All Chapters of Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia): Chapter 41 - Chapter 50
60 Chapters
BAB. 41
Nur menatap ke luar butik, ia mengenali mobil yang baru memasuki halaman butik. Itu mobil si 'daging impor' Lindsy. Lindsy datang bersama dua orang temannya. Nur mengambil ponselnya, lalu menelpon suaminya."Assalamuallaikum, Nur""Walaikum salam, Kakak" panggil Nur bernada manja."Ada apa?""Kakak, Kakak sedang repot tidak?""Memangnya ada apa?""Aku ingin makan putu mayang, bisa Kakak belikan tidak. Enghh, tapi kalau Kakak sibuk atau capek tidak usah saja, biar nanti saat makan siang aku cari sendiri saja, maaf ya Kak. Assalamuallaikum""Nur, sebentar aku belikan ya, atau aku jemput kamu, kita makan siang ke luar, bagaimana?""Iya, Kakak""Kamu tunggu di butik saja. Assalamuallaikum""Terimakasih, Kakak. Walaikum salam"Nur mematikan ponselnya, dengan senyum terukir di bibirnya. Hari ini Lindsy harus tahu, kalau Wahyu adalah miliknya. "Bagaimana hari ini? Mau makan siang bareng Kak Wahyu lagi nggak?" Tanya salah
Read more
BAB. 42
18++Wahyu sudah menjalankan mobilnya, sesekali ia melirik istrinya yang duduk di sebelahnya, dengan diam bak patung saja."Kamu kenapa, Nur?" Nur menolehkan kepala, lalu kepalanya menggeleng pelan."Apapun yang mereka katakan, jangan membuatmu sakit hati. Kalau kamu sakit hati, kasihan anak kita yang ada di dalam kandunganmu.""Heum" Nur menganggukan kepala. Sejujurnya, ia masih syok dengan kejadian tadi. Nur tidak menyangka, kalau Tata, dan Lindsy bekerja sama untuk memisahkannya dari Wahyu. Kejadian tadi baginya bagai adegan di sinetron saja, seperti bukan kejadian yang benar-benar nyata.Nur melirik ke arah suaminya, diamatinya dalam diam wajah suaminya, yang sesaat tadi baru saja jadi obyek rebutan dua orang wanita.'Kak Wahyu ganteng, gagah. Ehmm seperti artis sinetron Anjasmara waktu muda. Eeh, sampai sekarangkan Anjasmara masih terlihat muda. Wajar saja kalau banyak wanita yang menyukainya. Aku beruntung punya suami seperti dia,
Read more
BAB. 43
Wahyu tiba kembali di kantor."Kak!" Bayu menyongsong kedatangan Wahyu di kantor mereka."Ada apa?""Aku dengar tadi Tata bertengkar dengan Lindsy di rumah makan. Kabarnya Kakak yang jadi penyebab pertengkaran mereka. Kok bisa, Kak?""Kamu tahu dari mana?""Tris, ada di sana juga tadi. Mungkin Kakak tidak melihatnya. Kenapa Kakak bisa jadi penyebab pertengkaran mereka, Kak?""Kamu tahukan, Kakakmu ini pria paling cool sedunia? Jadi wajarlah kalau diperebutkan wanita" Wahyu membentangkan tangannya dengan gaya bak pria terganteng sedunia.Bayu tertawa melihatnya."Ganteng, tapi sudah punya istri. Itu dua wanita kenapa bisa mengejar Kakak. Bukannya mereka tahu Kakak punya istri, atau Kakak mengaku bujangan sama mereka?""Ehhh, aku bukan tukang tipu ya. Aku jujur kalau aku punya istri, nih lihat, tanpa aku bicarapun orang pasti tahu kalau aku punya istri. Nur sudah memberi stempel dengan jelas di leherku. Si Tata dan si Lindsy itu saja yang
Read more
BAB. 44
Wahyu tiba di depan pagar rumahnya, ia ke luar dari dalam mobil, ia membuka gembok yang tergantung di pintu pagar. Dibuka pintu pagar selebarnya. Dengan perlahan dimasukan mobilnya ke halaman, lalu ia kembali ke luar dari mobil. Ditutupnya kembali pagar, dan langsung ia gembok kembali seperti semula. Baru dibuka pintu garasi yang memang tidak dikunci, sebelum mobil Wahyu masuk ke sana. Dahi Wahyu berkerut dalam, motor matic Nur tidak ada di dalam garasi. Perasaan Wahyu langsung tidak enak, ia batal memasukan mobilnya ke dalam garasi. Bergegas ia membuka kunci pintu rumah, dibukanya pintu dengan tergesa."Nur!" Seru Wahyu begitu pintu terbuka. Dengan langkah lebar ia masuk ke dalam rumah, kamar tidur mereka adalah tempat pertama yang di datanginya."Nur!" Jantung Wahyu berdegup lebih cepat dari biasanya, ia memeriksa ke dalam kamar mandi, dan tidak menemukan Nur di sana. Wahyu ke luar dari kamar, ia mencari Nur sampai ke dapur. Tapi Nur tidak juga ia temukan.
