Pujian Tanaya berhasil memperdalam kebencian Charles terhadap Tuan Besar Arya.Setelah masalah beres, Tanaya tidak berniat untuk tinggal lebih lama. Dia berdiri sambil menatap Charles dan berkata dengan senyuman di wajahnya, "Kalau begitu, semoga kerja sama kita menyenangkan."Charles sama sekali tidak bereaksi, dia memegang gelas bir di satu tangan tanpa tahu apa yang dia pikirkan.Tanaya berbalik dan pergi tanpa menunda lebih lama.Dia sudah minum terlalu banyak dan sudah agak pusing. Selain itu, dia selalu harus tahu kapan harus berhenti. Bahkan atas nama Tuan Besar Arya, Tanaya tidak ingin memaksa tuan muda Keluarga Xavier.Manusia punya batas kesabarannya, apalagi tuan muda yang berpakaian bagus dan hidup mewah.Akan tetapi, Tanaya mengetahui rahasia ini karena dia tidak sengaja mendengar Lydia menyebutkannya di kehidupan sebelumnya.Suasana hatinya selalu buruk setelah menjadi buta dan cacat, juga dipaksa menikahi Henry. Kadang-kadang Lydia datang untuk menemaninya saat ada waktu
Sial!Tanaya mengerutkan kening, tidak ingin membuang waktu bersama pria itu.Dia berbalik dan kembali ke klub malam. Pada saat yang sama, dia mengirim pesan ke Miguel, memintanya untuk menjemputnya di pintu samping.Tanaya minum cukup banyak dan saat ini dia tidak begitu sadar. Reiga juga bukan orang baik dan selalu memikirkan penampilannya. Kalau sampai bertemu dengan pria itu, ini sama saja dengan sudah jatuh tertimpa tangga lagi.Akan tetapi, Tanaya lupa betapa menarik perhatiannya dia. Reiga baru saja memasuki klub malam dan langsung melihat wanita yang terhuyung di tengah kerumunan.Meskipun hanya sosok dari belakang, Reiga telah mengenal Tanaya selama lebih dari dua puluh tahun dan sekilas bisa langsung mengenalinya."Naya!" Reiga berkata dengan suara yang dalam sambil menyingkirkan kerumunan di depannya dan bergegas menyusul.Sorot mata Tanaya menjadi dingin.Dia benar-benar tidak menyangka akan ada Reiga yang tiba-tiba muncul.Lagi pula, saat melarikan diri di kehidupan sebelu
Tanaya langsung tersenyum lebar, "Tuan Henry?""Masuk." Henry berkata dengan suara rendah.Tanaya mengangguk sebagai tanggapan, lalu mendongak dan menatap Reiga yang menunggu lalu lintas di seberang dengan cemas sebelum masuk ke dalam mobil Henry tanpa ragu.Kok Henry kembali?Meskipun Tanaya juga bertemu Henry di kehidupan sebelumnya, Henry pulang lebih awal karena menghadiri jamuan makan Vera.Hanya saja hari ini ....Kapan Tuan Henry kembali? Bukankah seharusnya kamu berada di luar negeri? Tanaya memiringkan kepala untuk menatap Henry dan berkata dengan bingung.Henry menatap wanita di depannya. Rambutnya diikat rendah dan beberapa helai rambut terjatuh karena berlari dengan tergesa-gesa. Tanaya terlihat lesu dan lemah. Entah berapa banyak yang dia minum, tetapi pipinya memerah dan terlihat agak konyol.Saat memiringkan kepala untuk melihat Henry, kedua matanya berkilau seperti permata yang sangat berharga.Lampu di dalam mobil redup, tetapi kulit di bawah gaun wanita itu sangat put
Henry, "..."Henry terdiam saat menghadapi tatapan serius dan jernih wanita itu.Saat berikutnya, Tanaya tersenyum dan berkata, "Sekarang aku sudah mau mekar!"Henry tidak bisa menahan diri untuk memijat alisnya dan memutuskan kelak dia akan menyuruh Tanaya untuk jangan minum terlalu banyak.Dylan yang sedang mengemudi memiliki banyak pertanyaan di kepalanya. Sepasang matanya terbelalak lebar saat melihat CEO-nya begitu memanjakan seorang wanita.Siapa yang bisa memberitahunya dari mana asal Nona Tanaya ini?Oh, mungkin Ethan yang berada di Benua Filia akan tahu....Tanaya bersandar di pelukan Henry dan tertidur lelap.Selama waktu ini, ponsel terus berdering.Selain satu Tuan Besar Arya yang menelepon untuk menanyakan situasinya, panggilan lainnya berasal dari Reiga.Henry melihatnya sekilas dan mematikan ponsel.Musik yang menenangkan mengalun dengan tenang di dalam mobil, lampu di luar mobil redup dan kegelapan malam penuh dengan lalu lintas serta hiruk pikuk.Saat itu dunia seakan
