Semua Bab Pesona Cinta Sang CEO: Bab 21 - Bab 30
55 Bab
Chapter 20
Dewa terus berjalan mendekati pria tersebut, yang tak lain adalah Bram---ayahnya. Ia tidak menyangka setelah puluhan tahun tidak bertemu, dan sekarang baru dipertemukan kembali. Rasanya seperti mimpi, tapi ini kenyataan, Dewa benar-benar bahagia masih diberi kesempatan untuk bisa melihat wajah ayahnya. Tak terasa mata Dewa berkaca-kaca."Papa." Dewa menghambur kepeluka Bram."Dewa, kamu sudah besar, Nak." Bram melepas pelukannya dan menatap wajah Dewa dengan penuh haru. Bram tidak menyangka sekarang putranya sudah tumbuh dewasa.Setelah itu, Dewa mengajak Bram untuk duduk, pria berlesung pipi itu melupakan pekerjaannya, ia benar-benar merasa bahagia karena bisa kembali bertemu dengan ayahnya. Keduanya saling berbincang dan juga melepas rindu, Bram merasa bersalah karena dulu meninggalkan Dewa tanpa pamit. Namun semua itu sudah berlalu, Bram bersyukur karena Dewa tidak membencinya.Sementara Dewa, ia benar-benar tidak bisa membenci Bram, meski dulu p
Baca selengkapnya
Chapter 21
Hari demi hari telah berganti, pagi ini Salsa bangun lebih awal. Setelah menyiapkan air untuk mandi suaminya dan juga pakaian kerjanya. Salsa kini tengah berkutat di dapur, ia berkeinginan untuk membuat sarapan pagi untuk suami tercintanya itu. Salsa pun meminta bi Asih untuk mengajarinya memasak. "Yah, kok gosong sih. Padahal apinya nggak besar-besar amat," keluhnya. Jujur, Salsa sudah merasa capek, tetapi usahanya belum juga berhasil."Nyonya kurang cepat ngaduknya, makanya jadi gosong. Biar saya saja yang buat, Nyonya istirahat saja, Nyonya pasti sudah capek," ujar bi Asih. Ia merasa kasihan dengan majikannya itu, sejak jam lima berusaha membuat nasi goreng, tetapi belum berhasil juga."Enggak, Bi. Pokoknya aku harus bisa," tolaknya. Salsa tetap kekeh dengan keinginannya itu.Setelah itu, bi Asih kembali menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng. Sudah lebih lima kali Salsa gagal membuat nasi goreng, dan untuk yang sekarang, ia harus berha
Baca selengkapnya
Chapter 22
Mentari telah kembali ke peraduannya, gelap pun kini menyelimuti bumi, hanya ada sinar rembulan. Malam ini Dewa tengah sibuk dengan pekerjaannya, entah kenapa sejak Salsa hamil ia selalu keteteran dengan pekerjaan kantornya. Pasalnya, Salsa selalu berbuat ulah yang di luar dugaan, itu yang membuat Dewa harus menambak stok kesabarannya."Mas." Salsa berteriak memanggil suaminya.Dewa yang mendengarnya hanya bisa menghela napas. Pasalnya jika sudah berteriak seperti itu pasti karena ada maunya. "Ada apa, pekerjaan aku belum selesai.""Mas cepetan ke sini." Salsa kembali berteriak. Dewa yang mendengarnya dengan terpaksa beranjak dari ruang kerjanya.Dewa membuka pintu kamarnya, terlihat jika sang istri tengah duduk di sofa. Pria berkaos putih itu berjalan masuk ke dalam dan bergegas menghampiri sang istri. Salsa yang menyadari akan kehadiran sang suami dengan segera bangkit dan berjalan menghampirinya. Tiba-tiba Salsa mengapit lengan kekar sang suami, hal it
Baca selengkapnya
Chapter 23
