Share

Bab 38

Jika bisa kembali ke bulan lalu, sudah pasti aku tak mau menerima pekerjaan laknat itu. Lebih baik kupaksa Ambar untuk menjual salah satu emasnya untuk biaya hidup sehari-hari.

Kring!

Ponselku berbunyi. Membuatku dan Ambar terlonjak kaget. Beruntung Naura sudah tidur.

"Ish! Kaget aja. Siapa sih malam-malam?"

Aku meihat ke layar, lalu terkejut saat melihat siapakah yang memanggilku malam-malam.

"Siapa?" ulang Ambar.

"Pak Toni, nih!" ucapku sambil memperlihatkan layar.

"Ngapain dia malam-malam nelpon?"

"Mana kutahu. Aku angkat dulu."

Aku pun pergi ke teras untuk mengangjat telepon ini. Setelah celingukan, kuusap layar ke atas.

"Halo," ucapku.

"Halo, Mas. Kamu di mana, sih? Kenapa seminggu ini nggak kelihatan? Kudengar si Dono masuk penjara. Jadi kupikir kamu ikutan juga," cerocosnya dengan diakhiri kekehan.

"Enak aja, kamu do'ain aku, emang?"

"Lah, ya nggak lah. Aku justru kangen sama kamu, Mas. Kapan, nih, kita ketemu lagi? Aku udah berapa kali ke sana, tapi warung itu tutup
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status