Share

34. Sandiwara Bercinta

Serina menyadari bahwa tidak seharusnya dia mengucapkan janji yang sentimental itu. Sebab dia hanyalah budak yang dibeli, malaikat maut sewaan, dan algojo untuk memenggal kepala Narumi.

Dia tidak semestinya menawarkan bahu untuk bersandar, juga tidak menawarkan simpati murahan. Untuk pertama kalinya, Serina menyesali tindakannya. Dia melewati batasan yang sudah dia tetapkan.

“Tidurlah di ranjang. Tidak seharusnya majikan tidur di sofa dan mengalah pada budak.” Walaupun sofa itu cukup panjang untuk ditiduri oleh Tanjung.

Tanjung yang baru saja meletakkan bantal ke sofa berhenti. “Kau bukan budakku.”

Pandangan Serina menyerbu mata cokelat gelap Tanjung. “Jangan terlalu baik, Tuan Tanjung. Itu hanya akan menjadi bumerang untukmu.”

Karena sepertinya lelaki ini sering kali dimanfaatkan. Naif dan lugu.

Tanjung tampak tidak setuju. Keningnya mengerut, tapi tak lama kemudian ia mengambil bantalnya kembali dan berpindah ke ranjang. Ia menepi di sisi kiri.

Serina melenggang tak acuh ke sis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status