Share

BAB 23. Mas Arman tidak suka.

Hitungan detik SW-ku sudah dibaca oleh Mas Arman.

Dia langsung meneleponku, tapi aku sama sekali tidak berminat menjawab. Aku beralih ke FB dan IG untuk menawarkan tanahku.

Ting!

[Jahat kamu, Dik! Rumah masih ditempati tanah sudah kamu jual!]

Aku hanya tersenyum saja menanggapi WA Mas Arman. Ini baru dia yang tahu, aku tidak bisa bayangkan gimana kalau ibu dan bapak yang tahu.

"Mbak mau jual tanah?”

Susanti sepertinya sudah membaca SW-ku karena dia sedang main HP. Aku mengangguk.

“Tanah mana, Mbak? Berarti nanti kalau tanahnya laku kita bisa langsung pindah ke ruko itu, ya?” Aku mengangguk lagi.

“Aku sudah tidak sabar, Mbak. Nanti di sana kita dekor ruangan khusus jahit sama ruangan yang untuk koleksi baju-baju kita, ya, Mbak. Ah, akhirnya impianku kerja di butik terwujud,” celoteh Susanti. Lucu, tapi aku aamiinkan dalam hati setiap keinginannya.

“Mbak, tanah mana? Kok, malah senyum-senyum gitu?”

“Tanah ini yang kita tempati,” jawabku datar. Sudah kuduga pasti Susanti akan kaget. Eksp
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status