All Chapters of Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Chapter 221 - Chapter 230
247 Chapters
218. Memendam Hasrat
Aarav benar-benar tidak habis pikir, cobaan atau sebuah godaan yang ditawarkan orang tua Larisa. Sempat berpikir jernih, dengan menghubungi kedua orang tuanya untuk menitipkan Larisa, apa yang didapat. Kedua orang tua beserta Delon pun sedang pergi keluar kota dengan dalih ada kepentingan. Setan dalam hati Aarav pun bersorak menang, mungkin khayalan dirinya merengkuh Larisa malam ini akan menjadi kenyataan, begitu Aarav tersenyum smirk. Dia penuh semangat menjemput Larisa di kampus setelah sebelumnya mengirim pesan via chat di aplikasi FastApp. Sebelumnya Aarav terlebih dahulu menyuruh para asisten rumah tangga untuk berkemas rumah sebersih mungkin, mengganti gorden juga seprei di kamar Larisa. Tidak lupa dia sendiri mandi dengan bersih menata sedemikian rupa rambutnya agar nampak klimis dan rapi. Tidak berhenti di sana, lelaki itu juga tiga kali mengganti pakaian, berawal, dari setelan jas. “Hei, aku sedang tidak menghadiri acara resmi mengapa mengenakan pakaian
Read more
219. Ancaman Emir
Rembulan melambai-lambai terlihat menawan di atas langit sana. Larisa dan Elizabeth tertidur lelap di kamar dengan ranjang king size empuk. Berbeda dengan ruangan tengah yang masih ramai, para jantan-jantan masih mempermainkan permainan karambol, di mana si kalah akan di hias wajahnya dengan tepung. Posisi ini nampaknya bukan keberuntungan Aarav, bujangan tua tersebut kalah total, Emir dan juga Rafael puas tertawa melihat wajah gagah itu memutih semua. “Lelahnya aku tidur duluan ya,” ujar Rafael. “Lebih baik kalian memang tidur sudah larut malam,” kata Aarav. “Ini bukan berarti Om sedang menghindar lantaran kalah, kan?” ejek Emir. Aarav terkekeh, “Bukan seperti itu,” keluhnya, “aku akan membersihkan diri,” lanjutnya. “Aku mau kopi, ada yang mau?” tanya Emir. “Jika kau mau membuatkan,” sanggah Aarav. “Aku tidak, aku ngantuk, bye.” Lelaki itu berjalan keluar ruang tengah. Aarav dan juga Emir pun berpisah, Emir masuk ke dalam rua
Read more
220. Ketahuan Ciuman
Aarav menoleh ke arah belakang, bernapas lega melihat Rafael, beruntung bukan Larisa yang dia dapati. Jika Larisa yang keluar lalu mendengar ucapan kekasihnya, dia pasti akan merasakan sakit yang teramat sangat. Yah, membayangkan gadis tersebut menangis ketakutan membuat dirinya selalu tidak tega. Kali ini pun Aarav percaya diri akan dapat melindungi Larisa. Rafael terbengong melihat Aarav menatap intens, dia merasa ngeri. “Berhenti melihat saya dengan tatapan seperti orang terpana jatuh cinta, bikin merinding, Om,” keluh Rafael melantur. Bletak! Aw! Teriak Rafael kesakitan saat Aarav menjitak jidatnya. “Kau berhenti berpikir yang tidak-tidak,” keluh Aarav. “Apa kau mendengar apa yang dikatakan bocah itu?” tanyanya. “Maksud Om, Emir, ah dari awal aku sudah menduga dia itu aneh. Setelah mendengar apa yang dia katakan tadi, aku semakin yakin dia harusnya ke psikiater atau psikolog,” keluh Rafael. “Bagaimana pipit manisku itu berhubungan dengan lelaki macam Ars
Read more
221. Mas, Ijinkan Aku Selingkuh