Deg, jantung Dewa seakan berhenti berdetak setelah mendengar pernyataan itu dari, kakeknya sendiri. Dewa tidak pernah menyangka jika dirinya terlahir tanpa pernah diinginkan. Reno yang baru tahu benar-benar terkejut, begitu rumit kisah hidup Dewa. Pernikahan yang tidak direstui, dan sekarang kenyataan yang benar-benar pahit untuk diterima."Apa maksud, Kakek bicara seperti itu?" tanya Dewa dengan tatapan mata yang sulit diartikan.Surya menyunggingkan senyumnya, ia berjalan menuju jendela dan berdiri di sana. "Perlu kamu ketahui, jika kamu bukan anak kandung Bram. Dan gara-gara Sinta memilih untuk mempertahankan kamu, aku gagal menjodohkan, mamamu dengan pria yang jauh lebih mapan dari, Bram."Deg, lagi-lagi jantung Dewa seperti mau copot saat mendengar pernyataan yang Surya katakan itu. Surya mengatakan jika dirinya adalah anak haram, dan sekarang kakeknya juga mengatakan jika dirinya bukan anak kandung, Bram. Kenyataan pahit yang tidak pernah Dewa alami seumur
Baca selengkapnya
Chapter 24
Seorang wanita dengan balutan dress berwarna hitam tengah duduk di sebuah taman. Wanita itu nampak gelisah, ia sedang menunggu kedatangan seseorang. Setelah cukup lama menunggu, terlihat seorang pria berkemeja navy tengah berjalan menuju taman. Melihat yang ditunggu datang, wanita itu bergegas bangkit dan berjalan menghampiri pria tersebut."Sinta ada apa? Kenapa kamu menyuruhku buru-buru datang ke sini?" tanya pria tersebut. Raut wajahnya nampak panik."Kamu lihat ini." Sinta menyerahkan amplop coklat kepada pria tersebut."Apa ini?" tanyanya seraya menerima amplop tersebut."Kamu buka aja sendiri," jawab Sinta.Dengan perasaan yang entah, pria itu mulai membuka amplop tersebut. Setelah terbuka, ia mengambil isi amplopnya, lalu dibaca isi surat tersebut. Seketika mata pria itu membulat sempurna setelah membaca isi surat itu. Sementara Sinta nampak menunggu, perkataan apa yang akan pria di hadapannya itu lontarkan. Sinta berharap semoga pria
Baca selengkapnya
Chapter 25
Dewa terdiam cukup lama, ia merasakan ada getaran aneh saat melihat sorot mata pria itu. Begitu juga dengan pria tersebut, dia juga merasa ada yang aneh, seperti ikatan batin. Namun, tiba-tiba Dewa ingat ada tujuan apa dirinya datang ke resto ibunya, detik itu juga Dewa bergegas masuk ke dalam ruangan tersebut.Sementara pria itu masih terdiam dengan memandangi punggung pemuda itu hingga hilang di balik pintu. Selepas itu pria yang tak lain adalah Arman memutuskan untuk segera pergi lantaran masih ada urusan. Arman pergi dengan pikiran yang kacau, andai saja Dewa datang lebih awal. Mungkin mereka akan bertemu."Siapa pemuda itu, kenapa wajahnya tidak asing. Apa mungkin dia ... tidak mungkin, tapi aku merasa seperti punya ikatan batin dengannya," batin Arman, kakinya terus melangkahkan meninggalkan resto tersebut.Sementara itu, Sinta nampak terkejut saat melihat putranya datang. Ia menyuruh Salsa untuk datang, tetapi kenapa Dewa yang datang. Tan
Baca selengkapnya
Chapter 26
Keesokan harinya, Dewa tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Tetapi saat ini ia tengah sibuk mencari sesuatu di dalam almari. Entah apa yang tengah ia cari sampai-sampai isi almarinya berantakan dan keluar semua. Padahal Salsa sudah menyiapkan pakaian kantor untuknya, tetapi mungkin masih ada yang kurang sehingga Dewa mencarinya sendiri."Di mana sih, kok nggak ada ya," batinnya. Tangan Dewa terus berkutat mengobrak-abrik isi almari tersebut.Selang beberapa menit, pintu kamar terbuka, terlihat seorang wanita dengan balutan dress bermotif bunga-bunga tengah berjalan masuk ke dalam. Wanita itu tak lain adalah Salsa, ia terkejut saat melihat suaminya tengah memporak-porandakan isi almarinya. Salsa tidak tahu apa yang tengah Dewa cari sampai semua yang ada di almari keluar tanpa ada sisa. Rasanya benar-benar geram saat melihat itu semua."Mas apa-apaan sih, kenapa lemarinya dibe
