All Chapters of Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia): Chapter 21 - Chapter 30
60 Chapters
PART. 21
"Haah, jadi tadi Kakak mengigau!?" "Mengigau? Aku bicara apa, Nur?""Enghh, ehmmm, tidak jelas, Kak, Kakak bicara apa, Kakak mandi dulu, setelah itu kita makan," sahut Nur, wajahnya memerah, ia malu kalau harus mengatakan apa yang diucapkan Wahyu tadi. Nur bangkit dari duduknya."Ayo, Kak, mandi""Ehmm, iya." Wahyu tersenyum, dan senyumnya semakin lebar sambil menatap punggung Nur yang meninggalkan kamar.'Hhh, imageku tetap terjaga sebagai pria cool. Kenapa juga harus kelepasan bicara seperti tadi, memalukan! Untung dapat akal, pura-pura mengigau. Pintarkan aku, hmmm' Setelah mandi, Wahyu menemui Nur yang sudah siap di meja makan, dengan lauk haruan bebanam, cacacapan asam (mangga).Mereka makan dalam diam, hanya Wahyu sesekali melirik istrinya.'Bagaimana tidak gendut, Nur. Makanmu lumayan banyak, tapi tak apalah, bebini lamak nyaman kawa guring kada betilam (beristri gendut, enak bisa tidur tidak pakai kasur)' 
Read more
PART. 22
Nur sudah masuk kembali ke dalam kamar mandi. Wahyu memijit kepalanya yang terasa sakit. 'Ya Tuhan, inikah balasan dariMu, balasan atas kesalahanku, yang sudah mengabaikan istriku selama satu tahun. Baiklah, aku terima semua ini dengan lapang dada, meskipun aku harus menahan rasa sakit di kepala'"Hhhh, rugi deh, sudah minum jamu pakai telur ayam kampung dua biji, eeh lapangannya tidak bisa dipakai main bola, karena becek. Nasiiiib!" Gerutu Wahyu sambil mengelus-elus adiknya.Tiba-tiba ia menyadari, kalau ia sudah polos di bawah selimut, ia langsung menyingkap selimut, dan bermaksud kembali mengenakan pakaiannya. Tapi baru saja Wahyu beringsut ingin turun dari ranjang, Nur ke luar dari kamar mandi, dengan tatapan tertuju langsung ke arah Wahyu."Kak!" Mata Nur melebar menatap Wahyu.'Ya Tuhan, habislah terhempaskan ke cool an ku, aaah sudah terlanjur basah, mandi aja sekalian. Lapangan becek, main aja dipinggir lapangan, bisakan? Tidak dosakan?'
Read more
PART. 23
Beneran ini istrinya, Bang Wahyu?" Tanya Tata, masih tak percaya."Ya benarlah, kenapa? Apa perlu aku perlihatkan surat nikah kami. Nur kamu bawa surat nikah kita tidak? Perlihatkan sama dia, biar dia percaya!""Kakak, masa ke undangan bawa surat nikah sih." "Surat nikahnya di rumah, terserah kamu mau percaya atau tidak, tapi wanita cantik yang bersamaku ini, dia adalah istriku tercinta. Oke, Bu Tata, kami mau ke sana dulu." Wahyu menunjuk ke arah beberapa orang, yang berdiri tidak jauh di depannya. Digenggam jemari Nur dengan erat. Nur menganggukkan kepala, sebagai tanda pamit pada Tata. Tata mengikuti kemana Wahyu, dan Nur melangkah. "Nggak ada perempuan lain apa, Bang? Istri lo, segemuk gajah! Mana cocok sama lo, Bang Wahyu, lo cocoknya sama gue," gumam Tata sendirian dengan suara pelan."Nur, wajahmu jangan murung begitu dong, nanti orang mengira jatah bulanan yang aku beri kurang," bisik Wahyu."Kakak!" Nur mencubit pinggang Wahyu gemas."Sak
Read more
PART. 24
