All Chapters of The King Of Denver (INDONESIA): Chapter 71 - Chapter 80
130 Chapters
BAB 70
Melihat Mia yang kesulitan bernapas dan tiba-tiba menggaruk tubuh serta wajah dengan gerakan keras dan menyakitkan, Gia pun menjadi khawatir, terutama ketika gadis itu menangis histeris dan mengeluh panas hingga terduduk di lantai.“Nana!” jerit Mia yang di tubuhnya mulai timbul bentol-bentol berwarna merah.Air mata mulai berjatuhan membasahi pipi dan dia juga terlihat berusaha membuka semua aksesoris yang melekat di tubuh, namun dengan cepat Gia menahan tangannya dan beberapa pengawal yang tadi berjaga di sekitar mulai berdatangan, kemudian membantu mereka.“Apa yang terjadi?” tanya Snow dengan wajah pucat pasih, berpikir Mia terluka parah.Gia mengobservasi sekitar dan tatapannya jatuh pada bunga Snow on Mountain yang berada di dalam vas di sekitar pintu penghubung menuju taman mawar.“Sejak kapan bunga itu ada di sana?” tanya Henrieta yang memiliki pandangan sama.Snow melirik bunga yang menjadi topik
Read more
BAB 71
Tatapan Jaxon tampak jauh di depan jendela kamar dimana Mia berbaring saat ini. Sesekali dia melirik ke balik bahu, pada gadis yang tertidur di atas ranjang dengan selang infus di tangan.Bengkak di wajah serta bentol-bentol merah di kulit tampak sudah mulai reda.Jaxon menghela napas dan kembali ke sisi gadis itu. Dia mengelus wajah Mia yang sembab karena terlalu lama menangis. Napasnya yang teratur membuat Jaxon merasa lega, setidaknya Mia tidak lagi tersiksa akan gatal dan panas yang menjalar di tubuh.“Aku tidak tahu dia alergi pada jenis bunga tertentu,” ucap Jaxon saat mendengar suara pintu kamar yang dibuka tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan dari gadis yang terbaring di hadapan. “Bila aku tahu, tidak akan kubiarkan bunga-bunga itu menghiasi Aurelia.”“Itu bukan salahmu,” jawab Rey sembari mendekat ke kaki ranjang. “Setidaknya, dia tidak alergi mawar.”Jaxon mendengus dan membawa tangan Mia
Read more
BAB 72
Jaxon mengisyaratkan pada Rey untuk keluar dari ruangan agar memberi mereka privasi. Melihat tangan Jaxon yang mengibas di balik punggung, Rey pun memutar bola mata dan mengajak Salvador untuk memberikan ruang sendiri bagi insan di dalam sana.Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, Jaxon pun menghembuskan napas pelan sembari membawa Mia dalam pelukan.“Apa kau tidak ingat dengan kejadian barusan?” tanya Jaxon yang seketika menyurutkan tangis Mia saat itu juga. Gadis itu mengangkat kepala dan menatap Jaxon dengan mata basah.“Aku alergi bunga Snow on Mountain,” ucap Mia lirih yang hanya direspon dengan anggukan kepala.“Ya, tampaknya seperti itu, karena kau terbaring di sini dengan bekas luka gores serta beberapa sisa bentol-bentol di kulit,” ucap Jaxon yang langsung mendapat pukulan di perut.Mia menatap baju slayer putih yang dia pakai sudah tidak lagi berbentuk, bahkan dia tidak berani menatap diri di cer
Read more
BAB 73
Mia menatap kamar baru yang akan dia tempati sebagai awal bulan madu. Matanya mengerjab tidak percaya karena setengah jam yang lalu dia baru saja mengucap janji suci di depan Tuhan dan namanya berubah seketika menjadi Mia Bradwood.Kepala Mia menoleh ke arah pria yang kini sudah berganti status ‘suami’ dan menjadikannya seorang ‘istri’ saat ini.Dia tidak mengira akan menikahi pria yang dengan mudahnya memanipulasi semua hal hingga rasanya Mia tidak sadar bagaimana statusnya dengan cepat berganti.Dan menyebalkannya, mereka menikah di rumah sakit, membuat Mia ingin menangis keras karena bukan ini mimpi pernikahan yang dia mau.Pertama lamaran tidak romantis di ruang perpustakaan, kedua di hari pernikahan dia harus dilarikan ke rumah sakit karena alergi? Lalu, besok apa lagi? Ketubannya pecah di tengah keramaian seperti orang mengompol di celana?Membayangkan masa depan saja membuat kepala Mia pusing tiba-tiba.“
Read more
BAB 74
Mata Mia membulat saat dia menyadari Jaxon menghimpit tubuhnya dan bukti gairah pria itu mendesak di antara paha, sedang kepala Jaxon berada di leher dan mulai mengendus kulitnya yang sensitive hingga membuat Mia mendesah tanpa sadar. Namun, dia pun tersentak ketika tangan hangat Jaxon mulai bermain di atas payudara.Seketika Mia mencoba mendorong tubuh Jaxon agar memberinya ruang. Jantungnya yang hendak meledak juga tidak membantu.“Aku belum mandi!” teriak Mia histeris sembari berusaha menggelepar di bawah tubuh Jaxon yang berat. Tapi, entah mengapa rasa nikmat malah menjalar di sekujur tubuh saat Jaxon menggesekan benda dibalik celananya pada kewanitaan Mia yang berada di antara paha.Untung saja bukti gairah pria itu masih terbungkus di balik celana, sehingga Mia tidak harus cemas keduanya bertemu, dan benda feminim miliknya masih aman di balik celana berenda dengan warna merah darah.“Hmm … kau sangat wangi,” gumam Jaxo
Read more
