Langkah Henry terhenti. Dia menunduk untuk melihat Tanaya.Wanita itu sudah tertidur. Bulu mata lentiknya terlihat jelas. Mungkin karena tadi minum terlalu banyak, bibir Tanaya agak merah dan bening. Dia tampak polos.Henry tidak tahu ucapan itu untuk siapa, tetapi dia tahu bahwa bukan dirinya.Dia menekan gejolak pikirannya, menggantikan pakaian yang nyaman untuk Tanaya, kemudian meletakkan wanita itu di kasur dengan pelan.Cahaya di dalam kamar agak redup, suhunya sedikit hangat.Henry berdiri di samping kasur, mendengar napas Tanaya yang teratur. Tatapannya gelap.Saat ini ponsel Tanaya berdering.Henry ingin mematikannya, tetapi melihat ID "Kak Reiga" yang tertera di layar ponsel, gerakannya pun berhenti.Ponsel Tanaya berdering sekian lama. Henry mengernyit lalu mengangkatnya."Halo, Naya. Kenapa kamu nggak membalas pesanku? Apakah kamu sudah memastikan nggak ada yang salah dengan dokumen yang kamu salin dari Henry?"Suara lembut Reiga terdengar dari ujung telepon, tetapi kata-kat
Teriakan Lydia membuat telinga Tanaya sakit. Tanaya menjauhkan ponselnya, berjalan menuju jendela, lalu membuka tirai. Cahaya matahari langsung menyinari kamar."Aku di rumah Henry."Tanaya berpikir sejenak, tetapi dia tidak tahu harus cerita mulai dari mana.Lydia melepaskan penutup mata. Dia yang mengenakan gaun tidur sutra seksi pun langsung duduk dari kasur dengan alis mengernyit. "Kamu sudah ditiduri Henry?"Tanaya tak bisa berkata-kata."Lydia, tolong perhatikan kata-katamu. Apa maksudnya aku sudah ditiduri?""Kalau nggak?""Aku yang menidurinya!" sahut Tanaya dengan tidak terima.Lydia terkekeh. Dia merapikan rambutnya yang berantakan dengan malas. "Huh, coba kamu bercermin. Lihat dirimu yang pucat pasi dan lemas setelah digauli. Coba katakan, kamu dibuat berteriak seberapa kencang?"Tanaya yang mendengar kata-kata Lydia hampir saja muntah darah."Lydia, aku umumkan bahwa kamu telah sepenuhnya kehilangan temanmu yang imut ini!"Lydia segera merevisi ucapannya. "Baiklah, baiklah.
Napas Tanaya tertahan. Kaki dan perutnya terasa lemas. Dia terkejut sekaligus takut. Begitu canggung hingga rasanya ingin menghilang dari tempat.Tanaya menelan ludah. Dia menatap Henry dengan tenang, lalu berkata dengan raut penuh keadilan, "Omong kosong! Siapa yang bilang itu?!"Henry terdiam.Henry tidak menyangka bahwa dia yang menahan diri malah membuat Tanaya meragukan kemampuannya. Sungguh konyol.Mata Tanaya melengkung. Entah berapa banyak dari percakapannya yang terdengar oleh Henry. Keinginan untuk bertahan hidup membuat Tanaya berkata dengan penuh menjilat."Siapa yang menyebarkan rumor itu? Suruh dia maju menghadapiku! Berani-beraninya dia mengatakan Tuan Henry itu impoten! Bagaimana mungkin Tuan Henry impoten? Tuan Henry jelas-jelas hebat sekali! Tuan Henry yang paling hebat di dunia ini!"Bibir Tanaya terus mencerocos, menyanjung Henry dengan sepenuh tenaga.Henry bersandar di dinding dengan tangan menyilang di depan dada. Dia melihat pertunjukan yang disajikan Tanaya den
"Bagaimana Keluarga Mauel mendidikmu? Walaupun kamu bukan darah daging Keluarga Mauel, selama ini kami menganggapmu sebagai keluarga sendiri. Tapi coba lihat apa yang kamu lakukan sekarang! Nggak ada gunanya kami menyekolahkanmu! Kamu benar-benar nggak tahu malu!" marah Nyonya Besar Mauel.Awalnya Tanaya tidak tahu apa tujuan Keluarga Mauel menyuruhnya pulang. Namun, dalam perjalanan tadi, dia sudah bisa menebaknya setelah membaca pesan Reiga.Mungkin Reiga merasa dirinya diselingkuhi setelah panggilan teleponnya diangkat oleh Henry tadi malam.Ck, manusia-manusia ini ....Reiga boleh memberikan Tanaya kepada pria lain, tetapi tidak bisa menerima pengkhianatan Tanaya."Naya, siapa pria yang bersamamu tadi malam?" tanya Reiga dengan raut muram. Dia tidak pernah menyangka bahwa wanita yang begitu patuh dan mencintainya akan mengkhianatinya."Kak Naya, bukannya aku nggak mau membantu, tapi kamu memang salah." Vera telah menurunkan ponselnya. Dia menatap Tanaya dengan tatapan polos, ekspre