Baca selengkapnya
Chapter 27
Waktu terus bergulir, dan saat ini kandungan Salsa sudah berusia lima bulan. Waktu demi waktu terlewati bersama, hubungan keduanya pun semakin romantis. Sekarang Salsa juga sudah pandai memasak, ia selalu berusaha dan usahanya tidak sia-sia. Hal itu membuat Dewa semakin cinta pada sang istri, meski terkadang sikapnya membuatnya harus bersabar.Pagi ini setelah mandi Salsa tengah sibuk memilih pakaian. Hampir yang ada di almari keluar semua, tetapi tidak ada satupun yang muat di badan Salsa. Perutnya yang sudah membesar serta badannya juga semakin berisi, hal itu membuat Salsa kesulitan memakai pakaian. Berat badannya juga terus naik, pipinya yang dulunya tirus sekarang semakin chubby."Astaga, Salsa. Kurang kerjaan banget sih, lemari pakai diberantakin segala," ucap Dewa yang baru keluar dari kamar mandi."Aku lagi cari baju, Mas. Nggak ada yang muat," ujar Salsa, tangannya masih sibuk memilih baju.
Baca selengkapnya
Chapter 28
Salsa berteriak begitu kencang membuat Dewa yang berada di kamar mandi panik. Ia keluar dan melihat jika istrinya tengah berteriak dengan mata yang masih terpejam. Dengan rasa panik Dewa naik ke atas ranjang dan mencoba membangunkan sang istri. Ia menepuk pelan pipi Salsa, bahkan digoncangkan tubuh istrinya agar cepat bangun.Seketika Salsa terbangun dan terduduk dengan napas yang memburu. Bahkan ia langsung menghambur ke pelukan suaminya dengan tangis yang pecah. Dewa membalas pelukan istrinya dengan erat, ia merasa jika Salsa dalam ketakutan, entah apa yang terjadi, atau mungkin mimpi buruk yang membuat sang istri ketakutan seperti itu. Dewa semakin mempererat pelukannya, ia terus berusaha memberi ketenangan pada sang istri.Setelah cukup lama, Dewa melepas pelukannya dan menangkup wajah sang istri. "Ada apa, hem? Apa kamu mimpi buruk.""Bayi aku." Salsa memegangi perutnya, ia bernapas lega saat merasakan jika bayinya masih di dalam rahimnya.
Baca selengkapnya
Chapter 29
 Hari demi hari telah terlewati, Minggu demi Minggu telah berlalu, bahkan bulan demi bulan terus berjalan. Sejak pertemuannya dengan ayah kandungnya, Dewa tidak merasa penasaran lagi. Hubungan keduanya pun baik, bahkan sekarang Dewa dan Arman telah bekerja sama. Hanya saja, Sinta belum mau memaafkan kesalahan Arman pada masa lalunya.Sinta dan Surya juga belum merestui pernikahan Dewa dan Salsa, meski mereka tahu jika Salsa tengah hamil. Dan bulan ini adalah bulan di mana Salsa akan melahirkan. Dewa sudah sangat menunggu kehadiran buah hatinya yang telah lama ia tunggu. Bahkan Dewa sudah menyiapkan kamar serta nama. Ia sangat mengharapkan anak laki-laki.Siang telah berganti, matatahari pun telah kembali keperaduannya, menyisakan cahaya kemerah-merahan yang mulai memudar. Dan kini telah tergantikan oleh sinar rembulan. Hembusan angin malam terasa sangat menusuk kulit, Salsa yang saat ini berada di balkon kamarnya memilih untuk masuk ke dalam. K
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status