Semua Bab Wonderstruck: Bab 81 - Bab 90
281 Bab
Complicated [1]
“Mulai sekarang, aku bakalan sering ngajak kamu ke resto padang,” gurauku pada Marco. Kami baru tiba di depan gerbang Rumah Borju. “Ide Levi beneran keren. Betemu karena pertandingan tadi udah berkurang, kan?”Marco tertawa kecil. “Iya, sih. Itu cara aneh yang udah lama kulupain. Dulu, anak-anak taunya nggak sengaja. Aku pun nggak ingat awalnya seperti apa. Sejak itu, mereka sering ngajak makan nasi padang tiap kali aku beneran bete. Levi juga benar, dulu aku gampang kesal. Kadang cuma gara-gara hal sepele, bisa gondok setengah mati. Tapi setelah ikut ngurusin Puan Derana, jadi lebih tenang. Aneh, ya?”Aku tak pernah tahu fakta itu. Namun, aku menghargai karena Marco mau berbagi informasi itu padaku. “Nggak aneh,” kataku. “Tiap orang punya cerita uniknya sendiri. Tapi, aku masih nggak sanggup ngebayangin kayak apa rasanya makan rendang dipadu dengan meses. Apa nggak enek?”“Mungkin lidahku ini mem
Baca selengkapnya
Complicated [2]
Alisku bertaut. “Aku nggak punya nomornya.”“Aku punya.” Vicky mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.“Kalau memang ada perlu, mending kamu aja yang telepon. Aku sungkan karena memang nggak kenal akrab.” Mendadak, aku teringat pada Thea. “Atau, mending Thea aja yang ngontak Bang Redho.”Vicky menggeleng. “Kalau Thea bisa, aku nggak bakalan minta tolong sama kamu. Siapa tau, kali ini dia mau ngangkat teleponnya. Kalau iya, ntar aku yang ngomong.”Kalimat Vicky memang benar. Dia tak perlu minta bantuanku jika Thea tak memiliki kendala apa pun untuk mengontak pacarnya sendiri. Hal itu justru membuatku makin penasaran. Namun, mengajukan banyak pertanyaan pun tak ada artinya. Belum tentu Vicky mau memuaskan rasa ingin tahuku.“Berapa nomornya?” Aku akhirnya mengalah. Kukeluarkan gawaiku dari dalam tas selempang. Vicky menyebutkan angka-angkanya, aku mengulangi sekali lagi sebelum me
Baca selengkapnya
Complicated [3]
Dinda yang belum lama tinggal di Rumah Borju, malah lebih getol urusan ibadah dibanding Esther. Gadis itu rutin berpuasa Nabi Daud, sehari puasa dan sehari tidak. Kecuali jika sedang berhalangan.Aku yang paling ala kadarnya jika sudah berkaitan dengan ibadah. Aku hanya mengerjakan ibadah yang wajib saja. Itu pun kadang hampir lupa seperti sekarang ini. Padahal, ada banyak hal yang harus kusyukuri dalam hidup ini, kan? Allah sudah memberi banyak, selalu melindungiku sampai detik ini. Hingga aku tidak mengalami kejadian buruk seperti yang menimpa orang-orang di Puan Derana. Semestinya, itu membuatku lebih banyak bersyukur di tiap kesempatan.Marco sempat mengabari bahwa dia sudah sampai rumah via pesan di WhatsApp. Setelah itu, kuputuskan untuk tidur. Aku hampir terlelap saat pintu kamarku diketuk. Tadinya, aku berniat mengabaikan tamu yang tak kuharapkan sama sekali itu. Namun akhirnya aku berubah pikiran setelah mendengar suara Lita menyebut namaku.“Baru
Baca selengkapnya
Complicated [4]