Beberapa detik kemudian, Henry melangkah maju dan menggendong Tanaya dengan pasrah.Tanaya menyipitkan mata dan memeluknya dengan puas.Hati Henry menegang. Dia menunduk dan menatap wanita di pelukannya. Jakunnya bergerak perlahan dan mengencangkan cengkeramannya sedikit pada wanita itu, lalu melangkah menuju ke apartemen Tanaya.Setelah diterpa angin malam dan tidur sebentar sebelumnya, Tanaya merasa lebih nyaman dan terjaga.Setelah membuka pintu, Tanaya turun dari Henry sebelum mengeluarkan dua pasang sandal. Dia melepas sepatu hak tingginya dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi.Bau parfum, tembakau dan alkohol yang menyengat di klub malam benar-benar tidak sedap.Dia harus menjadi Tanaya yang harum.Henry yang berdiri di depan pintu menatap sandal pria abu-abu yang baru dan agak linglung.Tanaya benar-benar membelikannya sepasang sandal.Dia ingat.Jakun Henry bergerak dan dia membungkuk untuk merapikan sepatu hak tinggi yang dilempar Tanaya olehnya dan meletakkannya di samping,
"Berterima kasihlah padaku," ujarnya dengan suara yang dalam, tatapan matanya menggelap dan bersikeras.Tanaya mengerjapkan matanya dan menatap Henry dengan tatapan tidak percaya, dia membuka mulut tapi tidak mengatakan apa-apa untuk waktu yang lama.Terima kasih?Bagaimana harus berterima kasih padanya!Henry jelas-jelas sedang mempersulitnya!"A ... aku baru berterima kasih kalau kamu kasih aku keluar," ucap Tanaya sambil mengedipkan matanya dan berkata dengan nada menyanjung serta memohon.Henry menatapnya selama beberapa detik, lalu menyerahkan pakaian padanya karena takut dia kedinginan.Tanaya menghela napas lega, benar-benar takut Henry akan bersikeras menyuruhnya untuk berterima kasih padanya.Terima kasih? Untuk apa berterima kasih?!Tanaya berganti pakaian sambil bersenandung pelan, dia merasa sangat segar kecuali kepalanya yang masih terasa sedikit sakit dan perut yang terasa panas....Cuaca menjadi sedikit lebih dingin karena sudah memasuki musim hujan.Tanaya melihat Henr
Tanaya mungkin tidak menyangka Henry akan berkata seperti itu, jadi dia menoleh untuk menatap Henry dan berkata sambil tersenyum, "Ternyata Tuan Henry juga punya pikiran seperti itu di dalam pikiranmu."Henry menyipitkan mata dan menoleh untuk menatap Tanaya, kemudian berkata dengan serak, "Tanaya, jangan menganggapku terlalu baik."Seperti sebuah nasihat dan juga peringatan.Tanaya bertatapan beberapa detik dengannya dan menjawab apa-apa, lalu menarik kembali pandangannya sambil tersenyum, kedua siku disandarkan pada pagar dan berkata dengan acuh tak acuh, "Tapi kamu memang orang baik."Dialah yang terlambat menyadari hal ini.Henry mengerutkan bibir tipisnya, tubuh wanita itu ditutupi dengan selimut berwarna coklat muda di bawah langit malam, rambutnya beterbangan karena ditiup oleh angin malam dan terdapat ekspresi lembut yang jarang terlihat di wajahnya.Asap di antara jari semakin terasa membara, tapi Henry tidak ingin mengalihkan pandangannya.Kapal pesiar di sungai membunyikan p
Tanaya sedang memikirkan bagaimana harus menjelaskan hal ini pada Henry, tapi tiba-tiba dia merasakan bibir yang dingin sedang menyentuh lehernya dengan lembut.Henry menundukkan kepalanya, dia menyentuh leher Tanaya dengan perasaan sedih dan menahan diri.Tanaya merasakan rasa halus dan kesemutan yang terasa sedikit gatal.Napas Tanaya mengacau dan menelan ludah beberapa kali, entah kenapa merasa adegan ini sangat mesra.Henry dengan perlahan mengangkat kepala untuk menatap Tanaya pada detik berikutnya, kemudian bertanya dengan suara serak, "Tanaya, apa yang sebenarnya kamu inginkan?"Bulu mata Tanaya sedikit bergetar dan bertanya dengan serius sambil menatapnya, "Apa saja boleh?"Bola mata hitam Henry seperti sebuah laut yang tidak diketahui kedalamannya, Henry menatap Tanaya untuk waktu yang lama dan menjawab dengan pasrah setelah beberapa saat berlalu, "Hm."Rongga mata Tanaya memerah dan tertawa kecil.Bodoh.Tanaya mengetahui bahwa Henry selalu merasa dia memiliki niat tersembuny