Seperti biasa, Nur bekerja di butik Bunda Aira. Hari ini ia diminta Bunda  Aira untuk menggantikannya melayani pembeli, karena Bunda Aira ada urusan di Banjarmasin.Tiga orang wanita yang baru masuk ke dalam butik membuat Nur terkejut melihatnya."Mbak Tata," desis Nur sambil mengerjapkan matanya tidak percaya. Tapi Nur berusaha menyambut mereka dengan sikap profesional."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Tawar Nur saat mendekati mereka. Tata menatap Nur dengan keterkejutan yang sama seperti Nur juga. Dua orang teman Tata dilayani olah pegawai butik lainnya."Kamu ... kamu istrinya Bang Wahyu kan?" Tata menunjuk Nur dengan jari telunjuknya."Iya," Nur menganggukan kepalanya."Ini butikmu?" "Bukan, saya hanya pegawai di sini," jawab Nur pelan."Heeh, sudah aku duga. Mana mungkin orang sepertimu yang otaknya hanya dipenuhi dengan menu makanan bisa punya butik sebagus ini" cibir Tata, ia memilih-milih pakaian di sana.Ingin sekali Nur
Read more
PART. 25
Begitu sudah memasuki daerah perumahan mereka, mobil itu melaju mendahului Nur. Lalu berhenti di depan pagar. Wahyu, si pria penggoda Nur, ke luar dari dalam mobilnya. Dibuka kunci pagar, dibuka pintu pagar selebarnya. Tapi ia tidak memasukan mobilnya, tapi menunggu wanita yang tadi ia goda tiba. Nur langsung memasukan sepeda melewati hadapan Wahyu yang menunggunya. Wahyu masuk ke mobil, dan memasukan mobil ke halaman. Lalu ia menutup, dan mengunci pintu pagar, baru memasukan mobilnya ke dalam garasi yang sudah dibukakan Nur pintunya, karena pintu garasi memang tidak dikunci, hanya ditutup saja.Nur masuk melewati pintu depan, ditutup, dan dikunci pintu, baru ia membukakan pintu tembus dari garasi ke ruang tengah. "Nur!" Wahyu yang masuk lewat pintu tembus menggapai lengan Nur."Apa, Kak?""Kenapa tadi digodain diam saja?""Malu, Kak, masa bicara di jalan," sahut Nur yang sedang merasa tidak enak perasaannya, karena kejadian di butik hari ini. Ia merasa harus
Read more
PART. 26
Wahyu ke luar dari ruangannya, disambut wajah Bayu yang tampak bingung."Kenapa wajahmu seperti orang linglung?" Tanya Wahyu sambil menepuk bahu adiknya."Artis cantik itu kenapa, kok tingkahnya seperti orang kesambet, Kak?""Baru aku tolak cintanya" jawab Wahyu asal saja."What!? Dia'kan tahu Kakak punya istri, masa cantik-cantik ingin jadi pelakor, hilang deh respekku sama dia. Biar cantik kalau kelakuan minus, aku juga ogah sama dia!""Memang dia mau sama kamu. Kalau dia naksir kamu, tidak mungkinlah dia bilang cinta sama aku!" Seru Wahyu bernada bangga."Kita ini apa bedanya ya, Kak, ganteng sama, gagah sama, pintar sama, kaya sama. Tapi aku selalu kalah oleh Kakak.""Itu karena aku punya karisma, punya wibawa, dan pria tercool sedunia. Kalau kita cool, wanita jadi penasaran, mereka yang akan mengejar kita, bukan seperti kamu yang mengejar wanita!" Wahyu memberi pencerahan pada adiknya."Tapi karisma, dan wibawa Kakak tidak mempan sama Cantika.""It
Read more
PART. 27
Nur menghela napas, lalu bangkit dari duduknya, ia mendekati lemari, berharap masih ada pakaiannya di sana, karena ia ingin mandi, tapi tidak ingin masuk ke dalam kamar Wahyu.Nur bersyukur karena bukan hanya ada pakaiannya di sana, tapi ada handuk dan peralatan sholatnya juga.Nur masuk ke dalam kamar mandi, ia menumpahkan tangis sepuasnya, tangis yang tidak mampu lagi ia tahan. 'Kenapa Kakak harus bersikap manis, kalau pada akhirnya akan kembali seperti ini. Ini membuat hatiku terluka lebih dalam dari sebelumnya, Kak...hiks..hikss...'Nur merasa bertubi cobaan datang padanya dalam beberapa hari ini. Menerima tatapan penuh cemooh di resepsi pernikahan, mendapat hinaan dari Tata, dan sekarang kembali harus menerima sikap buruk Wahyu terhadapnya. Nur terus menangis, sampai ia merasa lelah.Setelah mandi, Nur hanya berbaring menunggu datangnya waktu maghrib, ia tidak berniat ke luar dari kamar. Setelah sholat maghrib, Nur membaca Al-Qur'an, sampai wakt
