All Chapters of The Blue Blood: Chapter 71 - Chapter 80
93 Chapters
Ch. 71 KAU GILA!
Yosua melangkah turun dari mobil dan bergegas masuk ke gedung utama rumah sakit. Dia sudah membuat janji dengan Elsa di bangsal rawat inap. Dia hendak naik ke tangga ketika sosok itu entah dari mana tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Tampak Yosua terkejut, ia tidak menyangka akan bertemu dengan sosok itu di sini. Dari mana dia tahu kalau Elsa di sini? Atau jangan-jangan Elsa sudah .... “Harusnya dulu aku patahkan sekalian lehermu, Dok!” tampak Ken menyeringai lebar, dengan sebuah senyum dan sorot mata yang sangat tidak mengenakkan di mata Yosua. “Aku tidak punya urusan denganmu, Dok. Jadi permisi.” Ken mendorong bahu Yosua yang hendak melewatinya. Netra mereka bertemu, melemparkan sorot tajam dan tidak suka kepada masing-masing dari mareka. Yosua sama sekali tidak gentar, dia tidak takut dan dia bertekad bahwa tidak akan membiarkan anak dan isterinya jatuh ke tangan laki-laki ini. “Aku belum selesai bicara, Dokter Yosua!” sergah Ken dengan s
Read more
Ch. 72 Ken ... Tidak Mungkin!
“Jawab pertanyaanku, apa alasanmu menikahi dia?”Elsa terus berusaha melepaskan diri, namun tidak semudah itu. Ken terus menekannya, tidak membiarkan mangsanya lepas begitu saja. Sosok yang selama ini sangat ingin dia temui, yang begitu dia rindukan.“Lepas!” Elsa hendak berteriak, namun suaranya seperti tercekat di kerongkongan, membuat Ken tersenyum sinis dengan jemari yang menyusuri wajah itu.“Kau tidak berubah, Sa. Masih seperti dulu,” desisnya lirih dan begitu sensual, “Aku penasaran, apakah rasamu masih seperti dulu? Atau sudah banyak berubah? Sudah lebih lihai?”Elsa membelalakan matanya, ia tahu kemana arah pembicaraan laki-laki berengsek ini. Elsa sudah sangat paham! Kini dia kembali memberontak, intinya dia tidak akan biarkan Ken kembali melecehkan dirinya, tidak akan!“Katakan padaku, Sa ... Bella anak siapa?”Elsa yang hendak melepaskan diri sontak terkejut luar biasa.
Read more
Ch. 73 Takdir Buruk
Yosua terisak, bahunya naik turun membuat dokter Ridwan menepuk penuh simpati bahu Yosua yang berdiri di hadapannya itu. Gugur sudah! Elsa bahkan belum sempat bilang secara langsung ke dia perihal kehamilan ini, dan Yosua harus ikhlas kehilangan janin di rahim sang isteri? Yosua punya dosa apa sampai janin tidak berdosa itu yang harus menanggung semua akibatnya? "Saya mengerti bagaimana perasaan Anda, Dok. Tapi mau bagaimana lagi, saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi."Yosua menyeka air matanya, menghirup udara banyak-banyak guna mengurai sesak yang menghimpit dada dan jiwanya. "Saya paham, Dok. Saya pasrah kondisi isteri ke Anda, tolong selamatkan isteri saya." Yosua menatap dokter kandungan itu dengan linangan air mata. Pendarahan itu belum mau berhenti, dan Yosua paham apa sebabnya. "Kalau begitu, saya perlu tanda tangan Dokter untuk persetujuan prosedur kuretnya." Tampak dokter Ridwan menyodorkan map i
Read more
Ch. 74 Kenyataan Pahit
Darmawan mengusap air matanya, ia sudah berdiri di depan pintu kamar inap yang tadi dinfokan oleh perawat di nurse station. Ia menghela nafas sejenak, kemudian menekan knop pintu dan mendorong pintu itu hingga terbuka.Nampak sosok itu tengah terbaring dengan wajah pucat dan selang infus yang menancap di pergelangan tangan kirinya. Ia nampak begitu terkejut, termasuk sosok tinggi tegap yang Darmawan sendiri sudah tahu siapa dia, siapa laki-laki itu.Darmawan melangkah masuk, berdiri di hadapan laki-laki yang sontak langsung berdiri begitu melihat kedatangan dirinya. Dapat Darmawan lihat wajah itu penuh memar dan lebam. Tanpa perlu Darmawan tanya, dia sudah tahu siapa yang melakukan semua itu.“Dokter Darmawan?” tampak laki-laki itu menunduk sebagai perwujudan hormat, membuat tangis Darmawan pecah seketika.Anak lelakinya sudah membunuh darah daging laki-laki ini dan dia masih begitu hormat pada Darmawan? Sungguh dosa Darmawan begitu luar biasa
Read more
Ch. 75 Tolong!