Read more
BAB. 45
Wahyu menatap Nur yang duduk di tepi ranjang dengan memeluk bantal. Sesekali terlihat ia menyusut air mata, dan ingusnya dengan tissue. Keranjang sampah yang terlihat dipenuh tissue berada tidak jauh dari kaki Nur yang menjuntai ke lantai.Wahyu duduk di samping Nur, Nur menggeser duduknya menjauh. "Nur" Wahyu menatap wajah Nur dari samping, Nur menolehkan kepalanya ke arah berlawanan. Ia menarik tepi hijab di sisi pipinya lebih ke depan, agar Wahyu tidak bisa melihat wajahnya yang sembab, karena menangis terus menerus.Andai hal ini terjadi beberapa bulan lalu, Nur yakin ia tidak akan ambil pusing. Karena Wahyu sendiri membencinya. Rasa kecewa di hati Nur tumbuh, karena harapan, dan ungkapan cinta Wahyu yang ternyata sudah dihianati oleh Wahyu sendiri."Aku tahu aku salah, Nur. Aku tidak mengabarimu kalau akan pulang terlambat. Tapi itu tidak aku sengaja Nur, ponselku ketinggalan di atas meja ruanganku. Aku lupa membawanya ke lokasi. Andai Ayah, atau
Read more
BAB. 46
18++Wahyu menelpon Bayu dengan ponsel Nur, meminta Bayu membawakan pakaian ganti untuknya dari rumah orang tua mereka. Setelah Wahyu mandi dan sholat. Mereka makan malam di rumah ibu Nur."Kita pulang ya Nur" "Motorku bagaimana, Kak?""Motormu biar besok diantarkan Udin ke rumah," jawab Wahyu. Udin adalah salah satu karyawan di perusahaan Wahyu."Terserah Kakak saja" Nur tersenyum menatap suaminya.Mereka berpamitan pada Ibu Nur, untuk pulang malam itu juga. Ibu Nur sempat berpesan pada keduanya, agar jangan cepat terbawa emosi, dan harus selalu lancar dalam berkomunikasi.Wahyu menjalankan mobilnya dengan pelan saja menyusuri jalan A. Yani menuju pulang ke rumah mereka di Banjarbaru.Nur mengernyitkan keningnya saat Wahyu membelokan arah mobilnya ke sebuah hotel paling besar yang ada di sana. Hotel yang posisinya berseberangan dengan landasan pacu bandara."Mau apa ke sini, Kak?" Tanya Nur bingung."Numpang ti
Read more
BAB. 47
Nur menjalankan motor maticnya dengan santai saja, untuk menuju pulang ke rumahnya. Jalanan terlihat basah, dan genangan air di mana-mana, karena adanya jalan yang berlobang. "Hayy cantik!" Seru seseorang yang mensejajari laju motor Nur dengan mobilnya. Nur menjulurkan lidahnya, pada orang yang menggodanya, yang tidak lain adalah Wahyu, suaminya."Baru pulang kerja ya""Kakak duluan, nanti ada yang marah kalau kita ngobrol di jalan""Siapa yang marah?""Duluan!" Nur mengibaskan tangannya, meminta Wahyu agar menjalankan mobilnya lebih dulu. Karena dengan mereka berkendara beriringan begini pasti akan mengganggu pengguna jalan lainnya."Kakak, duluan sana!" Seru Nur."Tidak mau, aku ingin selalu di sampingmu""Iih, Kakak!" Tiiitt!! Suara klakson mobil di belakang mengagetkan Wahyu, tanpa sengaja ia menabrak genangan air, dan mencipratkan air genangan itu ke tubuh dan wajah istrinya sendiri."Kakak!" Nur b
Read more
BAB. 48
