All Chapters of The Gray Silhouette of Love: Chapter 81 - Chapter 90
131 Chapters
81. PERGI
"... Kau mau menikah dengan ku ... "~ Ara ~Aru menghindaiku lagi. dan aku tak bisa menghubunginya selama beberapa hari ini, sejak percakapan terakhir waktu itu. Itulah kenapa kini aku ke tempat Zein, menekan bel rumahnya berulang kali, tapi tak seorangpun membukakan pintu.Apartementnya sepi, seperti tak ada penghuni. Akupun sudah puluhan kali menghubungi Aru, tersambung tapi tak pernah diangkat juga. Dia membuatku cemas, terlebih karena tak ada aktivitas di dalam apartemen ini. Cepat aku memberanikan diri beralih ke nomer sahabatnya. Menghubunginya."Ohh, hallo Miss Ara. Kenapa kau menghubungiku? Ahh, biar kutebak. Kau pasti sedang BERTENGKAR dengan sahabatku, lalu dia menghilang begitu saja dari tempatmu. Jadi kau pasti menghubungiku hanya untuk bertanya dimana keberadaan Aru, kan?""Kurasa memang begitu. Kau tahu dimana dia?""Lain kali kau pake aplikasi cari orang saja, jangan melulu bertanya padak
Read more
82. PING-PONG TALKING
 "... Aku mau hubungan ini bernama ... "~ Aru ~  Masa perenunganku berakhir. Aku sudah kembali ke tempat Ara, dia terus memintaku untuk kembali, aku menolak sebab aku tak lagi punya selera tinggal dan tetap berada disana. Aku tak punya pekerjaan, dan orang yang ku cintai telah menemukan cintanya yang lain. Berada disana hanya membuatku sakit. Tapi Ara tak pernah berhenti membujuk agar aku kembali. Katanya pekerjaan bisa dicari, dan dia masih mencintaiku.Mudah ditebak, aku luluh lagi. Tapi, bukan karena dia mengatakan cinta aku jadi luluh dan mau kembali. Sebab aku tahu dia juga punya cinta untuk Ar-no juga. Aku memintanya membuktikan kesungguhannya dengan datang ke rumah dan menjemputku. Dan diapun tidak mau awalnya. Dia punya banyak alasan untuk mengelak, tapi akhirnya dia ke rumahku juga membawaku kembali kesinggasana ternyaman kami.Baik Zufan juga Dila senang bertemu dengannya. Mereka
Read more
83. EGOIS
  "... Aku ingin egois mencintaimu  ... " ~ Aru ~     "Kau bahagia bila menikah dengannya?" rasanya hatiku memar mengatakan itu. Ara menaikkan bahunya. Menatap dengan tidak pasti dan tak terarah. Tapi aku mengembalikan fokusnya padaku. "Tentu aku ingin kau bahagia. Aku ingin melihatmu mengenakan gaun pengantin yang indah juga, dan menjalani hidup bahagia setelah pernikahan. Tapi− " "Tapi?? Bukan dengan Arnold?!" "Entah. I'm not saying it, Ra. Aku hanya ingin kita bahagia. KEBAHAGIAANMU yang paling utama bagiku" Dia mengerti. "Begini saja Ra, pastikan kau bisa hidup bahagia dengannya. Katakan jika HIDUP mu akan LEBIH BAHAGIA dengannya, jauh MELEBIHI saat kau bersamaku. Maka detik ini juga aku akan merelakan mu menikah dengannya. Jadi katakan!" Dia menatapku bimbang. "Kau bisa memastikan itu untukku?" "I can't Aru. I
Read more
84. BLUE  FEELING
 "... Bukan hanya cinta yang memberi luka, tapi juga rasa kecewa  ..."~ ARU ~  "Ma− "'Aku jatuh cinta, Ma. Aku jatuh hati pada seorang wanita terpandang, anggun, dan bertatakrama. Dia wanita yang punya hati lembut seperti Mami, sensitif dan juga ke-ibuan. Kami saling mencintai. Tapi masalahnya, dia tak seiman dengan kita. Bolehkah aku menikahinya, Ma?'Aku ingin jujur dan mengatakan itu pada ibuku, tapi aku tak sampai hati untuk menambah beban pikirannya dan aku tak punya nyali mengatakannya. Aku takut ini terlalu melukai hatinya. Aku takut itu beresiko pada jantungnya. Aku tidak siap kehilangan siapapun saat ini. Tidak Ara, tidak juga keluargaku.Aku makin terpuruk dalam tangis memeluknya, hingga kepalaku pening."Ma, bagaimana kabar Mami saat ini?" akhirnya, hanya itu saja yang berani kulepas keluar dari mulutku."Mami baik sayang, sanga
Read more
85. SEKRETARIS
 "... Kau ragu dengan apa yang ku lakukan di kantor ..."~ Ara ~  Aku merasa Aru sedang mengawasiku dari tempat duduknya. Dia jadi berbeda sejak pergi begitu saja kemarin. Aku merasa dia lebih pendiam dan cuek dari biasanya, tapi aku tak mengambil pusing atas semua aksinya itu. Aku hanya terus bersikap normal, tak seperti ada yang salah. Aku juga bicara seperlunya.Mungkin Aru sedang protes padaku tentang sesatu yang tak ku tahu pasti tentang apanya. Aku malas ribut, jadi aku hanya bersikap biasa. Tak bertanya kenapa atau ada apa dengannya.Kami duduk dalam satu ruang, tapi tak satupun dari kami yang membuka suara untuk mengajak ngobrol. Aru sibuk dengan game-nya, dan aku sibuk dengan akun-akun sosmed ku dan pekerjaan."Hufff" Aru bangun dan meghentakkan nafas lelahnya.Aku sebatas meliriknya tanpa tanya."Something wrong with us, right?""N
