Semua Bab Dinikahi Suami Majikan: Bab 21 - Bab 30
47 Bab
22. Anes Hilang
Dengan air mata yang menggenang, Laili sangat terpaksa meminum obat yang diberikan oleh Ririn. Perasaannya sungguh tak enak, apalagi terlihat raut puas saat dirinya menenggak obat tersebut. Bik Kokom di depan sana hanya bisa menggelengkan kepala tak percaya. Sungguh tega sekali majikannya memperlakukan Laili yang yatim piatu dengan semena-mena."Bagus. Sekarang kamu lanjutkan lagi pekerjaanmu dan jangan berhenti sebelum rumah rapi. Ingat itu!" Ririn pergi dari hadapan Laili menuju ruang televisi, sedangkan Laili memilih masuk ke kamar mandi, lalu mengunci pintunya. Kran air dinyalakan besar oleh Laili.BbuuaaarLaili membuang obat yang ia tahan di bawah lidahnya ke dalam closet. Ya, untung saja Laili mendapatkan ide untuk pura-pura menelan obat yang ia minum. Padahal ia menyimpan obat tersebut di bawah lidahnya. Rasa pahit yang mendera ia harus tahan, asal obat itu tidak sampai masuk ke dalam perutnya. Setelah tenang, Laili mematikan kran air, lalu ke r
Baca selengkapnya
23. Fitnah yang Keji
"Tunggu sebentar, Ma. Jangan asal menuduh. Papa biar telepon Pak RT dan security komplek untuk bantu cari Anes. Tenang, Mama jangan panik," ujar Arya menenangkan Ririn."Tidak usah, Pa. Langsung lapor polisi saja. Papa selalu membela Laili, lihat dia jadi besar kepala. Kali ini Mama tidak akan ampuni. Masuklah kamu di penjara Laili!" "Astaghfirulloh, ada apa ini?" Bu Warty yang baru turun dari ojek, kebingungan melihat Ririn membentak Laili dan akan membawa Laili ke kantor polisi."Lihat tuh, Bu. Menantu kesayangan Ibu bersekongkol dengan penculik, untuk menculik Anes. Hiks ....""Gak mungkin. Laili bagaimana bisa?""Saya lalai, Bu. Maaf, tadi saya ketemu teman, trus hiks ... Hiks ... Trus ... Anes duluan gowes sepedanya. Pas ... Hiks ... Saya susulin, udah ga ada. Bukan salah saya, Bu. Saya tidak menculik Anes. Astaghfirulloh, tolong percaya saya!" Laili mengiba luruh di lantai tanah, ia menangis sesegukan."Sudah, sudah. Ayo, kamu bangun d
Baca selengkapnya
24. Ririn Jatuh dari Tangga
25. Ririn jatuh tergulingRirin melemparkan bungkusan obat ke lantai, tepat di hadapan Laili dan suaminya."Apa ini, Ma?" Arya menurunkan pelan Laili, lalu membungkuk mengambil satu strip obat yang tergeletak di lantai."Wanita yang papa bucinin ini, bermain cantik di belakang. Lihatlah dia! Berani-beraninya minum pil KB agar tidak hamil anak Papa.""T-tidak." tubuh Laili kembali bergetar hebat Ya Allah fitnah apa lagi ini?"Benar ini punya kamu Laili?" Arya menoleh pada istri mudanya yang masih terlihat lemas."Bukan, Pa. Laili malah ga tahu kalau itu obat apa," terang Laili sambil menggelengkan keras kepalanya."Bohong! Buktinya obat ini ada di kamar kamu. Di laci lemari," bohong Ririn mengarang cerita. Laili semakin sakit hati dan takut, dia tak punya tenaga untuk membantah, karena jujur saja, saat ini kepalanya pun masih berputar."Laili, saya tanya kamu. Benar kamu minum obat ini?""Saya membuangnya di
