All Chapters of After We Married: Chapter 41 - Chapter 50
79 Chapters
41. Win or Die
"Aku punya berita untukmu." Ucap Rhea dan Kay secara bersamaan.Mata Rhea membulat terkejut karena ini kejadian ketidaksengajaan yang langka. Rhea kemudian melihat Kay yang juga terkejut ditempat. Pasalnya, mereka secara tidak sengaja berbicara dalam kalimat yang sama secara berbarengan."Siapa duluan?" Tanyanya. Dia hanya punya waktu sekitar lima belas menit sebelum kembali syuting adegan ke 256."Kamu mungkin terkejut mendengar ini, tetapi aku akhirnya mengetahui alasan kenapa Shelly tidak berani menggarong lagi." Kay menyeringai. Ia senang tertawa diatas penderitaan musuh-musuhnya."Sebenarnya itu karena suamimu." Tambahnya.Kesukaan Kay kepada Hansa bertambah karena rumor yang beredar kuat. Siapa sangka, dari terkena kemalangan ditinggal tunangan selingkuh hingga pernikahannya terancam gagal, nyatanya Rhea malah mendapat pengganti yang berkali-kali lipat. Dia punya Hansa Adiwinata yang memiliki aspek-aspek kualitas seorang pria. Pria itu punya
Read more
42. Terlalu Sempit Untuk Sebuah Dunia
Rhea telah memilih hari ini sebagai pertemuan perdananya dengan teman penanya. Seperti yang dia tuliskan, ia yang memilih tanggal sedangkan dia yang memilih tempatnya. Dan sepertinya dia lupa untuk memberitahu temannya itu bahwa dia adalah seorang publik figure sensasional satu negara yang tidak bisa berada di tempat-tempat tertentu yang penuh dengan keramaian. Sudah terlambat untuk memberitahunya, sehingga Rhea dengan terpaksa harus melakukan perlindungan ekstra untuk dirinya sebelum duduk menanti di sudut kursi kafe yang tengah hits di kalangan anak muda akhir-akhir ini.Waktu perjanjian mereka adalah di pukul tujuh pagi, dan sekarang kurang sepuluh menit lagi sebelum pria itu datang jika dia orang yang tepat waktu. Siapa tahu teman penanya ternyata salah satu pengikut jam karet.Rhea melihat suasana sekelilingnya. Untungnya, ini masih pagi sehingga tempat tidak terlalu ramai tetapi tidak bisa dikatakan lengang juga. Rhea mengetatkan maskernya, dia mencoba berpakaian
Read more
43. Kiat-kiat Jatuh Cinta
Inilah hidup, pikirnya.Dua kata itu lah yang pertama kali terbesit di pikirannya ketika dia berdiri di atas marmer putih ruang tamu rumahnya, menatap ke arah sofa biru dimana Hansa tengah duduk dan tampak serius dengan tabletnya hingga tidak menyadari dia sudah pulang.Rhea pernah bilang dia tidak akan menyukai Hansa. Tidak akan menganggapnya suaminya. Tidak akan ada cinta, yang mana bagian itu ia masih ragu. Tapi disinilah ia, merasa sedikit kecewa hanya karena Hansa tidak menyapanya. Ia melangkahkan kakinya dalam langkah pelan, berhati-hati agar sepatu ketsnya tidak menimbulkan terlalu banyak suara. Dia berniat untuk pergi ke lantai atas tanpa di ketahui Hansa. "Oh aku tahu kau pulang."Suara itu membuat Rhea berhenti melangkah dan berbalik untuk melihat Hansa yang menyilangkan kakinya dengan santai dan telah menurunkan tabletnya ke pangkuannya.Rhea menyibakkan rambutnya dengan angkuh. "Aku tidak ingin mengganggu kegiatanmu."