Wahyu ke luar dari dalam mobilnya, dan ia disambut wajah masam Henny yang sudah menunggu di kantornya."Kak Wahyu keterlaluan!" Seru Henny tanpa basa basi."Keterlaluan bagaimana?""Kenapa tadi malam tidak datang!""Tapi Bayu datangkan""Aku butuh Kak Wahyu, bukan Bayu!""Apa bedanya aku sama Bayu, kami sama-sama sepupumu. Lagipula kamu terlihat baik-baik saja. Tidak ditahan Polisikan? Lalu apa masalahmu aku tidak datang?""Kak Wahyu takut sama Nur ya, makanya tidak berani datang menemuiku. Kak Wahyu tidak diijinkan Nur pergikan!?""Bagaimana Nur bisa melarangku pergi menemuimu, mendengar namamu saja dia muntah. Apa lagi menyebut namamu dengan mulutnya""Hiiihhh, itu pasti akal-akalan Nur saja, biar dia Kak Wahyu perhatikan. Mana ada orang ngidam begitu, cih, memalukan!""Heeh dengar ya, nenek dan ibuku bilang itu kebiasaan turun temurun. Lagipula, meskipun itu Nur lakukan karena ingin aku perhatikan, aku tidak keberatan. Dia istri
Read more
BAB. 49
Nur membuka matanya, ia mengangkat tangannya ke atas kepala, dan meluruskan kakinya sambil menggeliatkan tubuhnya."Awwww!!" Nur berteriak dengan nyaring, pergelangan kakinya terasa sangat sakit. Nur berusaha bangkit, namun ia tak mampu melakukannya."Kakak!" Teriaknya dengan suara sekeras yang ia bisa. Wahyu yang sedang mengeluarkan cucian dari mesin cuci tersentak mendengar panggilan Nur. Ia segera berlari menuju kamar tidur mereka."Nur, ada apa?""Kakak, kakiku sakit. Sakit sekali!" Wajah Nur bersimbah air mata."Awww, sakiit!" Seru Nur saat Wahyu menyentuh kakinya yang mengeras dengan tiba-tiba saat ia menggeliat tadi."Salah urat, sebentar aku cari minyak urut dulu" Wahyu membuka laci meja, dan menemukan minyak yang biasa ia pakai mengurut kaki dan pinggangnya yang pegal."Tahan ya" Wahyu mengusap kaki Nur dengan perlahan, menguraikan urat-urat kaki Nur yang saling bertindihan. Nur meringis mencoba menahan rasa sakitnya."Kamu tahu N
Read more
BAB. 50
Nur ke luar dari dalam mobil Willy, saat Willy memarkir mobilnya di depan sebuah bengkel tambal ban.Mereka menunggu Pak Jamhari yang menuntun motor Nur datang."Sudah berapa bulan?" Willy menunjuk perut Nur yang besar."Hampir 5 bulan" jawab Nur dibarengi senyuman dan elusan pada perutnya yang membukit."Sudah lama menikah?""Belum 2 tahun" "Kerja di mana Masnya?""Ikut Ayahnya yang punya usaha perumahan dan tanah kavling""Ooh, ini tadi kamu dari mana?""Dari tempat kerja""Kerja di mana?""Di butik""Ooh""Itu Pak Jamhari datang!" Nur berdiri dari duduknya, Willy ikut berdiri juga. "Terimakasih ya Pak Jamhari, maaf merepotkan""Tidak apa-apa Mbak""Terimakasih ya Mas Willy atas bantuannya. Maaf jadi mengganggu perjalanan Mas Willy, sekali lagi terimakasih" Nur menangkupkan kedua tangannya di depan dada."Sama-sama Nur. Aku permisi dulu ya, ada urusan yang harus aku selesaikan"
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status