BAB 75
“Ada apa dengan wajahmu yang muram?” tanya Rey sembari menutupi tawa di balik telapak tangan, pura-pura mengusap rahang dan pipi bekas cukuran pagi tadi.Danny yang tidak peka akan basa-basi sahabatnya pun menjawab; “Mia tidak menginzinkan Jaxon tidur di ranjang yang sama tepat setelah malam pertama keduanya.” Yang seketika mendapat delikan tajam si pemilik nama.Dari seberang ruangan terdengar tawa Connor yang tertahan, serta Nicko yang terbatuk kecil.“Dia bukan tidak mengizinkan, hanya mepersiapkan diri untuk malam berikutnya,” ucap Jaxon membuat-buat alasan yang semakin menjadi bahan lelucon.“Begitukah? Lalu bagaimana ceritanya dahimu bisa bengkak begitu?”Seketika Jaxon menyentuh benjolan di kepala dan dia meringis ketika ingatan pagi tadi terulang kembali dalam memori. Tampaknya, Mia memiliki ketepatan yang akurat ketika melempar sebuah benda.“Oh, itu,” mulai Danny yang seke
Read more
BAB 76
Setelah kepergian Jaxon, seluruh anggota Red Cage berkumpul kembali. Termasuk Danny dan Gavin yang datang belakangan begitu Rey menyatakan Coumpound telah aman. Pria-pria itu duduk melingkar di meja dan memulai sesi taruhan yang sempat diinterupsi ketika Jaxon tiba secara mendadak, padahal mereka mengira dia akan terus berlama-lama di dalam rumah perlindungan karena ada Mia yang akan melayaninya bermain sampai puas.Apa lagi mengingat Jaxon puasa bersetubuh selama hampir satu setengah tahun lamanya.“Sudah kubilang untuk tidak mengatakan sesuatu yang membangkitkan amarah Jaxon, Danny,” ucap Rey yang melempar tatapan tidak senang.Danny Johanson hanya mengedikan bahu dan kembali melanjutkan untuk menghabiskan pudding di meja yang tidak sempat disentuh.Baru saja mereka hendak menyesap minuman masing-masing, saat tiba-tiba pintu ruangan pertemuan dibuka dengan suara keras, hingga membuat kesemua pria mengeluarkan senjata api dari balik celana da
Read more
BAB 77
Suasana pagi itu terasa panas, karena sejak tadi Jaxon melempar pandangan membara ke arah Mia yang sengaja duduk di sisi meja seberang, menjauhi pria yang sedari tadi menatapnya dengan pandangan hendak memangsa. Bahkan tubuh Mia menggelenyar sampai ke punggung ketika mendapati mata predator Jaxon yang tidak henti-henti mengikuti setiap gerak kecil yang tidak sengaja dia lakukan. Mulai dari ketika mengambil botol garam dan merica di meja, atau ketika menggigit bibir bawah saat kesulitan memilih menu sarapan.Sengaja Mia menghindari tatapan Jaxon yang tampaknya ingin melintasi meja, andai saja mereka hanya berdua di sana. Untunglah dia dikelilingi beberapa penjaga keamanan, dan Emily juga ada di dapur mengurus makanan keduanya.Karena merasa jengah ditatap tanpa henti, Mia pun berdehem dan mencoba mendinginkan suasana yang sengaja Jaxon panaskan.“Apa kau akan keluar lagi?” tanya Mia tanpa sekali pun mengangkat kepala dari hidangan di meja, karena dia
Read more
BAB 78
Ruang pertemuan yang disetujui oleh Salvador terletak tidak jauh dari jantung kota Denver, namun keberadaan rumah-rumah di sekitar, sedikit mensiasati rumah rahasia tersebut. Bahkan, Jaxon terpaksa menggunakan mobil yang berbeda agar tidak terdeteksi saat menjumpai pria tersebut.Hal sama juga dilakukan oleh Dune Fontana yang tiba belakangan serta beberapa anggota Red Cage yang ikut serta.Dalam ruangan pertemuan itu hanya terdapat enam orang saja.Jaxon, Dune, Rey, Nicko, Gideon dan si tuan rumah, Salvador.Mereka tampak sedang berdiskusi mengenai rencana untuk masuk ke dalam lingkaran Famiglia tanpa membuat keributan tidak berarti, namun sebelum itu, kesemuanya sepakat untuk meluruskan masalah tentang siapa yang ingin mencelakai Mia.“Kau sudah menemukan siapa pelakunya?” tanya Salvador sembari memainkan dadu yang tidak sempat dia bereskan sebelum tamu-tamu itu datang.Kepala Jaxon mengangguk samar dan dia tampak bosan karena d
Read more
BAB 79
Rumah perlindungan terlihat sepi saat Mia turun ke lantai bawah, dan dia menatap sekitar dengan heran karena tidak ada satu pun penjaga atau pelayan di sana, membuat Mia khawatir telah terjadi sesuatu yang mengakibatkan orang-orang menghilang.Dengan langkah gugup, Mia melintasi ruang tengah begitu dia mendengar suara-suara datang dari arah dapur.Hatinya yang tadi berdegup tidak karuan, berubah menjadi lega ketika menemukan ternyata Jaxon yang berada di sana.“Astga, Jaxon! Kau membuatku takut sesaat tadi!” gerutu Mia sembari mendekat dengan wajah kesal.Jaxon yang sejak tadi berada di balik Kitchen Island hanya menatap Mia dengan sebelah alis naik ke dahi sedang tangannya memegang mug berisi kopi. Manik mata hitam pekatnya mengobservasi wanita itu dari ujung kaki hingga kepala. Begitu seterusnya sebanyak tiga kali, membuat Mia gelisah sendiri.“Ada apa dengan tatapanmu?” gumam Mia sembari melangkah mundur.Mendapati
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status