All Chapters of Om Sweet Om: Chapter 41 - Chapter 50
62 Chapters
Akhirnya
"Bismillahirrahmanirrahim."Semua orang serentak mengangkat tangan dan mendengarkan petugas KUA memanjaatkan doa. Acara hari ini begitu sakral sehingga tamu yang hadir begitu khusyuk mendengarkan. "Apa semua sudah siap?""Sudah, Pak.""Kalau begitu kita mulai sekarang."Rizal mengangguk dengan cepat, padahal dalam hati begitu berdebar. Sejak tadi tangannya berkeringat. Lelaki itu gugup setengah mati. "Ananda Muhammad Rizal Pratama. Aku nikahkan engkau dengan putriku Syifa Maharani dengan mahar sebuah cincin berlian dan uang 3500 dollar tunai.""Saya terima nikahnya Syifa Maharani, putri kandung bapak dengan mahar sebuah cincin berlian dan uang 3500 dollar tunai!""Para saksi apakah sah?""Sah!""Alhamdulillah. Baarakallaahu laka, wa baarakallahu 'alaika, wa jama'a bainakuma fii khaiir."Doa untuk kedua mempelai dibacakan. Semua orang mengangkat tangan dan mendengarkan itu dengan khusyu'.Mereka juga mengaminkan agar kedua mempelai mendapat limpahan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Read more
Asyiknya Pengantin Baru
Syifa menguap berulang kali. Entah kenapa akhir-akhir ini dia sering mengantuk. Badannya terasa lemas dan gampang lelah. Bahkan di rumah sakit dia tidak semangat bekerja."Bik, aku tidur dulu, ya," pamitnya kepada ART yang sejak tadi membersihkan ruang tamu. Wanita itu meregangkan kedua tangan lalu kembali menguap sembari mengucek mata."Ibu kenapa, sakit?" tanya wanita paruh baya itu.Sejak menempati kediaman sendiri, Rizal membawa seorang ART pilihan mamanya. Lelaki itu tak mau Syifa terlalu lelah karena sedang program hamil. Lagipula wanita itu masih bekerja sehingga tidak mungkin mengurus rumah. "Gak tau, Bik. Badan pegel semua," jawabnya Syifa lemas."Mau datang bulan kali. Bibik juga biasanya gitu."Syifa tersentak ketika mendengar kata-kata itu. Wanita itu buru-buru berjalan menuju kamar, lalu mengambil ponsel dan melihat tanggal. Dia tidak pernah membuat catatan khusus, tetapi harusnya saat ini sudah mendapatkan tamu bulanan."Apa jangan-jangan--"Syifa benar-benar lupa bahwa
Read more
Kisah Masa Lalu
Rizal menatap wajah cantik yang masih terlelap di sampingnya. Semalam dia begitu bersemangat hingga membuat Syifa kelelahan. Lelaki itu sudah memesan kamar hotel selama tiga hari agar mereka lebih leluasa berduaan. Setelahnya, terserah Styifa mau tinggal di mana. Di rumah orang tuanya sendiri atau di tempat mertua.Sebagian tabungannya habis untuk biaya pernikahan. Rizal berencana ingin membuka praktik malam, sehingga memerlukan banyak dana untuk mempersiapkannya. Lelaki itu tak tahu jika papanya sudah menyediakan satu rumah untuk mereka. "Bangun dong, Cantik. Udah jadi istri kok malas," goda Rizal sembari mencubit pipi Syifa. Laki-laki itu tergelak ketika melihat sang istri menggeliat dan menepis tangannya."Jangan ganggu," ucap Syifa yang masih setengah sadar dengan mata terpejam.Tawa Rizal menggema di kamar. Itu membuat Syifa terbangun dan mengucek matanya."Astagfirullah," ucap wanita itu kaget ketika melihat kondisi mereka."Kamu kenapa?" tanya Rizal heran."Kita--""Udah nikah,
Read more
Hadiah Terindah
Syifa menguap berulang kali. Entah kenapa akhir-akhir ini dia sering mengantuk. Badannya terasa lemas dan gampang lelah. Bahkan di rumah sakit dia tidak semangat bekerja."Bik, aku tidur dulu, ya," pamitnya kepada ART yang sejak tadi membersihkan ruang tamu. Wanita itu meregangkan kedua tangan lalu kembali menguap sembari mengucek mata."Ibu kenapa, sakit?" tanya wanita paruh baya itu.Sejak menempati kediaman sendiri, Rizal membawa seorang ART pilihan mamanya. Lelaki itu tak mau Syifa terlalu lelah karena sedang program hamil. Lagipula wanita itu masih bekerja sehingga tidak mungkin mengurus rumah. "Gak tau, Bik. Badan pegel semua," jawabnya Syifa lemas."Mau datang bulan kali. Bibik juga biasanya gitu."Syifa tersentak ketika mendengar kata-kata itu. Wanita itu buru-buru berjalan menuju kamar, lalu mengambil ponsel dan melihat tanggal. Dia tidak pernah membuat catatan khusus, tetapi harusnya saat ini sudah mendapatkan tamu bulanan."Apa jangan-jangan--"Syifa benar-benar lupa bahwa
Read more
Ada Apa Ini?
