All Chapters of Istri Pilihan Mama: Chapter 41 - Chapter 50
124 Chapters
Yadi Ketahuan
"Kalau bapak beranggapan uang dapat menyelesaikan segalanya, berarti dugaan bapak salah! Saya hanya ingin bekerja di tempat yang bisa menerima dan mempercayai kerja keras saya!" tegas Tantri pada Arsaka. Arsaka geram mendengarnya. Ia menatap tak suka pada gadis muda di hadapannya. "Berani sekali kamu membantah ucapanku! Sombong sekali, baru juga diterima bekerja udah sok! Gimana nantinya? Paling besar kepala nantinya selama kerja di sana! Kamu orang yang suka melakukan banyak cara untuk mendapatkan keinginanmu, iya, kan?" tuduh Arsaka dengan tatapan remeh. "Sepertinya nggak ada gunanya saya menjelaskan sama bapak! Silakan bapak pulang, pagar kayu rumah saya sudah terbuka lebar dan cukup untuk dilewati mobil anda! Permisi!" pamit Tantri penuh ketegasan. Sumpah demi apa pun, gadis itu menahan kesal yang berkecamuk di dalam dada. Apakah karena dirinya orang miskin lalu bisa seenaknya saja dihina seperti ini? 
Read more
Ada Yang Ketinggalan...
Yusti menyorot tajam ke arah Yadi berdiri sekarang. Wanita paruh baya itu berkacak pinggang di hadapan Yadi. Yadi bukannya ketakutan, ia malah memalingkan wajahnya karena melihat sesuatu di luar nalar. Tanpa sengaja ekor matanya tertuju pada belahan samar yang tampak menyembul karena ulah salah satu kancing yang sengaja dibuka Yusti beberapa saat sebelumnya. "Aaaah!! Dasar pria tua mesum!" teriak Yusti pada Yadi saat mengetahui gelagat aneh pria tersebut dan apa yang tak sengaja dilihat olehnya. Yusti meletakkan ulegan dan beralih pada raket pemukul nyamuk yang berada tak jauh darinya. Alat itu sepertinya jauh lebih menyakitkan jika mengenai kulit pria menyebalkan tersebut. Tangan satunya ia gunakan untuk memasukkan kancing ke dalam lubang. Ini semua karena efek gerah sehingga seperti biasa ia akan membuka kancing baju paling atas supaya tidak terlalu banyak berkeringat saat mengolah jejamuan. "Pergi nggak kamu dari si
Read more
Kamu di mana?
"Hatiku yang tertinggal di sini, Yusti!" ucap Yadi tiba-tiba dengan wajah serius tanpa candaan di sana sambil menunjuk ke arah dadanya. Yusti mendelik tajam. "Ngomong apa kamu? Buruan pergi dari sini! Satu, dua, tiiii..gaaa…." usir Yusti sembari mengayunkan raket nyamuk. Yusti berhenti dan melihat gerak-gerik pria di hadapannya. "Ampuuuun! Iya aku balik sekarang, tapi kali ini beneran, ada yang ketinggalan!" ucap Yadi ketakutan. Ia menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada meyakinkan wanita paruh baya tersebut. "Ya udah sana diambil! Cepetan!" tegas Yusti. "Nggak bisa diambil sekarang!" jawab Yadi cepat. "Kenapa memangnya?" tanya Yusti seraya menyipitkan mata. "Karena kita belum sah secara agama dan negara, masa mau asal ambil aja?" celetuk Yadi tak berfaedah. "Yadi!!! Dasar gila!! Nggak ingat umur!" umpat Yusti dan seketika membuat Yadi kocar-kacir tak
Read more
Berbaikan?
