Share

Bab 33

Aku segera berjalan ke luar sambil memegangi daster, maklum emak-emak kalau buru-buru pasti langsung menaikkan daster dan berjalan cepat.

Mas Lian menghampiriku, raut wajahnya sudah tak enak. Entah mengapa, melihat sepasang kaki itu membuatku perasaanku tak enak.

Sepasang kaki? Ya, karena badannya masih tertutup dengan pintu yang masih terbuka

Disusul oleh dua pasang kaki lainnya.

"Terima kasih ya, Pak!"

Brak!

Pintu itu ditutup dengan kencang.

Mataku membulat, begitupun dengan Mas Lian. Perasaan tak enak kami pun terbukti, Mas Helmi dan keluarganya datang membawa tas serta koper.

"Assalamu'alaikum," ucap Mas Helmi sambil tersenyum.

"Wa'alaikum salam," jawabku.

Mereka masuk, tanpa kupersilakan. Memang seperti itu, kebiasaan. Mendengar suara anak lelakinya, Bapak keluar dengan kursi rodanya.

"Pak," sapa Mas Helmi pada Bapak sambil mencium tangan beliau, diikuti oleh Mbak Ambar dan juga Naura.

Aku dan Mas Lian buru-buru duduk dan menarik lengan Mas Helmi. Apa maksudnya, dia d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status