All Chapters of My Husband's Secret : Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
Bab 21. Ada Apa?
RAHASIA DI KOPER SUAMIKU (21)Aku salah tingkah mendapati tatapan Rahmad yang tak biasa. Apakah dia tahu? Kalau aku mengintip ponselnya. Beruntung benda pipih itu layarnya segera meredup. "Em, nggak ada apa-apa kok." jawabku mengulum senyum."Mbak, kalau begitu saya pamit dulu ya, salam buat mamanya Embak." Rahmad meraih ponselnya yang tergelak di atas meja kaca. Lalu memasukannya ke dalam saku celana. "Heem, Mas. Hati-hati ya," Rahmad mengangguk dan segera pergi. Sepeninggalan pria itu. Lantas aku melenggang ke kamar untuk beristirahat.Entah mengapa nama di HP-nya Rahmad membuatku kepikiran terus-menerus. "Adikku In." siapa dia? Jangan-jangan Intan lagi. Ah, apa benar Rahmad itu ada hubungannya sama Intan. Dan mau menuntut balas padaku. Tapi waktu itu, Intan bilang, bahwa dia akan berubah ke jalan yang benar. Apa dia berbohong? Hati manusia memang sering seperti itu. Tatkala dendam lebih menguasai. Lain di mu
Read more
Bab 22. Menjelang
RAHASIA DI KOPER SUAMIKU (22)"Mbak lagi ngapain? Jangan-jangan mau maling ya?" Aku terlonjak kaget dan sontak berbalik badan. Saat pertanyaan itu tiba-tiba saja masuk ke gendang telingaku. Diiringi dengan tepukan di pundak sebelah kanan yang lumayan keras. Sosok wanita berdaster oranye tepat di depanku ini menatapku penuh curiga. Gawat nih kalau Rahmad tahu aku di sini. Semua gara-gara Ibu-Ibu ini. Mengganggu saja. "Ngaku! Mbak mau maling 'kan?" ulangnya. Telunjuk gendut itu menunjuk-nunjuk wajahku. "Dengar ya, Bu. Saya nggak maling. Mending Ibu pergi dari sini. Jangan ganggu saya," suaraku tertekan namun pelan. "Halah, nggak usah ngeles deh.  Mana ada maling ngaku, kalau semua maling ngaku ... bisa penuh lah penjara." ujarnya. Lebih tepat ejeknya menurutku."Udah, Bu. Jangan ganggu saya, mendingan Ibu pergi deh," kulibaskan telapak tangan. Bermaksud mengusir orang ini. Eh, malah tak kunjung paham.
Read more
Bab 23. Sebuah Kejelasan
RAHASIA DI KOPER SUAMIKU (23)Entah, evakuasi tubuh mungil Albert berjalan berapa lama. Yang ada dalam benakku hanya cemas, cemas dan cemas. Bukan aku ada rasa sama anak itu. Hanya saja rasa kasihanlah yang mendominasi isi ulu hatiku. Ya, kurasa ini manusiawi. Tubuh mungil yang bersimbah darah terlunglai dalam bopongan lelaki dewasa. Aku berinisiatif untuk membawanya ke rumah sakit lebih dulu. Karena Intan dan Rahmad masih berada di dalam mobil. Badan mereka terhimpit dan sangat susah di keluarkan. "Pak, tolong bawa anak kecil ini ke mobil saya, biar saya bawa ke rumah sakit lebih dulu," kataku was-was. "Baik, Mbak." lelaki berbadan gempal itu langsung membawa Albert merangkak naik menuju mobilku. Sesekali nafasnya tersenggal. Karena medan curam yang lumayan miring. Akhirnya Albert di letakan di kursi belakang. Gegas aku tancap gas dan membawanya ke rumah sakit terdekat.Sepanjang perjalanan. Mataku sesekali melirik A
Read more
Bab 24. Pemakaman
RAHASIA DI KOPER SUAMIKU PART 24PemakamanTanah kuburan yang masih basah bertabur beraneka macam bunga. Dua gundukan tanah itu berisi jasad Intan dan Rahmad. Keduanya di makamkan bersisihan. Kutatap lama dua batu nisan yang bertengger di pusara. Semoga kalian tenang di alam sana. Rahmad, Intan, aku sudah memaafkan semua kesalahan yang pernah kalian perbuat di hidupku.Kuhunuskan nafas panjang. Dengan langkah gontai aku pergi meninggalkan TPU setempat. Aku kembali ke rumah sakit. Dikarenakan masih ada Albert yang harus kuurus. Jika Albert bukan aku yang bertanggung jawab. Lalu siapa lagi, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Mas Hakam, dia bukan Ayah kandungnya. Aku terlarut dalam pikiran yang mengitari kepala. Berpikir bagaimana ke depannya. Apakah Albert harus aku berikan ke panti asuhan. Atau aku sendiri yang merawatnya. Ah, lagi-lagi aku teringat pesan Intan. Bisakah aku abai akan wejanga
Read more
BAB 25. BULAN YANG BERLALU
RAHASIA DI KOPER SUAMIKUBab 25Bulan Telah Berlalu🌹🌹🌹Enam bulan kemudian ....Alhamdulillah, mamaku tidak keberatan aku mengadopsi Albert. Meski awalnya Mama menolak, namun sekarang Mama sudah bisa menerima Albert di rumah ini. Wanita yang sudah melahirkan aku ke dunia ini itu, juga memperlakukan Albert dengan baik."Mama kenapa melamun?" suara itu membuyarkan lamunanku. Tangan halusnya membelai pipiku dengan lembut. "Enggak, Sayang. Mama Dewi lagi mikirin nanti kamu sekolah di mana." kataku lalu memapah bocah kecil ini menuju teras depan. Kami tadi sedang berada di ruang tamu. Memang biasanya setiap hari minggu atau libur, aku dan Albert menghabiskan waktu di rumah. Jarang kami jalan-jalan, karena aku sibuk mengurus urusan kantor. "Albert duduk di sini ya, Sayang." Kunaikan Albert ke atas kursi. Dan aku pun turut duduk di sampingnya. "Mama Dewi, Bunda kapan pulang ke rumah ini?" tanya Albert membuatk