Baca selengkapnya
26. LAILI HAMIL
Ririn dilarikan ke rumah sakit setelah pingsan dengan darah mengalir banyak dari kepala belakangnya. Semua histeris kaget, terutama Doni yang baru saja akan turun mengambil susu. Bu Warti dan Bik Iyem bahkan hampir saja pingsan melihat darah berceceran di mana-mana. Wajah Arya menyeramkan, lelaki itu sangat ketakutan dengan darah yang terus saja mengalir tanpa henti. Jok mobil yang sudah basah oleh darah. Arya menutup pintu mobil, lalu melesat meninggalkan rumah untuk menuju rumah sakit terdekat.Mereka yang sibuk dengan kejadian menyeramkan Ririn, sampai lupa akan kehadiran Laili. Gadis itu berjalan dengan tatapan kosong, air mata tidak bisa keluar dari pelupuk matanya. Otaknya buntu, berjalan pun bagai tak menapak tanah. Byyuurr Laili menoleh saat mobil melewatinya dengan kencang, sehingga menyemburkan genangan air kotor sehabis hujan. "Mas Arya," gumamnya sedih, saat mengetahui mobil siapa yang melewatinya. Hatinya begitu nyeri, bagai ter
Baca selengkapnya
27. Kesedihan Laili
Bu Gyta; wali kelas Laili hanya bisa memandang punggung Laili yang masih saja naik turun. Seharian ini, Laili hanya menangis dan menangis. Bahkan ia tidak mau makan, minum pun hanya sedikit sekali. Sejak tahu dirinya hamil, Laili murung. Entah apa yang dipikirkannya, hingga tak mau bersuara. Sedari tadi hanya meremas-remas perutnya dengan gemas, sambil sesegukan."Masih belum mau makan, Bu?" tanya perawat yang kebetulan visit pagi ini."Belum, Sus, sudah dari semalam," jawab Bu Gyta terlihat sedih."Kenapa tidak hubungi keluarganya saja?""Laili melarang saya, ada masalah keluarga, Sus.""Oh, ya sudah. Mbak Laili, dimakan buburnya ya, kasian bayinya," pesan suster pada Laili sebelum suster pamit keluar ruang perawatan sederhana."Saya lebih kasihan lagi kalau dia lahir, Sus. Mau saya kasih makan apa bayi saya? Mau di mana kami tinggal. Apa kami akan jadi gelandangan?" ujar Laili tiba-tiba membuat suster dan Bu Gyta menoleh."Kena
Baca selengkapnya
28. Doni
"Bagaimana keadaan Ririn, Ma?" "Ya Allah, Arya. Kamu kenapa lama sekali?" "Ponsel saya kecopetan, Ma. Setelah terima telepon dari Mama.""Itulah namanya kualat, menyia-nyiakan istri sah," omel Bu Rosa, sedangkan Arya hanya diam saja, tak menimpali ucapan mertuanya."Kata dokter bagaimana kondisi Ririn?" tanya Arya mengalihkan."Kata dokter, istri kamu gak boleh stres. Tadi langsung disuntik, makanya reda teriak-teriaknya dan sekarang bisa tidur.""Alhamdulillah, sukur deh Ma." "Cepat sana lihat Ririn! Mama mau ke kantin, lapar. Kamu mau Mama belikan makan?""Tidak usah, Ma. Nanti saja."Arya mendekat ke arah ranjang istrinya yang nampak terlelap. Arya mengusap rambut istrinya dengan perlahan, tak ada pergerakan dari Ririn, itu tandanya sang istri sangat lelap. Tak ingin membangunkan, Arya memutuskan berjalan menuju sofa. Ponsel Laili yang baru ia belikan, ternyata tertinggal di kamar Laili, sebelum ke rumah saki