Read more
86. PENGKHIANAT
 "... Baginya aku hanya pengkhianat, tapi bagiku aku hanya realistis ..."~ Ara ~  Raut Aru berubah tegas, shock, juga terluka menerima kalimat duriku."Ahh maksudku..., kau tak perlu cemas, apalagi cemburu dengan kegiatan kami selama di kantor. We never do anything bad. Kau paham maksudku, kan?""Ara, aku tidak menuduhmu apa-apa! Kau dan Bosmu dan apapun yang kalian lakukan di kantor. I'm not jealous that you may have relationship with your bos. Aku juga tidak ingin berpikir begitu!""Tapi kau berpikir begitu! Karena aku berkhianat sebelumnya. Dan itu bisa saja terjadi lagi, bukan?""OH GOD! Can you hear me first at least? Aku tidak cemburu karena itu, okay?! Aku cemburu karena akhir-akhir ini kau lebih sering menghabiskan waktu mu dengan bosmu ketimbang denganku!" katanya mengeluarkan statmen."Aku kesal karna itu, Ra. Buka
Read more
87. TERSENTUH HARU
  "... Jika kau bertanya hatiku, ia tak ingin kau menikah dengannya ... " ~ Aru ~     Hari-hari yang kulalui semakin hari semakin berat. Kecewa semakin lekat, amarah kian mendebat hebat, dan patah hati kian hari memberat. Aku hampir tidak lagi kuat berada di gelanggang panas yang membuatku terus-menerus gerah dan gersang ini.  Aku terbakar tiap harinya, entah itu karena tingkah hening Ara, fokus ke pekerjaannya meningkat, atau saat fokus matanya hanya tertuju pada ponselnya. Sebab dalam praduga pikiranku, ketika dia memegang ponselnya itu dia tengah menjalin komunikasi dengan Ar-no. Dia terbukti melanggar perjanjian sederhana yang aku minta, untuk tidak membalas pesan Ar-no saat bersamaku dan itu jadi meracuni pikiranku saat dia memegang ponselnya. Aku lantas membalasnya dengan ikut melanggar janjiku untuk bersikap sopan dan baik padanya. Untuk menghadapi situasi
Read more
88. NEW CHAPTER
  "... Mungkin karena cinta ini jumlahnya tak terhitung, jadi seperti debu ... "   ~ Ara ~     Hari Ini, Di Dua Tahun Kemudian.   Aku melakukan rutinitasku, bekerja. Tapi ada yang istimewa hari ini. Ini akan jadi dua hari terakhir ku bekerja disini, setelah hampir dua tahun lamanya. Itulah kenapa aku jadi agak sibuk hari ini. Banyak hal yang mesti dibereskan sebelum aku pergi keluar dan menghirup udara segarku dari hetiknya ruang kerja yang menyita banyak perhatianku selama ini. Aku kembali ke ruanganku. Duduk di kursi nyamanku lagi, setelah memberi laporan yang Bos minta. Sejenak aku mengecek ponselku, melihat jam dari sana, tapi aku malah disambut dengan notivikasi dari dua panggilan tak terjawab yang datang beberapa menit lalu dan itu merupakan nomor asing.  "Ra, bisa kau bantu aku dengan ini?" minta
Read more
89. CANGGUNG
 "... Kami jadi manusia asing lagi setelah tahunan dingin, beku bagai gunung es ... "~ Ara ~ "Hallooo..." aku menerimanya cepat, merasa jika itu panggilan penting.Sekalipun jika itu tidak penting aku akan menerimanya, karena selama ini aku memang membiarkan banyak nomer asing dengan mudah menghubungiku. Berharap dari banyaknya nomer asing itu akan ada satu panggilan yang selalu ku tunggu, menyapaku kembali meski hanya sekedar 'hai' yang bisa diucapkannya."Hallooow...??" sekali lagi aku menyapa dengan ramah siapapun orang diujung sana, yang masih diam tak menyahut."Hei..., dari Mas Bos nih. Spesial katanya" ujar teman kerjaku sambil meletakkan semangkuk bakso favoritku. "Makasih" "Ohh, makasihnya sampaikan sendiri saja yah. Aku bukan kurir cinta"Aku tersenyum geli mendengarnya. "Okay, baiklah""Oh ya, boleh ku pinj
Read more
90. DUA RUPA
  "... Jangan tanya kabarku bagaimana, itu berat untuk dijawab ... " ~ Aru ~     'Apa itu anakmu??' Kau akhirnya menemukan kebahagiaan mu juga tanpa ku, kan Ra? Aku tahu itu.  Aku tahu itu tak akan pernah terlalu sulit bagimu. Tak pernah sulit bagimu, seperti berada diposisi orang-orang dengan hati yang tersakiti sepertiku. "Semacam...??" "Semacam perpisahan ulang!" "Kenapa? Kau masih menghindariku?" "Tidak tahu! Mungkin ..." Aku menarik nafas berat dan menghembusnya cepat. "Mungkin karena, kau membuatku benci dengan kota indah ini" Aku tahu kalimatku memberi efek berat baginya juga. Dia jadi terdiam, mungkin menyesal telah bertanya begitu. Tapi aku berharap dia tidak akan mengucapkan kata maafnya lagi. Semoga ia mengingat dengan baik, dua hal yang kularang untuk diucapkannya padaku. Sayangnya, lirih dia mengucapkan k
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status