Share

Inilah Saatnya

Ari makin frustrasi, tetapi ia menyadarkan diri untuk tak minum minuman beralkohol tinggi. Ia butuh kendali penuh atas dirinya sendiri untuk berpikir jernih.

Hingga sebuah panggilan menuntut jawab. Ia melirik ponselnya. Tarissa.

Tanpa aba-aba, Ari menerima panggilan itu setelah meredakan gejolak dalam dadanya yang bertalu. "Iya, Tar?"

"Elu di mana, Ri?"

Ari berpikir sejenak. Beruntung, kafe ini tak sedang riuh tamunya hingga tak menunjukkan eksistensi yang akan terdengar ke seberang sana. "Di rumah. Kenapa, Tar?"

Lama keduanya dipasung senyap. Dada Ari berdetak lebih cepat, membuatnya kian tumpat. Ia tak tahu bagaimana kondisi Lara yang mungkin berada di tangan Tarissa.

"Hei? Kalo nggak ngomong matiin aja."

Ari mencoba memancing. Ia memikirkan cara lain. Mungkin ada jalan ke luar dari permasalahan ini tanpa harus menceburkan diri ke luban

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status