Ken mengerjapkan matanya dan orang yang pertama kali dia lihat adalah sosok itu. Gilbert duduk di sisi pembaringannya sambil tersenyum, membuat Ken mendengus kesal sambil memijit pelipisnya."Sudah sadar, Ken?" Tanya Gilbert dengan begitu lembut.Ken menatap sinis sosok itu, "Apa urusanmu?"Gilbert menghela nafas panjang, "Apapun hal yang berhubungan dengan mu, kini menjadi urusanku, Ken. Kamu dalam tanggung jawabku.""Tanggung jawabmu?" Ken mengerutkan keningnya, "Kau pikir aku su-.""Ya!" Potong Gilbert tegas, "Aku bisa lihat tekanan kamu begitu luar biasa, Ken. Jangan khawatir, aku bisa membantumu.""Tidak usah repot-repot mengurusiku!" Hardik Ken lantas berusaha bangkit.Dengan cepat Gilbert mengulurkan tangannya, mencegah sosok itu bangkit dari ranjang. Mata Gilbert menatap manik mata yang tampak emosi itu dengan begitu lembut, berusaha meyakinkan Ken bahwa dia di sini berniat untuk membantu."Kau akan kehilangan banyak ha
Read more
Ch. 76 Harus Bilang Apa?
Yosua menghela nafas panjang. Ia melirik Elsa yang masih belum mau buka suara. Dia ingin Bella menemui Ken? Apakah benar dia hanya ingin Bella menemui Ken? Atau kemudian dia ingin merebut Bella dari Yosua. "Kalau untuk itu, biarkan ibunya yang memutuskan, Dok. Tanyakan saja pada Elsa, apakah dia mau dan mengizinkan Bella bertemu dengan laki-laki yang berulang kali menyakitinya dengan begitu luar biasa."Darmawan mengangguk, tampak ia menghela nafas panjang. Ditatapnya Elsa dengan serius. "Bagaimana El? Apakah saya boleh membawa Bella menemui papa kandungnya?"***"Aku nggak ngerti, Gil! Aku nggak ngerti kenapa papa bisa sebegitu kakunya perihal siapa wanita yang hendak aku nikahi."Tangis Ken pecah, Gilbert membiarkan Ken menangis meraung-raung. Membiarkan laki-laki itu meluapkan segala macam beban dan segenap wujud protes yang selama ini tidak bisa dia ungkapkan. "Apa salahnya jika aku suka sama Elsa? Apa salahnya kal
Read more
Ch. 77 Harus Bagaimana?