"Dia masih nggak setuju. Katanya ada masalah dengan rantai modal Keluarga Mauel," jawab Tanaya.Tuan Besar Mauel dan Theo tampak kecewa. Akan tetapi, mereka tahu bahwa omongan Henry ada benarnya. Rantai modal Keluarga Mauel memang ada masalah. Jika tidak, mereka tidak akan begitu terburu-buru."Tuan Henry benar-benar licik! Dia menodai Naya secara percuma tanpa mau mengeluarkan sedikit bayarannya. Dia pikir kita ini bisa dipermainkan seenaknya," ujar Nyonya Besar Mauel dengan dingin.Tatapan sinis melintas di mata Tanaya. Keluarga Mauel membujuk dan membohonginya seperti ini di kehidupan lampau.Sayangnya walau saat itu Tanaya keberatan, dia tidak berprasangka buruk terhadap Keluarga Mauel.Hingga sekarang Tanaya masih mengingat bagaimana ketika Theo dan Nelia membawanya pulang dari panti asuhan.Kehidupan di panti asuhan tidaklah mudah. Sekalipun dekan dan guru berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap adil, tetap ada banyak persaingan. Ditambah dengan kurangnya sumber daya, kehidupa
Nelia mengoceh. Orang yang tidak mengetahui sifat asli Nelia pasti akan merasa ocehannya adalah bentuk perhatian."Aku sudah banyak menghabiskan uang rumah. Ibu, cepat istirahat. Kalau ada waktu, aku akan pulang lagi."Tanaya berkata dengan lembut sambil menelisik wajah Nelia.Wanita paruh baya itu memiliki wajah lembut. Hingga mati di kehidupan lampau pun, Tanaya tidak pernah melihatnya marah.Sayangnya, Tanaya tidak pernah melihatnya bukan karena Nelia tidak pernah marah, melainkan karena dia sudah buta.Mata dan hatinya buta sehingga anggota Keluarga Mauel menjadi makin tak berusaha ketika menipu Tanaya setelahnya."Kenapa?" tanya Nelia."Aku hanya sedikit merindukan Ibu. Rasanya seperti sudah lama nggak melihat Ibu," jawab Tanaya sembari tersenyum. Ekspresinya terlihat seperti biasa.Saat ini, ingin rasanya Tanaya mengacungkan jempol pada dirinya.Mungkin karena sudah lama berada dalam Keluarga Mauel, akting Tanaya juga tidak kalah dari mereka.Dulu Tanaya tidak mengerti kenapa man
Reiga tertegun sesaat. Dia jelas tidak menyangka kata-kata seliar itu akan keluar dari mulut Tanaya yang selalu patuh padanya."Apa katamu?"Pria yang selalu berpura-pura lembut dan sopan itu melepaskan topengnya. Dia mencengkeram pergelangan tangan Tanaya dengan tatapan marah."Tuan Reiga, walaupun aku hanya anak adopsi Keluarga Mauel, sepertinya kamu nggak punya hak untuk menyudutkanku." Tanaya tersenyum. Tatapannya tampak nakal sekaligus dingin.Tanaya tidak bisa melepaskan tangannya, jadi dia pun membiarkan Reiga mencengkeram tangannya. Dia berkata dengan tidak acuh, "Kamu bukan pacarku maupun tunanganku, jadi aku berhubungan dengan pria mana pun sepertinya bukan urusanmu."Mendengar kalimat tersebut, Reiga pun menghela napas lega.Ternyata Tanaya sedang merajuk."Naya, aku pernah bilang. Setelah namamu dihapus dari kartu keluarga Mauel, aku akan mengumumkan hubungan kita. Sekarang belum waktunya," jelas Reiga dengan sabar.Namun, entah kenapa dia merasa ada yang berubah dari Tanay
Tanaya melangkah mundur ke tempat semula lalu dia tersenyum sambil berkata, "Oh ya, aku sudah melihat foto kamu dan Janet. Semoga kalian bisa langgeng dan segera melahirkan anak."Reiga tertegun sejenak. Dia tidak menyangka bahwa Tanaya akan menyadari perselingkuhannya dengan Janet.Janet lumayan cantik dan jelas-jelas menggoda Reiga. Tujuannya jelas. Kebetulan saat itu Reiga sedang berminat, jadi mereka pun bersenang-senang."Bagaimana kamu tahu?" tanya Reiga, tidak menyangkal.Tanaya menunduk untuk membuka foto di ponselnya, kemudian menunjukkannya kepada Reiga.Dalam foto, Reiga menindih Janet di sofa kelab. Mereka jelas-jelas tidak berada di dalam ruang privat, tetapi mereka bermain dengan cukup liar.Tanaya merasa bahwa Janet benar-benar mempertaruhkan semuanya.Makanya dikatakan bahwa untuk berhasil harus memiliki kemampuan."Janet yang mengirimkannya kepadaku untuk menunjukkan kepemilikan," bohong Tanaya dengan natural. Dia tidak berencana membiarkan Janet hidup damai.Terkadang