Aku terlelap tak lama kemudian dan terbangun oleh suara alarm ponselku. Di luar masih gelap dan rasa kantuk belum sepenuhnya lenyap. Aku menelentang dengan mata terbuka. Hari ini aku harus ke kampus. Pukul delapan pagi, aku akan belajar Bisnis dan Ekonomi Indonesia, satu-satunya mata kuliah wajib untuk semester ini. Aku tidak mengulang subjek lain karena sudah kulakukan di semester sebelumnya. Alasannya? Karena aku hendak fokus pada penulisan skripsi.Siangnya, aku juga berencana untuk bertemu Ibu Tiur. Bab dua skripsiku sedang diperiksa dan hari ini kami akan membahas isinya. Bab satu cukup mulus karena hanya memerlukan sedikit koreksi yang bisa kukerjakan sehari penuh. Jika tidak banyak yang harus kuperbaiki pada bab dua, mungkin aku bisa meneruskan skripsiku.Pagi itu, saat aku mendatangi dapur untuk sarapan, suasana di tempat itu cukup ramai. Seolah semua penghuni Rumah Borju tumpah ruah di ruangan yang luas itu. Suara obrolan sempat berhenti saat aku memasuki dapu
Baca selengkapnya
Skyfall [1]
Suasana di tempat indekosku berubah seketika. Tidak ada yang berani mendekat ke arah Mbak Titiek yang masih berteriak-teriak sembari mengguncang tubuh Thea. Aku dan teman-temanku saling pandang. Bulu kudukku meremang. Meski tidak ada yang bicara, kami tahu ada satu kesimpulan yang menggantung di udara. Thea mencoba bunuh diri.Teman-temanku mulai berbisik-bisik, tapi telingaku seolah tuli dan tak bisa mendengar detail obrolan mereka. Aku seakan terlempar ke dunia yang berbeda. Kepalaku dipenuhi pertanyaan, apakah ini salah satu bentuk tragedi yang harus kusaksikan? Benarkah Thea memang ingin bunuh diri? Memangnya apa yang dialaminya sampai nekat mengakhiri hidup?“Thea kenapa? Kenapa harus nekat gitu? Masa iya kalau ada masalah, langsung mau bunuh diri? Kan pasti bisa dicarikan jalan keluarnya. ”Entah siapa yang mengucapkan kata-kata itu dengan suara lirih. Namun membuatku kembali pada kekinian dan menyadari apa yang sedang kuhadapi. Aku da
Baca selengkapnya
Skyfall [2]
Mbak Titiek berdiri sambil memandang kami semua. Aku merinding melihat lap di tangan kanannya yang memerah oleh darah Thea. Ada tetesan yang jatuh ke lantai.“Thea itu memang suka bikin ulah. Pasti banyak di antara kalian yang nggak suka sama dia. Tapi, jangan sampai kalian nyebarin fitnah. Orang lagi kesusahan, jangan ditambahin. Jangan sampai anaknya jadi betul-betul pengin bunuh diri,” Mbak Titiek mengingatkan. “Jangan ngomong apa-apa dulu di luar sana. Nanti malah jadi makin heboh padahal kenyataannya nggak separah gosip.”Aku seolah baru saja ditonjok. Ucapan Mbak Titiek sangat benar. Karena itu, aku pun membalikkan tubuh untuk kembali ke dapur. Meski tak berselera, aku harus segera menuntaskan sarapan sebelum berangkat ke kampus. Teman-temanku pun memilih kembali ke dapur. Kali ini, tak ada yang bicara. Semua tampaknya terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Entah apa yang terjadi pada Thea. Untuk saat ini, kami semua terpaksa men
Baca selengkapnya
Skyfall [3]
Meski tak menyukai Thea, aku kurang setuju dengan dugaan Susi untuk beberapa alasan. Jika kuingat lagi, Redho dan Thea baru berpacaran selama lima atau enam minggu. Apakah mereka setuju untuk segera melangkah pada aktivitas fisik paling intim begitu berpacaran? Aku agak ragu. Karena Thea adalah tipikal orang yang suka mempermainkan para pria, bukan sebaliknya. Dia takkan sebodoh itu menyerahkan diri pada pacarnya. Karena Thea hanya ingin kaum adam bersimpuh di kakinya, memuja, dan mengejar-ngejarnya.Aku menghela napas, berjuang membuang aneka pikiran di kepalaku. Apa pun yang dilakukan Thea dan Redho selama berpacaran, sama sekali bukan urusanku. Seharusnya, aku tidak membuang energi begitu banyak untuk memikirkan masalah mereka.Ketika baru meninggalkan kamar, aku sempat berpapasan dengan Chicha dan Esther di halaman rumah Borju. Trudy dan Raisa pun bersiap meninggalkan Rumah Borju.“Thea di mana?” tanyaku sembari memandang Chicha dan Esther bergan
