Share

3. Suami Wulan

Keesokan harinya, aku berniat menginjakkan kakiku di restoran milikku. Aku hanya ingin menggertak pelakor itu, coba sejauh mana dia bermain-main. 

Selama ini suamiku memang tidak tahu tentang bisnis restoran ini. Dia hanya tahu aku mempunyai supermarket saja. Buat apa aku memberi tahunya? Restoran ini aku percayakan kepada kakak ku. Dulu, saat aku mengutarakan niat ingin membina bahtera dengan mas Aldi, semua keluargaku menolak mentah-mentah. 

Kini aku percaya, ridho orang tua adalah ridho Allah. Mungkin jalan rumah tanggaku yang curam ini, salah satu jawaban agar aku tidak lagi bersama dengan lelaki itu. 

Mita sudah antusias saat menginjak restoran ini, dia terus saja berceloteh dengan semangatnya karena akan berbicara banyak saat di hadapan suami Wulan. 

Saat pramusaji menghampiriku, aku membisikannya agar memanggil orang yang kumaksud. Tak berapa lama, orang memakai kemeja hitam dengan celana senada tengah tersenyum hormat menatap kami. Mungkin dia bingung aku siapa, karena aku jarang sekali kesini. Aku hanya menerima laporan saja dari kakak ku, jadi wajar saja lelaki di hadapanku tidak mengenaliku. 

“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” ucapnya sopan. 

‌“Duduklah,” titahku. “Saya pemilik restoran ini,” kataku tegas. 

Dia terlihat kaget, “Bukannya ini restoran milik, Pak Adisana?” terangnya. 

Aku menggeleng sambil tersenyum, “Dia kakak saya,”

“Jadi, ada apa kemari, Non?” ingin sekali aku tertawa kala mendengar panggilannya berubah untukku. 

Ku ambil ponsel yang ada di tas hermes keluaran terbaruku, lalu menggesernya di atas meja, menyerahkan foto istrinya yang tengah duduk manis menatap suamiku.

Matanya membelalak, pastilah dia semakin bingung dengan apa yang selanjutnya aku katakan. Aku bersandar di kursi sembari menatapnya. 

“I-ini .... i-ini istri saya, Non.” matanya memandangku, tapi aku bisa melihat emosi yang perlahan menyala di bola matanya. 

“Kamu tahu siapa lelaki yang memakaikan sepatu di kaki istrimu?” tanyaku, dan dia hanya menggeleng. Sayang sekali. 

“Dia suamiku!” kataku tegas 

“Kenapa istri saya bisa dengan suamimu, Non?” ucapnya terkejut. 

“Wah, sayang sekali. Saya kira kamu lebih tahu di banding saya,” aku mengambil nafas, hatiku masih terasa perih. 

“Saya bisa saja membuatmu hilang pekerjaan dan bisa membuatmu tidak lagi bisa bekerja di restoran manapun. Ka--” 

“Jangan pecat saya, Non, jangan! Mau makan apa anak dan istri saya,” ucapnya memotong kata-kataku.

Sebegitu cintanya 'kah dia pada gundik suamiku itu? Kenapa di saat seperti ini saja Tuhan tidak adil padaku. Aku yang sudah mati-matian berusaha menjadi istri yang baik, tidak pernah membangkang, tapi mendapat suami seperti itu. 

Lihatlah lelaki ini, dia sudah terang-terangan di hianati, tapi masih memikirkan nasib istrinya yang sialan itu! Kuhela nafas kasar, mataku mengerjap berulang kali keatas menghalau embun yang perlahan menggenang. 

“Mari kita lakukan penawaran,” ucap Mita mengambil alih, dia memang sahabat yang bisa di andalkan. 

Sedetik kemudian, Mita menceritakan tentang persahabatan suamiku dan istrinya. Lelaki yang bernama Fais yang ku baca dari name tagnya berkali-kali menghela nafas saat mulut Mita terus saja berceloteh. 

“Maafkan saya, Non. Boneka yang dimaksud tadi ada di kamar kami, boneka panda yang di tengah kepalanya sudah koyak.” ucapnya dengan pandangan menerawang. 

“Dia berkata pada saya, boneka itu dari sahabatnya. Sahabat yang membantunya saat mencari kerja dulu.“ lelaki itu menghela nafas, “pernikahan kami memang dari perjodohan, saya kira ... Wulan sudah menyerahkan hatinya kepada saya,” imbuhnya, ada bulir bening yang meleleh disudut mata kirinya. 

Aku dan Mita berpandangan, kami bukan wanita yang tidak mempunyai hati. Sungguh, aku iba melihat lelaki ini. Cintanya yang besar tidak seharusnya berakhir seperti ini. 

“Nama anak, Pak Fais, siapa?” tanya Mita. 

“Kresnaldi Pramudia Wardana,” jawabnya tersenyum. Sedangkan Mita menolehku dan kujawab dengan anggukan untuk meneruskan. 

