menempelkan satu tangannya itu pada dinding untuk menopang tubuhnya yang terasa begitu lemas.Satu tangannya yang lain tampak menutupi wajahnya. “Dia belum memaafkanku, atau ... dia memang tidak berniat memaafkan
Zayden masih terlihat berada di ruang kerjanya, saat ini dia tengah menerima telepon dari mamanya.“Bagaimana keadaan Aara, kau bilang dia pingsan kemarin?” tanya Alya.“Aara sudah sadar Ma, dan dia baik-baik saja,” jawab Zayden.Terdengar helaan nafas lega dari seberang telepon, sepertinya Alya sangat mengkhawatirkan Aara. Dan sekarang dia merasa lega, setelah mengetahui jika Aara baik-baik saja.“Itu ....” Zayden terdiam seketika, rasanya tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, jika Aara pingsan karena mengingat kematian ibunya. Mamanya pasti akan semakin merasa bersalah. “Dia hanya kelelahan, mama tahu kan ibu hamil selalu mudah lelah,” jawabnya kemudian.“Tapi, kenapa dia bisa kelelahan. Apa kau membiarkannya bekerja?”“Tidak Ma, tapi mama tahu kan sifat Aara. Dia tidak bisa diam, karena itulah dia kelelahan dan pingsan,” jelasnya.Tidak ada jawaban dari Alya selama beberapa saat, karena sebenarnya dia sangat ingin bertemu dengan menantunya itu. Jika saja tidak ada ma