Read more
BAB 26. Menjelang End
RAHASIA DI KOPER SUAMIKU Bab 26 Lamaran Yang Datang 🌹🌹🌹 Albert melepaskan genggaman tangan Rehan dan berlari ke arah wanita yang tengah berada di toko itu.  "Albert, jangan lari, Nak." aku memekik. Cepat Rehan dan aku mengejar Albert.  "Bunda, Albet kangen." ucap Albert pada wanita berbaju merah muda itu. Sontak wanita yang tadi menghadap ke rak sepatu itu memutar badan.  "Maaf, Adek siapa? Bunda siapa?" tanya wanita itu perlahan mendorong tubuh Albert pelan.  "Maaf, Mbak. Ini anak saya," kutarik Albert mendekat di antara aku dan Rehan. "sekali lagi maaf ya,  Mbak. Salah orang." kuulangi kata-kataku. Wanita ini sama sekali tidak mirip Intan. Hanya gaya potongan rambutnya saja yang agak sama.  "Iya, nggak apa-apa kok, Mbak." ucap wanita itu. Kubalas dengan tersenyum simpul. Setelahnya kami bertiga pamit untuk pergi dari tempat itu.  Kami sama-sama mengedarkan padangan
Read more
BAB 27. END
RAHASIA DI KOPER SUAMIKU Bab 27Bimbang (Tamat)Terima atau tidak, ya?Jantungku berdegub lebih cepat dari biasanya. Ada gelenyar aneh yang menjalar menyusuri sudut Hatiku. Perasaan apa ini? Kenapa aku jadi berdebar begini. Berulang kutelan saliva yang mengganjal di tenggorokan. Namun tak juga mengurangi rasa campur aduk yang bersemayam dalam hati. Apa aku harus menerima lamaran Rehan? Atau menolaknya? Jujur, aku nyaman dengannya. Rehan lelaki yang baik, ia juga penyabar. Mapan, punya banyak aset. Secara materi dan fisik. Rehan memang sudah mumpuni untuk dijadikan pendamping hidup. Tapi, bayang kelam masa lalu dalam pernikahan dulu dengan Mas Hakam. Membuatku agak getir untuk menerimanya. Trauma yang masih terpahat sempurna masih terlalu lekat menapak dalam ingatan. Begitu menohok dan sangat menyakitkan. Pengkhianatan itu masih kuingat sampai sekarang. Jika, bertanya apakah aku mencintai Rehan? Hati kecilku mengatakan belum. Namun, ada
Read more
SEASON 2 part 28
RAHASIA SUAMIKUSEASON 2PART 28GUYS, ini posisi Vina, Albert sama Rehan lagi di salon ya.🌹🌹🌹Kudorong pintu kaca rumah kecantikan bernuansa putih pink ini. Beberapa staf menyambut dengan senyuman ramah. "Mbak, buat calon istri saya makin cantik." ucap Rehan pada pekerja di salon ini."Siap, Pak. Mari, Mbak. Ikut saya," aku berjalan mengekor ke arah sebuah ruangan. Rehan dan Albert menunggu di ruang depan.Pertama-tama aku minta dipijit dengan rileks. Nyaman sekali saat kulit ini pertama disentuh. Terasa bagai berabad-abad otot-ototku menenggang karena kesibukan. Kepalaku juga dipijat dengan perlahan. Seketika semua pening yang melanda entah ke mana. "Mbak, beruntung banget. Jarang loh, ada lelaki yang mau mengantar pasangannya ke salon." mendengar celetukan dari mbaknya. Mataku lantas terbuka. "Ah, bisa aja kamu, Mbak." tanggapku dengan uraia
Read more
Menjelang End
Rahasia Suamiku Part 29 "Apa?! Kecelakaan?" Tubuhku langsung menegang. Jantungku serasa berhenti berdegub.  "Nggak-nggak mungkin dia kecelakaan! Ini pasti bohong 'kan?" Aku menangis mengatakan. Tak percaya dengan hal yang kudengar dari sambungan telepon itu.  Tubuhku lunglai hingga terduduk di lantai dengan lemas. Ponsel masih berkacak di daun telingaku sebelah kanan.  "Jika anda ingin tahu yang sebenarnya, maka ikuti perintah saya," tutur suara wanita dari telepon. "Iya, iya," cetusku sambil panik.  "Sekarang anda ke l
Read more
ENDING
Rahasia Suamiku  Part 29 "Dewi, kenapa kamu balik lagi ke ruang ganti?" tanya Rehan yang membuat langkahku tertahan. "sini," sergahnya sebelum aku menjawab. Pergelangan tanganku ditarik Rehan menuju tempat duduk yang tersedia di sana, tepat di dekat wanita itu.  Wajahku pasti sekarang terlihat masam. Inikah buruknya melihat seorang mantan? Membuat mood hancur berantakan. Lagi pula, ngapain dia ada di sini. Sudah seperti setan aja dia, di manapun selalu ada.  "Delina, aku minggu depan mau nikah. Kamu datang ya? Kalau bisa, kalau enggak juga nggak pa-pa," tukas Rehan masih menggenggam erat tanganku.  "Oh, iya, aku pasti datang kok. Ini cal
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status