Baca selengkapnya
King of Pain [1]
Usai makan siang, Levi menemaniku untuk menemui Bu Tiur. Tidak ada masalah berarti dalam skripsiku. Bab dua sudah disetujui dosenku itu. Meski ada beberapa poin yang harus kulengkapi, tapi pengerjaannya takkan lama. Asal aku tak menunda-nunda dan tetap fokus, tugas revisi itu akan selesai dalam waktu beberapa jam.Setelah itu, aku dan Levi menunggu Marco menyelesaikan kuliahnya. Kami duduk di bangku yang ada di koridor, tepat di seberang ruang kelas pacarku. Topik obrolan kami masih menyangkut Thea. Rasa penasaranku berlipat ganda karena belum ada yang bisa mengonfirmasi berita heboh yang dibawa Levi tadi.“Aku sendiri nggak tau asal mula beritanya, Nef. Cuma, tadi sempat dengar kalau ada polisi yang datang ke kampus pagi-pagi, nyari Bang Redho. Padahal, dia kan udah lama nggak jadi asisten. Trus nggak lama ada yang bilang, Bang Redho udah ditangkap di rumah temannya.” Itu detail yang kudapat dari Levi saat kami makan siang di kantin.“Kamu yak
Baca selengkapnya
King of Pain [2]
“Aku lagi serius, malah sempat-sempatnya bikin fitnah,” gerutuku. “Aku betul-betul nggak nyangka Bang Redho kayak gitu. Ini masih dalam tahap denial karena nggak pernah ngeliat tanda-tanda kalau dia pemangsa cewek.”“Wahai Nefertiti belahan jiwanya Marco, kenapa kamu sekejam ini. Kakiku masih dipakai.” Levi agak membungkuk sembari mengusap-usap tulang kering kaki kanannya. “Soal Bang Redho, memang bikin kaget, kok! Banyak yang nggak percaya. Apalagi kayak kubilang tadi, kasusnya ditutupin. Jadinya, makin banyak yang yakin kalau itu cuma gosip doang.”“Kamu percaya, Lev?”“Percaya, karena pernah ngobrol sama dua orang korbannya.”Aku bergidik. “Tampang alim, orangnya pun selalu sopan, nggak....”“Jangan selalu terpesona sama bungkusnya,” sela Levi. “Nggak belajar dari pengalaman sendiri, Nef? Masih ingat pertemuan bersejarah antara kamu dan
Baca selengkapnya
King of Pain [3]
Kami masih mengobrol selama kurang lebih seperempat jam. Marco sempat bertanya tentang hasil pertemuanku dengan Bu Tiur. Cowok itu juga membahas tentang Nilla yang diminta pulang oleh orangtuanya. Padahal, gadis itu masih menjalani terapi dan rutin mengonsumsi obat dari psikiater untuk mengatasi traumanya. Pacarku juga menyebut Sonya yang makin dekat dengan Noni. Bahkan, sesekali Noni mulai tidur sekamar dengan ibunya.“Nilla bakalan sekolah lagi nggak, Co?” tanyaku dengan hati sedih.“Kalau dia tetap di sini, bisa sekolah. Tapi kalau pulang ke rumah orangtuanya, nggak yakin, sih,” ucap Marco. “Psikiaternya belum ngasih izin Nilla untuk ninggalin Puan Derana. Karena kalau balik ke Kisaran, pengobatannya pasti berhenti. PTSD kan nggak mungkin sembuh dalam hitungan hari, Nef. Beda sama flu atau batuk. Sementara Nilla masih jauh dari sembuh. Anaknya pun masih pengin di Puan Derana.”Obrolan tentang Nilla membuat suasana hatiku ki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
29
DMCA.com Protection Status