Read more
44. Aku, Kamu, dan Dia
Apa yang Sekar paling malas untuk dia lakukan adalah ia disuruh keluar dari kediamannya untuk bertemu dengan selir-selir ayahnya sekaligus saudara-saudara tirinya yang tidak pernah dia anggap saudara. Tetapi disinilah dia sekarang, duduk di pendopo utama rumah dengan wajah tertekuk, mendengarkan dengan setengah hati kepada selir Mantraya yang naik pangkat jadi ibu rumah setelah kematian ibunya. Selir Mantraya bukan selir tercantik atau yang paling disukai oleh ayahnya, dia hanya mengangkatnya karea Mantraya berhasil melahirkan putra pertama yang akan menjadi pewaris keluarga ini dan bla bla bla...Selir Mantraya tampaknya sangat bersemangat dengan status barunya dan memberi wejangan lama mengenai pernikahan kepada saudara tirinya Ambara yang akan menikah dengan anak seorang saudagar."Sekar...," Panggilnya dalam nada lemah lembut."Apa?" Balas putri itu kesal. Selir Mantraya ini sepanjang hidupnya mencoba menggulingkan ibunya dari posisinya, sudah pasti dia juga
Read more
45. Kesibukan Masing-masing
"Cut!"Rhea dan Malik menatap kearah Toni yang berteriak lalu bertepuk tangan bahagia. Mereka kemudian merasa lega karena telah berhasil melakoni adegan paling sulit sekaligus paling akhir. Dibutuhkan tiga kali retake ulang, dan itu termasuk bagus karena ada banyak emosi yang terlibat dan semua itu harus dimunculkan dengan seksama karena adegan ini jelas harus bisa membuat penonton termenung dan menginterpretasi gambar.Berakhirnya adegan ini juga menjadi akhir Rhea dalam proses syuting indoor dan tinggal menunggu syuting out door yang tempatnya telah ditentukan yaitu di suatu tempat di Kalimantan yang masih memiliki hutan-hutan alami yang bisa digunakan. Setelah itu, mereka melakukan promosi drama selama sekitar satu bulan sebelum benar-benar dikatakan selesai."Senang bekerja denganmu Malik." Ucapnya."Aku juga, Rhea." Balas Malik.Mereka berdua kemudian pergi ke tempat tunggu masing-masing. Di perjalanan, Toni mendekatinya dan menepuk-nepuk pung
Read more
46. Kebetulan Lain
Dia tidak menghabiskan waktu di rumah.Maksudnya, Rhea memang telah kembali pulang ke rumah setelah mengantar Hansa ke Bandara dengan Dion yang menyupirinya. Dia awalnya hanya ingin ber swafoto dengan tamannya untuk dia kirimkan kepada Reihan tetapi kemudian dia berinisiatif untuk mengunjungi pria itu sendiri setelah memandang Ares bermain-main sendirian mengejar kupu-kupu.Jadi disinilah ia, berjalan santai di kompleks apartemen dengan anjingnya mengikuti disampingnya. Mencari kamar bernomor 27 di lantai sepuluh."Disini Ares." Ia bergumam setelah melihat pintu yang dituju.Rhea memencet bel pintu. Butuh beberapa detik yang singkat sebelum pintu dibuka."Hai," Sapanya riang. Reihan sedikit terperanjat melihat siapa tamunya. Dia tidak pernah membayangkan Rhea akan mendatangi apartemennya."Hai," Balasnya, perasaan senang menjalari hatinya dan dia tersenyum lebar kepadanya."Aku datang untuk bertemu bersama Ares." Ucap akt
Read more
47. Penolakan Pertama
Syuting telah berjalan selama lima belas hari, dan Rhea sudah rindu dengan kenyamanan kasurnya di rumah. Disini, mereka semua tinggal dalam hotel bintang tiga yang meskipun nyaman, rumahnya tetap lebih nyaman. Untungnya, karena dia pemain utama, dia mendapat satu kamar untuk dirinya sendiri. Sedangkan untuk Kay, dia harus berbagi kamar dengan kru lain.Rhea merasakan dirinya sangat lelah hari ini. Di hari ke tujuh ini, dia memiliki adegan kejar-kejaran menggunakan kuda, dia juga harus berguling-guling di tanah. Itu semua menguras tenaganya dan di penghujung hari, dia telah kehilangan semangatnya dan terduduk lesu di kursinya."Kemarilah kemarilah!" Toni berseru. Menyadari bahwa sebagian krunya kelelahan dan tidak memiliki antusiasnya kembali, dia mencoba menghidupkan suasana dengan semarak baru."Hari ini kita akan mengadakan makan malam!" Serunya.Hanya ada sedikit yang menanggapi. Toni tak pikir panjang langsung menambahkan, "Aku yang mentraktir!" 