'Kayak polisi aja, nanya mulu! Interogasi mulu! Bawel amat, sih?' Yakinlah, bahwa ini bukan keluhan Arsaka melainkan Yadi!Pria paruh baya itu mau tak mau mendengar percakapan mereka berdua. CiiiittttYadi menginjak pedal rem kuat-kuat. Mobil berhenti tepat di tepi jalan. Tanda tanya besar berkumpul di kepala Arsaka. "Kenapa berhenti, Pak Yadi?" tanya Arsaka bingung. "Saya nunggu di luar saja, Den Saka! Siapa tahu Den Saka sama non Aleta ada yang mau dibahas agak privasi, saya-nya yang nggak enak dan memilih di luar saja, Den Saka!" ungkap Yadi jujur. Arsaka menimang-nimang sebentar lalu berkata, "Nggak usah, Pak! Kita jalan lagi aja, aku udah ngantuk dan juga capek!" Lelaki muda itu seketika menolak dan mengarahkan pandangannya pada sang kekasih yang sedang didempul sana sini oleh seorang make up artist dan dibantu para asisten memakai kostum untuk sebuah adegan film yang ia bin
Read more
Putar Balik
Yadi tersenyum kikuk di posisinya. Ia seperti sedang menguji kesabaran tuan mudanya. Syukurlah, Arsaka tak memarahinya usai berkata seperti itu padanya. Dari cara bicara yang begitu tegas seorang Arsaka, Yadi segera ambil kesimpulan dalam hati dengan membungkam mulutnya secepat kilat. Daripada mencari masalah, lebih baik ia tak ikut campur dan fokus mengendarai mobil saja. Kembali ditatapnya jalanan yang tampak lengang karena tiba-tiba tanpa diduga hujan mengguyur bumi dengan derasnya. Tampak di luar sana, hampir sebagian besar orang yang menggunakan kendaraan roda dua mengeluarkan jas hujan dan segera memakainya demi menutupi tubuh masing-masing. "Pak Yadi!" panggil Arsaka pada Yadi yang fokus menatap jalanan di hadapannya. Yadi menoleh sekilas dan mengulas senyum tipis ke arah majikan mudanya. "Iya, Den Saka! Ada apa?" tanya Yadi cepat. Tak lama kemudian ia kembali menghadap ke depan. "Memangnya pak Yadi
Read more
Khawatir
"Mas Banyu!" pekik Tantri yang tak bisa menutupi rasa terkejutnya.  Di depan mereka saat ini terdapat seorang pemuda tampan berlesung pipi yang tubuhnya basah dari atas sampai bawah.  Tantri merasa heran dan hal itu nampak jelas di wajahnya.  "Mas kenapa begini? Mas hujan-hujanan, ya? Ayo masuk ke dalam! Astaga, Mas Banyu kenapa bisa kayak gini, sih? Nanti Mas pasti sakit!" gerutu Tantri begitu melihat penampilan Banyu yang tak seperti biasanya. Sambil memegangi sikutnya yang terluka, ia meminta Banyu mendekatkan langkahnya menuju ruang tamu.  "Hatchii! Hatchii!" Pemuda itu bersin-bersin.  Benar dugaan Tantri. Ia hanya bisa menghela napas panjang melihat hal itu.  Yusti menyuruhnya masuk dan tanpa berlama-lama di ambang pintu Banyu pun segera duduk di sofa setelah menerima handuk panjang berukuran besar dari bibi Tantri tersebut.  "Terima kasih, Bi!" ucap Banyu sungkan.  Yusti men
Read more
Apa Bedanya?
Sepasang manusia muda berlawanan jenis itu tampak panik dan serta merta melepaskan pelukan yang sempat terjadi selama beberapa saat.  Dengan santainya Yusti berjalan mendekat dan meletakkan nampan berisi minuman berwarna coklat bening yang masih mengepulkan asap putih di atasnya lalu duduk di sekeliling mereka berdua.  "Kalian ini akrab sekali! Jangan sampai orang salah duga kalau kalian itu pacaran, persahabatan kalian yang seperti saudara ini membuat bibi terharu!" ucap Yusti mengomentari kedekatan mereka.  Degg Degg Degg  Suara jantung siapakah ini?  Bukan hanya Banyu, melainkan Tantri pun ikut merasakan hal itu di bagian dalam dirinya.  Bibinya menganggap kedekatan mereka hanya sebuah rasa persahabatan?  Benarkah?  Kedua manusia itu tampak kalut dengan komentar yang keluar begitu santai dari seorang Yusti.  "Karena aku udah tahu kalau kamu baik-baik aja, besok kam
Read more
Poor Aleta!
