Share

BAB 21. Fais ternyata?

Azan Maghrib berkumandang, di dapur juga sudah tidak terdengar suara mereka. Kubuka pintu perlahan, ya, mereka sudah tidak ada.

Cepat-cepat aku ambil wudu dan kembali ke kamar. Kutunaikan salat lalu mengaji hingga isya.

Ting!

[Mbak Fatki, kata Susanti kamu mau pindah, ya?]

Ternyata WA dari Mbak Sulis.

[Insya Allah Mbak, doakan ya, semoga diberi kemudahan. Besok mau tanya lagi ke sana.] Balasku.

[Ya, Mbak, aku doakan, tapi kok aku sedih ya, nanti aku tidak ada teman lagi.] Aku tersenyum membaca balasan dari Mbak Sulis, kasihan dia, di sini hanya aku teman dekatnya. Kata dia orang-orang sini tidak ada yang mau berteman dengan ART makanya dia senang saat aku welcome padanya.

[Kalau pas libur Mbak Sulis kan, bisa main.] Hiburku.

[Iya, sih ... tapi, ya, tetap aja beda. Memang selamanya Mbak Fatki mau tinggal di sana?]

[Insya Allah ....]

[Suami Mbak Fatki gimana?] Kali ini aku tertawa membacanya.

[Kan, ada istri muda, kok, pusing. Ha ha ....]

[Tapi, Mbak, kalau Mbak Fatki pindah kesenangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status