"Ken habis minum obat, Tan. Biarkan dia istirahat dulu." Jelas Gilbert ketika Linda dan Tania sampai di kliniknya, tepatnya di ruang rawat inap Ken.Tangis Linda pecah melihat Ken yang terbaring di atas ranjang itu. Jadi Ken harus di rawat di klinik ini? Anaknya itu..."Ko, sebenarnya suamiku kenapa?" Tanya Tania tampak begitu panik, sampai lupa pada amarahnya perihal morning after pil yang dia temukan tadi.Gilbert menatap Linda dengan seksama, tampak Linda mengangguk, Gilbert baru menghirup nafas dalam-dalam ketika Darmawan muncul dan membuat semua yang ada di sana menoleh dan menatap Darmawan yang muncul dengan wajah kusut."Biar Om yang jelaskan, Gil. Kamu kalau masih ada keperluan selesaikan saja dulu." Darmawan kembali menghirup nafas dalam-dalam, matanya memerah menatap Ken yang tertidur pulas di atas ranjang itu."Baik kalau begitu Gilbert pamit, Om, Tante, Tania, nanti kalau ada apa-apa telpon saja."Semua kompak mengangguk, Gilbert
Read more
Ch. 78 Kenyataan Pedih
Tania menutup mulutnya dengan tangan, isaknya sontak pecah seketika. Darmawan menundukkan kepala, tangan laki-laki itu masih menggenggam dan meremas lembut tangan Ken yang tampak begitu tenang dan damai dalam istirahatnya. "Jadi begitulah, Tan. Maafkan Papa. Semua ini salah Papa." Suara Darmawan bergetar hebat, dadanya sesak luar biasa. Tania tidak menjawab, dia sibuk dengan tangisnya. Sementara Linda ikut terisak, ternyata separah itu anak kebanggannya itu. Cintanya begitu besar pada Elsa, membuat Ken sampai hampir kehilangan kewarasan karena dipisahkan paksa dengan gadis itu. "Ken melakukan semua ini karena tekanan yang Papa berikan kepadanya. Papa yang bersalah." Desis Darmawan lagi, ia lantas menoleh, menatap sang menantu yang tampak sangat syok luar biasa. "Tan, carilah obsgyn yang kamu percaya, periksakan kondisimu, Tan. Dua tahun bukan waktu yang sebentar."Tania mengangkat wajahnya, menatap Darmawan dengan linangan a
Read more
Ch. 79 Sesal
Ken mengerjapkan matanya, kepalanya sedikit berat. Perlahan-lahan ia membuka matanya dan mendapati ruangan yang begitu asing ini. Perlahan-lahan ingatan Ken mulai memutar semua yang telah terjadi hari ini. Dari dia menyekap dan memukuli Yosua, Elsa datang dan Ken paksa mengaku perihal Bella, sampai kemudian ia melihat Elsa mengaduh kesakita sambil memegangi perutnya. Darah itu ... Ken mencengkeram kuat kepalanya. Apa yang sudah dia lakukan? Kenapa dia bisa hilang kendali seperti tadi? Samar-samar obrolannya bersama Gilbert kembali terngiang. Dia butuh perawatan menurut ahli jiwa itu. Segala tekanan dan ketidak berdayaannya melawan tekanan itu membuat Ken terkadang seperti menjadi pribadi yang lain. Pribadi yang begitu berambisi melampiaskan semua dendam dan kemarahan atas ketidakberdayaannya. “Ya Tuhan ... kenapa aku harus seperti ini?” Ken merintih, tangisnya pecah. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sedetik kemudian ia teringat sesuat
Read more
Ch. 80 Tolong!
“Yos, kamu serius?” Retno terkejut, ia menatap anak dan menantunya itu bergantian.Yosua minta dia membawa Bella ke Jakarta? Tapi kenapa? Bukankah selama ini mereka sendiri yang menolak bantuan dan ingin merawat anak mereka berdua saja di sini? Dengan bantuan seorang babby sitter kepercayaan yang mereka ambil dari yayasan.“Serius, Ma. Mama bisa kan bantu kami?” tanya Yosua setengah memohon, ia melirik Bella yang masih nampak asyik bermain itu. Selang infusnya sudah dilepas dan nanti sore setelah visit dokter terakhir dia sudah diperkenankan pulang.Retno tertegun sejenak, sebagai seorang ibu, dia bisa merasakan bahwa keduanya tengah menyembunyikan sesuatu. Tapi apa? Kenapa mereka tidak mau bercerita? Dan masalah seperti apa sampa-sampai Yosua meminta dia membawa Bella ke Jakarta, padahal pendidikan dan tanggung jawab mereka di sini masih ada sekitar satu tahunan.Mereka betah berpisah selama itu dengan Bella?“Mama ti
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status