Read more
48. Janji yang Tak Pasti
Bella awalnya ingin ber-swafoto untuk memamerkan pencapaiannya yang bisa bekerja sama dengan banyak orang hebat di industri hiburan ke media sosialnya hanya untuk menyadari ada yang aneh dengan foto tangkapannya."Apa ini?" Gunamnya. Di latar belakang dia melihat dua sosok sedang berada di pinggir pepohonan. Bella memperbesar gambar tangkapannya karena penasaran dengan dua orang yang terlihat tengah berpacaran gelap-gelapan. Dia terkejut melihat hasilnya.Matanya membulat dan mengerjap-erjap beberapa kali untuk memastikan dua sosok yang di fotonya yang ternyata dia kenali."Rhea dan Reihan?" Gumamnya syok. Dia terbengong-bengong dikamar Olivia dengan ponsel menengadah di tangannya. Memikirkan berbagai macam konspirasi mengenai aktris dan bosnya yang malam-malam berduaan."Siapa?"Olivia mendengar nama Rhea diucapkan dan telinganya mendadak menjadi lebih awas dari biasanya."Kau tidak akan percaya dengan apa yang aku foto hari in
Read more
49. Sebuah Langkah Salah
Hari-hari berjalan membosankan seperti biasa. Setidaknya bagi Sekar yang sebagian besar hidupnya hanya menyambangi kediamannya. Dia jarang keluar rumah bahkan sejak saat ibunya masih ada. Sekedar berjalan-jalan mengelilingi kediaman rumah besarnya pun jarang ia lakukan karena dia malas harus bertemu dengan saudara-saudara tirinya. Sekarang, setelah kematian ibunya, dia hampir bisa dikatakan hanya hidup di tempat seluas 1000 meter ini.Dia juga jarang untuk pergi ke tempat-tempat umum seperti pasar atau semacamnya. Dia tidak menyukai kebisingan dan dia takut berada diantara orang-orang asing meski dia memiliki pengawal yang melindunginya dari berbagai sisi. Tetapi Sekar tahu alasan itu hanya ia jadikan kambing hitam terhadap hidup monotonnya.Telah menjadi rutinitas paginya untuk menyirami sepetak bunga yang paling ia sukai. Karena tentu tidak mungkin dia bisa menyirami seluruh bunganya seorang diri karena betapa luasnya itu.Sekar membutuhkan waktu lebih lama ka
Read more
50. Batalnya Batas Penolakan
Hari ternyata masih pagi. Rhea masih memiliki banyak waktu luang sebelum Kay dan yang lainnya datang untuk mendandaninya untuk acara malam ini. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mengecek tanaman yang tadi dilihatnya layu sendiri. Tak lupa dia mengajak Ares agar anjing itu bisa terkena sinar matahari.Ketika dia mendekat, ternyata bunga yang layu itu merupakan bunga anyelir merah muda. Ini sedikit mengherankan saat Rhea melihat keadaan bunga anyelir lain di sisi kanan kirinya tampak sehat dan segar.Dia menghembuskan nafas dengan berat hati. Tahu bahwa dia harus mencabut bunga itu sebelum penyakitnya merambat ke temannya. "Bahkan bibit yang berkualitas, tempat yang bagus, dan penanganan yang benar tidak serta merta membuat tanaman hidup." Ujarnya bermonolog. Dia merasa sentimentil hari ini  dan penyebabnya siapa lagi kalau bukan Hansa.Dia berjongkok dan tangannya sudah siap untuk mencabut tanaman itu sebelum akhirnya terhenti di udara saat
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status