Hari berganti, tak terasa waktu cepat berlalu. Setelah mengetahui kehamilanya, Syifa kini lebih banyak beristirahat di rumah. Wanita itu masih bekerja seperti biasa. Hanya saja jam kerjanya dikurangi. Syifa hanya masuk tiga hari dalam satu minggu. Itupun hanya berjaga di ruangan dan sementara waktu tidak meng-handle IGD. Rizal tak mau istrinya kelelahan karena akan berakibat kepada kehamilan. "Kita mau ke mana?""Notaris. Aku mau serah terima sertifikat rumah.""Kok lama baru selesainya?""Dari developer-nya begitu. Papa juga kan belinya perumahan biasa. Jadi gitulah," jelas Rizal.Sesampainya di kantor notaris, mereka menunggu karena masih ada tamu. Rizal dengan pelan mengusap perut istrinya yang sudah mulai membesar. Lalu memijat pelan dahi Syifa karena wanita itu merasa pusing. "Silakan masuk Bapak dan Ibu."Ruangan lima kali enam meter itu terlihat cukup nyaman walau tak terlalu luas. Mereka langsung disambut dengan ramah karena memang sudah ada janji. "Langsung saja ya, Pak. S
Read more
Sekadar Empati
Rizal mondar-mandir di depan ruang operasi dengan gelisah. Sudah dua jam dan belum ada tanda-tanda akan selesai. Mereka memang terbiasa dengan kejadian seperti ini sejak awal kuliah bahkan mungkin hingga menutup mata nanti. Namun, ketika itu terjadi kepada orang yang dikenal, rasanya tetap berbeda."Keluarga Ibu Tiara?" tanya Fauzan, dokter bedah yang menangani tindakan Syifa. "Cuma ada gue sebagai perwakilan. Keluarganya belum tau," jawab Rizal."Lu yang bawa dia?" tanya Fauzan heran."Iya. Pas mau pulang gue lihat ada kecelakaan. Jadi gue bawa.""Lu kenal?""Pasien gue yang baru aja sembuh dari tabrakan. Sekarang kecelakaan lagi," jelas Rizal."Astagfiirullah dia kritis. Masuk ruang instensif sampai pulih."Rizal tertegun dan mengusap wajah, tak dapat membayangkan bagaimana kondisi Tiara sekarang. Dia menarik napas lega, mengucap syukur bahwa nyawa gadis itu bisa diselamatkan, sekalipun kemungkinan akan cacat. "Lu mau pulang atau nunggu di sini?" Fauzan memijat kepalanya yang tega
Read more
Hati Seorang Istri
Lima hari sudah berlalu. Belum ada tanda-tanda perkembangan dari Tiara. Wanita itu masih tak sadarkan diri di ruang intensif. Berbagai selang menempel di tubuhnya. Rizal dan Fauzan bergantian menjenguknya."Mau ke rumah sakit lagi?" Syifa merapikan kerah baju suaminya yang nampak berantakan. Sejak kejadian itu, Rizal jarang ada di rumah. Sepulang dari rumah sakit, lelaki itu akan mandi dan mengganti pakaian, lalu makan jika lapar dan pergi lagi.Orang tua Tiara akan meneleponnya jika belum memberikan kabar. Rizal akan buru-buru datang tanpa menghiraukan istrinya. Rasa kasihan karena kondisi keuangan Rahmat yang terbatas, membuat lelaki itu tak tega."Sebentar aja.""Memang dia siapanya kamu, sih? Kok pake bela-belain besuk," sungut Syifa tak terima. Wanita itu merasa heran karena suaminya nbegitu repot mengurus orang yang tidak mereka kenal. "Jangan begitu, kasihan mereka gak mampu," bela Rizal.Melihat sikap Rizal yang seperti itu, Syifa menjadi sedikit kecewa. Ada rasa sedih yang m
Read more
Its A Miracle