Aarav masih berangkat ke kantor, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan termasuk merekrut sekretaris baru yang akan menggantikan Rafael. Pemuda itu dalam waktu kurang dari tiga bulan akan berhenti dari kantornya dan kembali ke Julian grup, tugasnya hampir selesai, tidak banyak hal yang bisa dilakukan lantaran Rafael cukup jenius mengurus masalah pekerjaan. Ketukan pintu empat kali berturut-turut sebagai pertanda dia adalah Rafael, itu kode yang diberitahukan untuk pembeda. Rafael menyembul masuk ke dalam. “Pak, calon yang lolos dan memenuhi kriteria sudah masuk. Silahkan Anda yang interview untuk terakhir kali, semoga dia sesuai harapan Anda,” kata Rafael. “Baiklah, suruh dia masuk,” ujar Aarav tanpa menoleh. “Saya permisi,” ucap Rafael. Pintu kembali tertutup dan terbuka dengan hadirnya parfum wanita yang menguar ke penjuru ruang. Jika itu Aarav beberapa waktu lalu pasti dia sangat menyukainya. Namun, saat ini nampaknya berbeda, Aarav merasa ris
Read more
222. Hari Pernikahan
Pagi subuh Larisa sudah mandi, dia akan pergi ke salon untuk merias diri dan mengambil gaun pernikahan. Perasaan campur aduk, makan tidak enak, tidur tidak nyenyak ah betapa dia sangat merasa gugup sekarang. Dia akan segera menikah dan meninggalkan rumah tercinta untuk hidup dengan sang suami. Dia melihat sekeliling orang-orang tengah sibuk mempersiapkan acara ijab yang akan dilaksanakan di rumah. Sang ibu terlihat sibuk berbincang dengan ayahnya, mengatur sedemikian rupa apa yang akan di tata di tempat. Edzard dan juga Rere menatap ke arah sang putri dengan tersenyum, mereka berjalan mendekat dan memeluk Rere dengan sayang. Air mata mengalir membasahi pipi, kedua orang tua tersebut. ada rasa sedih mengingat gadi kecil yang mereka besarkan akan menikah dan menjadi istri seseorang. Perasaan lega nan bahagia bercampur aduk. Larisa pun menangis, dia menangis bukan hanya terharu tetapi ada sedikit rasa menekan di hati, bila mana apa yang akan dilakukan tidak sesuai harapan or
Read more
223. Sentuhan Semanis Madu
Brak! Terdengar suara gebrakan pintu membuat Emir dan Larisa sama-sama terkejut. menghentikan aksinya. Emir bangkit dari atas tubuh Larisa. Gadis itu sendiri dengan cepat menutup bagian dadanya yang sempat terbuka lebar, dia menangis sesengukan. Aarav menatap nyalang ke arah keduanya. Ingin menyalahkan siapa semua tidak bisa dia lakukan. Aarav sendiri merasa dirinya lebih buruk dari mereka berdua. "Apa yang kalian berdua lakukan?" Kalimat Aarav penuh penekanan. "Hei, apa lagi, tentu bermesraan kami sepasang kekasih," jawab Emir mencoba memprovokasi. 'Apa yang Emir katakan? Dia gila!' Larisa terkejut bukan kepalang. Aarav memijat keningnya, "Aku akan membawa calon istriku, setelah ini jangan pernah lagi membawanya pergi dari sisiku!" ancam Aarav. Lelaki itu gegas mendekat ke arah Larisa lalu menariknya pelan keluar rumah tersebut. Terdengar suara sesuatu yang pecah dari dalam sana. Dipastikan Emir pasti tengah mengamuk. "Beraninya mengancamku!" teri
Read more
224. Ijab Qabul
Aarav terlihat tampan dengan setelan tuxedo hitam. Dia sedang memandang dirinya di cermin, merapikan rambut untuk beberapa kali. Adelard masuk ke dalam, Aarav dapat melihat sang ayah dan ibu sambungnya berjalan mendekat. Mereka melempar senyum, ada rasa haru menyelimuti. Siapa sangka bujangan tua itu akhirnya menikah juga. Walau harus dengan beberapa siasat dari Adelard, terpaksa dia melakukan segala cara untuk memprovokasi Aarav. Sudah beberapa kali dia mengatur kencan buta untuk sang anak. Namun, berakhir dan gagal dalam hitungan jam saja. Kalau pun berjalan pasti hanya beberapa hari saja, selebihnya Aarav akan mencampakan wanita yang sudah dia kencani. Tabiat buruk Aarav membuat Adelard benar-benar pusing tujuh keliling. Pernyataan Edzard saat tidak sengaja dia dengar membuat Adelard berpikir dua kali dan memutuskan menjodohkan Aarav dan Larisa. Tidak dia sangka gayung bersambut. Doa terbaik dia panjatkan untuk sang putra. Entah apa yang akan dia lakukan jika rencana perjodo
