All Chapters of A Wife's Diary: Chapter 31 - Chapter 40
92 Chapters
Wanita Baru
Sudah seminggu ini Mas Fadil pulang ke rumah. Sepertinya, hubungan dengan Melati semakin merenggang. Namun, lelaki itu masih tetap berusaha untuk menenangkan hati melati. Buktinya, ia masih suka memata-matai media sosial dan kerap membahas namanya. Malam itu, ia kembali memainkan gawai dan tampak asyik berbalas pesan dengan seseorang. 'Mungkinkah itu Melati? Apa mereka sudah baikan lagi?" pikirku di dalam hati. Selang beberapa menit, Mas Fadil pun pergi ke kamar mandi dengan tergesa. Ia meninggalkan gawainya begitu saja, tanpa dikunci. Aku segera mengambil gawai tersebut dan langsung masuk ke aplikasi berwarna hijau. Terlihat deretan chat dengan Melati dan chat dengan  beberapa perempuan yang tidak kukenal.Ada satu percakapan yang membuatku tertarik. Chat dengan perempuan bernama Lina. Mereka tampak asyik berchat ria, hampir setiap saat. Mulai dari bercanda hingga menanyakan makan dan lain sebagainya. Aku mulai curiga, apa mungkin
Read more
Ikut Ke Kontrakan
Malam itu, aku tengah sibuk membereskan beberapa baju yang akan dibawa ke rumah kontrakan Mas Fadil bersama si kecil. Sedangkan dua anakku yang lain,  akan dititipkan di rumah ibu. Memang berat meninggalkan kedua anakku yang masih butuh perhatian dan masih sekolah. Namun, demi masa depan mereka, aku harus mengikuti Mas Fadil agar bisa mengambil hatinya kembali. "Nggak usah banyak-banyak, secukup nya saja," ujar Mas Fadil seraya menatapku lekat. "Iya, Mas," jawabku sambil mengangguk. Lelaki itu pun kembali  mnemainkan gawainya.  Ia tampak asyik masyuk dengan dunia yang ada di layar benda pipih itu'Ini adalah perjuangan terakhirku, Jjka sampai hari raya idul fitri, Mas Fadil tidak kembali seutuhnya. Aku akan menyerah, mungkin dia bukan takdirku lagi,' gumamku didalam hati sambil menatapnya lekat. Malam itu, aku pergi ke rumah ibu untuk berpamitan dan menitipkan kedua anakku. "Bu nitip
Read more
Kemelut
Keesokan harinyaMas Fadil sudah berangkat kerja sejak pagi. Aku tinggal bersama Fariz di kontrakan. Pagi itu, aku sengaja berselancar di beberapa media sosial. Untuk bisa menang, aku harus mengenali musuh yang ada di hadapan.  Pencariaku pun  terhenti pada sebuah akun bernama Melati."Apakah ini akun perempuan iblis itu?" tanyaku di dalam hati. Netraku membeliak saat mekihat sosok perempuan yang muncul di beranda akun tersebut. Wanita itu terlihat cantik, menarik dan memesona dibeberapa foto.  Akan tetapi,  tampak sesuai umur dengan beberapa kerutan wajah, di foto lainnya.Sorot matanya tajam menyimpan sejuta rahasia. Tingginya di bawah tinggi badanku. Ia memiliki kulit putih terlihat dari postingan foto seksi tanpa hijab. sosok wanita penggoda lebih tepatnya. Itulah gambaran Melati di mataku. Entah apa yang membuat Fadil bertekuk lutut kepadanya. Sifat dan perilaku Melati jauh dari sosok wanita idaman
Read more
Surat Peringatan