“Nama yang bagus ya, Pak? Sayangnya, nama itu adalah nama suami atasan, Bapak.” terang Mita mantap, mulut lelaki itu menganga. “ya, nama sahabat istrimu.” imbuhnya. 

                             🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Aku pulang ke rumah saat sore harinya, Mita mengusirku pulang agar masalah ku tidak berlarut-larut katanya. Jomblo memang selalu bijak. 

Aku memutar handle pintu, lalu masuk dan melangkah menuju kulkas untuk mengambil minuman bersoda kemudian menenggaknya. Setelah tenggorokanku basah, aku melangkah menuju peraduan di lantai dua, penat sekali dengan masalah yang menerpa, ingin sekali mandi di bawah guyuran air dingin untuk menyegarkan kepalaku. 

Tapi saat aku sampai di depan kamar, indera pendengaranku menangkap suara seperti orang yang tengah memadu kasih. Apakah ... 

Klek! 

Saat pintu terbuka, aku melihat Mas Aldi tengah video call dengan seorang perempuan lalu mematikannya. Celana yang dipakainya berantakan dengan peluh membanjiri dahinya yang bersih. 

Aku mendekatinya, menatap nyalang dirinya, lalu merebut ponsel yang dia letakkan di kasur. Setengah mati dia berusaha merebut paksa ponselnya sampai akhirnya dia menyerah. 

Kubuka aplikasi berlogo burung biru, memeriksanya, banyak sekali pesan mengajak video call s*ks. Lalu beralih membuka pesan aplikasi berlogo telfon berwarna hijau dan menemukan pesan nostalgia dari gundiknya. 

[ Aku seneng banget bisa ketemu sama kamu lagi, dan bisa canda tawa bareng lagi. ]

[ Kenapa sih, istri kamu cemburuan banget? Kemarin aku dimarahin lewat telfon. ]

[ Tau gak, panda yang dari kamu masih aku simpan. Nggak terasa aku nyimpan boneka itu udah 8 tahun! ] 

Dan masih banyak lagi pesan yang suamiku dan gundiknya kirimkan. Aku mendecih, sungguh, aku semakin yakin pada keputusanku untuk meminta cerai padanya. 

“Ceraikan aku, Mas!” ucapku sembari menatap nyalang dirinya. 

“Ngomong apa kamu! Nggak, Mas nggak mau cerai.” tegasnya. 

“Aku ingin bebas dari masalalu kalian berdua!” Pekikku. 

Dia hanya menatapku, lalu pergi dari hadapanku. Entah seperti apa dipikirannya itu! Kaki jenjangku melangkah mulus menuju kamar mandi lalu menutupnya, ku nyalakan shower yang kemudian membasahiku serta dengan pakaianku. 

Mas Aldi, coba saja kamu benar-benar berubah. Mungkin sekarang kita tengah menghabiskan malam dengan manis. Tapi sekarang kita seperti orang asing di bawah atap yang sama. 

Bahkan saat kita duduk pun, pikiran kita tidak serta merta kompak, pikiranku melayang ke arahmu sedangkan pikiranmu melayang pada masalalumu. 

Sepertinya rencana yang disusun oleh Mita harus secepatnya berjalan, untung saja suami pelakor itu setuju dengan syarat anaknya tidak akan dilibatkan dan aku setuju. 

“Lakukan saja apa yang kalian inginkan, maafkan saya yang tidak becus menjaga istri saya,” Fais menunduk. 

“Baiklah, Pak. Saya minta tolong kerja samanya.” ucap Mita tegas. 

“Wulan seharusnya beruntung mendapatkan suami sepertimu,” ujarku. 

“Wulan selalu mengeluh keuangan pada saya, dan mungkin saat suamimu kembali mendekati istri saya. Dia melihat sesuatu yang Aldi punya dan saya tidak punya.” 

Ucapannya membuatku sedikit berpikir. Apa ada yang kurang dariku, Mas Aldi? Ku biarkan kamu masuk ke kehidupanku dengan tangan kosong, dan kini kamu bergelimang harta, kecukupan bahkan nafkah saja hanya beberapa ratus ribu yang kamu berikan. 

Alasan yang selalu keluar dari mulutnya adalah, karena aku mempunyai penghasilan di atas dirinya. Padahal nafkah di dalam pernikahan itu sangat penting. 

Dinginnya air yang mengguyur tubuhku tetap tidak bisa mengenyahkan tentang lelaki itu. Entah sudah berapa lama aku dibawah guyuran air, aku merasa kepalaku pusing dan pandanganku berkunang-kunang. 

Terakhir yang ku ingat, aku melihat lelaki yang menghampiriku dan perlahan gelap. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
muak sama wanita yg menyalahkan si laki2 padahal dia sdh latarbelakang lakinya. berarti kamu juga ikutan brengsek krn menikah dg laki2 yg kamu sdh tau kebrengsekannya
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
udah kmu kembalikan suami mu sama cinta lama nya sama sahabat nya dn kmu buang dr rumah itu dn juga kmu punya aset dn garta sendiri g bergantung sama Aldi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status