Read more
225. Janji Suci
Malam itu. Bagaimana Risa bisa menemui Emir dan memutuskan untuk berpisah, salah satu alasan tidak lain karena Elizabeth. Sahabat baiknya itu yang membuka mata Larisa lebar-lebar. Malam tadi, saat Elizabeth menemani Risa sebentar, bersenda gurau di kamar Larisa yang luas. Sang sahabat laknatnya itu menunjukkan sebuah gambar di ponselnya. Gambar yang membuat Rere melebarkan mata dan malu dalam kurun waktu bersamaan. “Aku bingung harus berkata apa saat memergoki kalian bermesraan,” keluh Elizabeth. Larisa hanya menunduk malu, “Kau ini mencintai Emir atau Om Aarav?” tanya Elizabeth. Larisa menggeleng. Eliz menghela napas kesal, “Bagaimana perasaanmu saat bersama Emir dan Om Aarav, kau merasa bahagia dengan siapa? Merasa nyaman dengan siapa?” cerocos Elizabeth membabi buta dalam bertanya. “Jika aku berkata aku bingung apa kau akan mengadili perasaanku, Elz?” tanya Larisa pasrah dengan wajah super imut membuat Elizabeth lemah, tidak tega untuk memarahi. “Aku tidak aka
Read more
226. Hidup Baru
Larisa masih menangis saat di jalan hinggatertidur, Aarav membiarkan saja. Butuh waktu bagi si manja satu itu untuk hidup jauh dari kedua orang tuanya memang. Aarav pun tidak ingin egois mencaci. Dia pun prihatin, dia yang dengan sedikit paksaan mengambil Larisa, menarik gadis mungil tersebut ke arahnya. Meraih untuk hidup baru dalam mahligai rumah tangga yang sebernya terasa ambigu bagi keduanya. Aarav mematikan mesin mobil, berhenti tepat di depan kediamannya. Larisa masih pulas tertidur di dalam mobil sangat pulas. Sungguh manis nan menggoda bagi lelaki tersebut. Tidak tega untuk membangunkan, Aarav lebih memilih menggendong gadis itu. Pelan masuk ke dalam rumah, menaiki anak tangga satu demi satu. Pesona Larisa mampu mengalihkan dunia Aarav, seolah ada musik alami menghampiri saat dia menatap wajah menggiurkan itu. Rungu seolah tidak berfungsi dengan baik, hanya terdengar sayup lantunan kidung cinta. Waktu seperti tertahan dalam kurun beberapa saat. Bayang Larisa seolah me
Read more
227. Lembaran Baru
Aarav tidak bisa tidur, dia berjalan menuruni anak tangga menuju ke dapur. Perut terasa Keroncong, berharap sang asisten rumah tangga menyiapkan makan sebelum mereka pulang tadi. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Baru sampai di bawah, Aarav mencium aroma teh bercampur aroma masakan. Lelaki itu menabur senyum di bibir. Tidak ada orang lain di rumah ini kecuali dia dan sang istri. Aarav mempercepat langkah, dan benar dia mendapati Larisa berkutat memasak. Rambut diikat asal, pakaiannya sudah berganti dengan lingerie warna maroon setinggi lutut, plus dengan mantelnya. Meski tertutup, namun bentuk tubuh ramping Larisa tercetak jelas membuat Aarav yang sudah pernah berhubungan dengan berbagai macam bentuk wanita merasa memanas. 'Astaga, kenapa kau selalu bereaksi?' cicit Aarav pada sang Junior yang menggembung di balik mantel tidur yang dikenakan. Aarav memukul ke udara bersamaan dengan Larisa yang menoleh ke arahnya. "Mas," sapa Larisa. "Ah!" Aarav meleba
Read more
PREV
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status