Share

37. Perasaan yang Mengalahkan Logika

“Kita harus ke rumah sakit.”

Serina tidak mengeluarkan setetes pun air mata. Ia melepaskan pelukan Tanjung dan dengan cepat menguasai ekspresinya kembali. Air mukanya menjadi dingin.

“Tidak perlu. Ini luka yang kecil.”

Tanjung kembali berlutut. Mendongak memandang Serina dengan tatapan yang lembut. “Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di sini selama aku pergi bekerja. Tidak ada yang bisa dipercaya di rumah ini.”

Serina menemukan binar khawatir di mata Tanjung. Perasaannya saja atau sebenarnya tembok pembatas di antara mereka semakin menipis? Untuk pertama kalinya ada seorang klien yang berlutut dan memandangnya lembut tanpa merendahkannya.

“Aku bisa menjaga diriku sendiri, Tanjung.”

Tanjung menggeleng. “Tidak setelah kejadian demi kejadian yang membuatmu dalam bahaya.”

“Aku datang ke sini bukan untuk dijaga olehmu.”

“Dan aku membawamu bukan untuk mengorbankan nyawa.”

Perhatian, nada suara yang cemas, dan sentuhan yang lembut hampir-hampir merobohkan logika Serina. Lima tahun dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status