Baca selengkapnya
29. Ada apa dengan CCTV?
"Mm ... Satu lagi ya, maaf ini Mama ya. Kamu jangan kaget.""Ada apa, Ma?""Kata Doni, ia melihat Ririn mematikan CCTV saat sore hari, lalu ia juga melihat Ririn yang membuang tubuh ke lantai, saat dituntun Laili.""Apa?!" "Ririn jahat Arya, istri kamu mengerikan!" "Gak mungkin, Bu. Doni pasti salah lihat." Arya menggeleng tidak percaya."Ck, anakmu itu bahkan menangis ketakutan, sekarang saja malas ke sekolah. Makanya, kamu harus segera sehat, Ya, biar bisa membereskan kerusuhan di rumah tangga kamu.""Apa Doni yakin Mamanya mematikan CCTV?""Kamu tanya saja. Mau Mama telepon?""Laporan CCTV yang mati ada di ponsel Doni, ponsel kamu yang hilang, dan juga ponsel Ririn'kan?""Iya, Bu. Ya Allah, tega sekali Ririn memfitnah Laili sampai seperti ini. Bahkan membahayakan nyawanya sendiri. Baru saja saya mau memisahkan Ririn dan Laili tidak satu rumah. Laili malah sudah benar-benar pergi," ujar Arya penuh pe
Baca selengkapnya
30. Kesaksian Doni
"Hei, apa yang kau lakukan pada Ririn?" seketika jantung Ririn berhenti berdetak, suara bariton di ujung sana sangat ia hapal."Mas Arya."Alex pun menoleh ke arah yang sama. Jujur jantungnya pun berdetak kencang, namun ia coba mengatur nafasnya agar tetap bersikap wajar."Ada apa? Siapa kamu?" Arya menghampiri keduanya, dengan berjalan masih dengan selang infus di tangannya."Saya mekanik rumah sakit, Pak. Sedang memeriksa lampu di kamar ini yang katanya selalu berkelap-kelip," kilah Alex memberi alasan.Mata Arya tak kunjung berpindah, ia masih fokus memperhatikan Alex dari ujung rambut sampai ujung kaki. Celana gunung dengan banyak kantong di sampingnya, memakai topi sewarna dengan celananya, tak lupa tas model weistbag yang ada di dadanya. Memang terlihat seperti seorang mekanik."Tumben sekali mekaniknya rapi," ujar Arya berkomentar."Terimakasih, Pak. Tadi saat saya akan mengecek, ibu ini berteriak sakit kepala, jadi saya bermaksud mem
Baca selengkapnya
31. Doni Kecelakaan
Ada yang belum follow saya? Cuz, follow dulu sebelum baca ya.šŸ˜****"Doni, duduk!" titah Arya, Doni pun menurut."Sekarang, ceritakan yang sebenarnya terjadi pada Teh Laili! Benar kamu melihat Mama menonaktifkan CCTV pada hari itu? dan apa benar kamu lihat Mama yang melepas tangan dari Teh Laili?""Jawab jujur, Doni!" "Mmm ... ia, Pa," jawab Doni santai."Bohong!" Bu Rosa dan Ririn berteriak menentang, membuat Doni dan Arya menoleh kaget ke arah keduanya."Tega sekali kamu memfitnah Mama, Doni, apa salah Mama sama kamu? hiks ...." Ririn memainkan perannya."Apa yang diberikan Laili pada kamu, Doni? Katakan!" Ririn berapi-api meneriaki Doni di depan orang banyak, membuat Doni menunduk takut."Doni jujur. Doni lihat Mama melepaskan tangan dari Teh Laili, lalu melemparkan tubuh Mama sendiri ke bawah," terang Doni dengan lancar, tetapi ia tidak berani mengangkat wajahnya."Astaghfirulloh, u
Baca selengkapnya
32. Bercerai atau masuk penjara?
Arya menoleh pada istrinya, lalu berjalan mendekat. Ia mengkungkung Ririn di kursi rodanya, wajah keduanya begitu dekat, hingga nafas keduanya bisa terhirup ke indera penciuman mereka."A-ada apa, Pa?" tanya Ririn takut, karena wajah Arya memerah."Lelaki itu bukannya mekanik rumah sakit? Kenapa dia bisa ada di sini juga? Tidak mungkin sebuah kebetulankan? Ada hubungan apa kamu dengan lelaki itu? Katakan!""Mama gak t-tahu. Emangnya siapa lelaki itu?" Ririn kembali berlakon. Arya melepas kungkungannya, namun matanya tak lepas dari menatap Ririn dengan tajam. "Jika sebuah keburukan yang ditutupi, suatu saat pasti baunya akan tercium," ujar Arya dengan ketus. Ia memelilih tidak memedulikan  Ririn dan semua orang yang ada di sana. Jauh di lubuk hatinya, ia yakin, istri sahnya menutupi sesuatu dari dirinya.Ia akan mengetahuinya cepat atau lambat, sehingga Ririn tak bisa berkelit lagi. Sekali lagi Arya menatap Ririn, wanita yang menemaninya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status