Bunyi beberapa alat yang terpasang saling bersahutan di ruangan itu. Berbagai selang yang melekat di tubuh, membuatnya tetap bertahan sampai sekarang. Harapan tipis, tapi semua orang berdoa untuk sebuah keajaiban. Wanita yang terbaring di ruang intensif itu mulai menggerakkan tangannya. Kesadarannya mulai pulih. Belum sepenuhnya ingat apa yang terjadi, hanya merasakan sakit yang menghantam seluruh bagian, dari kulit hingga tulang. Serasa ruh ingin terlepas dari raganya. Jika boleh memilih, dia ingin kembali ke pangkuan Tuhan, dari pada harus merasakan sakit di antara hidup dan mati. "Suster, Suster. Lihat!" Salah satu perawat memanggil kepala ruangan mereka. Semua orang mengucapkan takbir saat melihat keajaiban itu muncul. Wanita ini kuat, dia berjuang untuk hidupnya. Mungkin, ada banyak hal yang ingin diselesaikan sebelum tiba masanya berpulang. Rani memang luar biasa. "Panggil Dokter Fauzan ke sini." Begitulah perintah kepala ruangan. Tak berapa lama, sosok lelaki yang telah be
Read more
Rewelnya Ibu Hamil
Rahmat berulang kali mengucapkan syukur atas perkembangan yang dialami Tiara. Dia mengusap air mata yang sempat menetes beberapa menit yang lalu. Semua orang serasa mimpi, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. Perlahan tapi pasti, tubuh yang tak berdaya itu akhirnya mulai sadar, walaupun belum sepenuhnya pulih. Setelah memberikan tanda sesaat, Tiara kembali tak sadarkan diri. Mata yang berhari-hari terkatup itu bahkan enggan menyapa orang yang dia sebut. Dia kembali ke alam mimpi, larut dalam buaian indah yang telah menemaninya beberapa hari ini."Semua boleh keluar."Perintah dokter senior sempat mengagetkan mereka. Dua orang lelaki itu akhirnya memilih patuh, dan melanjutkan pembicaraan setelah meninggalkan ruangan itu. "Makasih, Nak Dokter," ucap Rahmat menjabat tangan Rizal dan Fauzan dengan erat. Rizal membalasnya dengan melakukan hal yang sama. Mereka sempat berbincang-bincang dengan dokter senior, sebelum akhirnya memilih untuk pulang dan berpisah. Lelaki itu di
Read more
Hanya Menolong
"Tiara udah sadar."Rizal langsung mematikan sambungan telepon dan bergegas menuju ke rumah sakit. Sebelum berangkat, dia sudah menitipkan Syifa kepada Iroh dan berpesan agar segera menghubungi jika terjadi sesuatu.Syifa sudah meminta untuk pulang ke rumah orang tuanya, tetapi Rizal masih menahan. Rencananya nanti sekalin mendekati hari lahiran.Mobil Rizal melaju membelah jalanan ibu kota yang siang ini padat. Sehingga pengendara harus ekstra sabar jika terkena macet. Lalu lalang kendaraan yang saling berebutan dan tak sabar ingin mendahului satu dengan yang lain, menjadi pemandangan lumrah di setiap harinya. Sepanjang perjalanan, ada sedikit rasa lega di hati Rizal saat menerima telepon tadi. Paling tidak, dengan sadarnya Tiara mengurangi rasa khawatir mereka. Sekilas dia teringat akan pembicaraan mereka dengan dokter bedah senior waktu itu. "Karena kasus ibu Tiara ini akan kita jadikan bahan penelitian, saya meminta bantuan kalian untuk memantau perkembangannya secara intens. Say
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status