Share

40. Obat Halusinasi

“Dia ke rumah sakit?”

Sekujur tubuh Risa dilanda gemetar, bahkan meskipun ia hanya mendengar suara sang nyonya dari telepon. Gaya bicara dan intonasi suara Narumi tidak pernah gagal menghadirkan rasa ngeri di hati Risa.

“I-iya, Nyonya Besar. Sa-saya membuatnya terpeleset di kamar mandi, lalu menyetel shower untuk air panas. Sepertinya lukanya parah.”

“Bagus. Gajimu akan kunaikkan tiga kali lipat.”

“Te-terima kasih, Nyonya.”

Tak ada jejak kelegaan di hati Risa. Matanya memancarkan ketakutan. Selama bekerja di tempat ini, dia tidak pernah mendapat tugas sekotor itu untuk mencelakai orang lain.

Di seberang telepon yang sudah terputus, Narumi yang duduk menyilangkan kaki di dalam mobil juga tidak merasakan kelegaan kendati bocah perempuan tidak tahu malu itu berhasil ia lukai setelah banyak percobaan.

Tapi ini baru awal. Serina yang hanya bermodalkan kecerdikan tidak akan menang melawan kekuasaannya. Diangkatnya ponselnya ke depan wajah lalu kembali menelepon.

“Halo, dr. Pradipto. Anda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status