Yadi hendak membalas, namun ia masih sayang profesinya yang harus dipertaruhkan jika berani menentang kehendak Arsaka. Pria paruh baya itu memilih diam dan patuh dengan perintah baru.Selama beberapa saat mereka membiarkan kedua netra hitam masing-masing memandang kemesraan Tantri dan Banyu di mana di sana Yusti terlihat begitu senang dengan senyum mengembang. Tak seperti saat bersama mereka berdua. 'Siapa cowok itu? Kayaknya aku nggak asing sama dia!' batin Arsaka. Kembali pada Tantri dan dua manusia di depan teras kecil rumah sederhana miliknya. "Mas Banyu, hati-hati, ya! Sampai rumah jangan lupa mandi pakai air hangat, bilas sampai bersih!" ucap Tantri perhatian. "Biar kenapa?" goda Banyu sambil mengedipkan mata pada Tantri. Tantri tersenyum malu, karena di antara mereka berdua saat ini ada Yusti sebagai penengahnya. Canda tawa mereka lebih diperketat, karena tidak mau menimbulkan pikiran buruk d
Read more
Hati ke Hati
Arsaka menatap iba. Namun, sebuah keputusan sudah terucap begitu lantang. "Maaf Aleta, kita sebenarnya nggak cocok satu sama lain. Kamu dan aku sama-sama sibuk. Kita jarang ada waktu berdua untuk saling menyelami sikap masing-masing. Jadi, aku memilih jalan perpisahan ini. Aku minta maaf kalau selama ini aku banyak memiliki salah sama kamu, Aleta!" ucap Arsaka merasa bersalah. Pria itu menatap sungkan wanita yang telah menemaninya selama dua tahun belakangan. Ia menggunakan alasan yang sekiranya masuk di akal sehat. Semua ini harus ia putuskan sebelum sang ibu semakin murka padanya bahkan tak mau menatap wajahnya. Bukankah itu sudah sangat berlebihan? Mungkin orang melihat bahwa dirinya adalah anak mami, tapi nyatanya semua itu tak seratus persen salah. Arsaka yang sejak kecil kehilangan ayahnya karena kecelakaan mobil enam belas tahun silam membuatnya hanya memiliki ibunya sebagai kekuatannya. Sang ibu ad
Read more
Kita Harus Bicara!
Arsaka begitu kecewa mendengar jawaban dari sang ibu. Susah payah ia berusaha tapi ia belum menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah mereka berdua. Apakah ia harus buka suara masalah keputusannya yang telah meninggalkan Aleta pafa ibunya? Apakah setelah itu sang ibu akan bahagia dengan keputusannya tersebut? Ah, entahlah! Arsaka menggelengkan kepalanya. Mungkin saat ini percuma, lebih baik ia menundanya saja."Kalau Mama nggak mau bicara sama Saka sekarang, Saka nggak akan memaksa, Ma. Tapi satu hal yang perlu Mama tahu, Saka benar-benar sayang sama Mama. Mama adalah segalanya bagiku," ungkap Arsaka pada sang ibu di depan pintu. Arsaka menurunkan kepalan tangannya yang tadi ia gunakan sebagai media pengetuk pintu. Ia pun pergi tanpa pamit pada ibunya. Kepalanya pening akan masalah yang terjadi dalam hidupnya. Mona tampak bimbang di dalam kamarnya. Ia tak menjawab ucapan putra tunggalnya. Ia lebih memi
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status