Read more
PART. 28
Nur membereskan perabotan bekas makan mereka, sementara Wahyu mengembalikan meja, dan kursi ke tempat asalnya, di teras samping rumah.Setelah mengembalikan kursi, dan meja, Wahyu menemui Nur di dapur. Ternyata Nur sudah menyelesaikan pekerjaannya."Duduk, Nur, ada yang ingin aku bicarakan." Wahyu menunjuk kursi dapur. Nur duduk di sana, Wahyu duduk di hadapannya."Ada apa, Kak?" Nur merasa sedikit tegang menunggu apa yang ingin dibicarakan Wahyu. "Jangan tegang begitu dong, Nur, santai, rileks, tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan," ucap Wahyu sambil memberi aba-aba dengan tangannya, agar Nur menarik napas, dan menghembuskannya.Nur melakukan apa yang dikatakan Wahyu, tapi hal itu tidak membuatnya jadi rileks, Nur justru semakin tegang saja perasaannya."Ada apa, Kak. Katakan secepatnya, biar aku tidak merasa tegang, dan penasaran," pinta Nur dengan tatapan lekat ke mata Wahyu. Jantungnya terasa berdetak tak menentu, menunggu Wahyu mengucap
Read more
PART. 29
Mereka sudah berada di dalam kamar, Wahyu menatap lekat tubuh istrinya. Nur menggigit bibir bawahnya, wajahnya merah padam. Ia merasa tatapan Wahyu membakar dirinya. Wahyu membungkuk di atas Nur.Kedua tangan Wahyu meraih tangan Nur, disisipkan jari jemari dikedua tangannya, dengan jari jemari Nur. "Kak" Nur merintih pelan. Karena gemas dengan dada Nur yang besar, Wahyu menggesekan wajahnya ke permukaan dada Nur. Nur menggeliat kegelian, saat rambut Wahyu menyentuh kulit dadanya."Geli Kak" protes Nur. Wahyu turun makin ke bawah, kali ini perut Nur yang jadi sasarannya. Dikecupnya perut Nur di beberapa tempat, meninggalkan bercak merah di sana. Nur merasa geli, juga merasa ada yang aneh menjalari tubuhnya. Bibir Wahyu bergeser lagi ke bibir, lalu ke pipi Nur. Dikecup dengan mesra bakpao coklat yang meluber toping strawberrynya, karena terkena api gairah yang membara. Bibir Wahyu turun ke leher Nur, ia mencecahkan kecupan kuatnya di beberapa tempat, m
Read more
PART. 30
Wahyu tiba di rumah sakit, ia di sambut Bunda Aira di depan ruang IGD. Mereka bergegas masuk ke dalam ruang IGD. Wahyu mendekati Nur yang terbaring lemah, mata Nur terpejam rapat, wajah dan bibirnya tampak pucat. Ada infus terpasang di tangannya."Dia sudah siuman tadi, tampaknya dia sekarang tertidur""Kenapa Nur sampai pingsan, Bunda?""Kata dokter, lambungnya agak terganggu. Tampaknya Nur mengalami tekanan yang mengakibatkan stress, pola makannya jadi berubah drastis, jadi lambungnya terganggu, itu kata dokter. Bunda tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga kalian. Bunda hanya berharap kamu bisa membantu Nur mengatasi tekanan yang tengah ia alami" ucap Bunda Aira."Tekanan apa, Bunda? Aku memang melihat Nur berubah dalam pola makannya, tapi kupikir itu karena dia ingin diet. Padahal aku sudah bilang, jangan dipaksakan, karena aku menerima dia apa adanya. Aku benar-benar tidak tahu kalau Nur sedang tertekan" ujar Wahyu dengan suara pelan, karena takut membangu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status