Share

Bab 30

"Nggak papa, Nduk. Biar Ibu tebus kesalahan Ibu dulu. Meskipun bukan mahram, tapi untuk sekedar menemani dan menyuapi nggak papa, kan?"

Aku dan Mas Lian tersenyum, begitupun dengan Mbak Imah. Akhir-akhir ini, ia semakin dekat dengan Ibu.

Di jalan, aku dan Mas Lian menyempatkan diri untuk makan karena memang belum makan sedari siang.

"Makan apa, Mas?" tanyaku.

"Bakso enak kali, ya?"

"Oke."

Mobil melaju menyurusi jalanan, kemudian berbelok ke arah alun-alun dan berhenti di Bakso Pekih. Ini bakso terenak di Purwokerto, menurutku. Porsinya banyak, juga tetelannya bukan hanya lemak. Lah, jadi promosi, hehehe.

Kami masuk berdesakkan dengan yang lain. Alhamdulillah, masih kebagian tempat. Di sini memang sangat ramai, jika sedang tak beruntung, kita harus mengantri di belakang yang sedang makan.

Beda dari yang lain, kan? Jika yang lain ngantri di depan gerobak bakso, kami justru mengantri di belakang orang yang sedang makan. Tak sopan memang, tapi begitulah adanya. Jika tak begitu, ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status