Kehadiran Melati dan beberapa wanita di kehidupan Mas Fadil membuatnya semakin lalai. Bukan saja lalai terhadap ibadah, tapi juga melalaikan tugasnya di pekerjaan. Entah berapa jam waktu yang ia curi dari jam bekerja hanya untuk berjalan-jalan dan memadu kasih dengan Melati. Aku sudah tidak tinggal di kontrakan Mas Fadil lagi. Iya memulangkan dan tidak mengizinkan untuk tinggal di sana. Hari itu adalah hari Jumat. Biasanya Mas Fadil akan pulang ke rumah selepas bekerja. Aku segera menghubungi untuk menanyakan kepulangannya. Setelah menunggu beberapa lama.  Lelaki itu tidak juga membalas pesanku.  Barulah, aku tahu lelaki itu pergi ke cintabumi lewat lewat status di media sosialnya. Ia membagikan perjalannya dengan riang gembira. Tidak seperti biasanya, Mas Fadil yang terkenal disiplin dan rajin. Membolos kerja pada hari Jumat. Lelaki itu rela mengabaikan pekerjaan demi untuk bertemu dengan kekasih gelapnya. Aku ha
Read more
Tragedi Bonus Akhir Tahun
Seperti biasanya, setiap akhir tahun para karyawan mendapatkan bonus dari perusahaan. Biasanya Mas Fadil mendapatkan  dua kali lipat dari gaji pokoknya. Hari itu, Adi mengirimkan pesan bahwa bonus akhir tahun sudah cair dan ia mendapatkan tiga kali dari gaji pokoknya. Sepertinya, tidak jauh berbeda dengan yang didapatkan oleh Mas Fadil. Aku gelisah di dalam rumah. Membayangkan semua uang bonus akhir tahun dipakai oleh Mas Fadil bersenang-senang dengan Melati.Lalu, bagaimana dengan kami? Bagaimana dengan hutang yang semakin menumpuk karena uang jatah bulanan yang diberikan Mas Fadil selalu kurang. Aku terpaksa berhutang kesana kemari untuk menutupi kekurangannya. Aku termenung seorang diri. Gelisah menatap layar gawai beberapa kali, tapi, tidak juga ada pesan yang datang dari suamiku itu. Sepertinya, ia lupa bahwa ada anak dan istri yang harus diberikan haknya. Malam pun berlalu dengan kegelisahan dan kekhawatiran akan jatah bi
Read more
Pura-pura Hamil
Setelah tragedi kalung itu, Melati  lebih menunjukkan bahwa ia telah menguasai Fadil. hampir seluruh waktu di hari libur Mas Fadil tersita bersamanya. Lelaki yang masih menjadi suamiku itu pulang hanya beberapa jam saja dalam satu minggu. Wanita itu telah menguatkan tali jeratannya. Ia mengikat kuat, Mas Fadil sehingga tidak bisa lepas darinya. Namun, aku tidak mau kalah oleh seorang pelakor yang hanya bisa merebut milik orang lain. aku memutar otakku agar Mas Fadil bisa pulang ke rumah. Aku masih memiliki Allah yang akan selalu menuntunku. Dering gawai membuyarkan lamunanku. Terlihat notif pesan dari Mas Fadil. [Aku akan mengirimkan gugatan perceraian ke pengadilan. Tolong siapkan berkas-berkas yang aku minta]Isi pesannya berhasil menyayat kembali hati ini, terasa perih. Namun hati ini seolah sudah kebal dengan rasa sakit. Walaupun masih terasa sakit, tapi kali ini sakit itu dibarengi dengan rasa panas di dalam dada. 
Read more
Tahun Baru Kelabu
Hingar bingar suara petasan dan terompet terdengar di segala penjuru. kerlip kembang api menghias hampir seluas cakrawala. Hampir semua orang merayakan malam pergantian tahun dengan suka cita. Berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga dan sanak saudara. Namun, di rumahku mendung masih bergelayut. Seolah enggan pergi dari hidup kami. Ketiga anakku tampak murung di depan televisi. Tidak seperti tahun-tahun kemarin yang ceria dan semarak dengan kehadiran Mas Fadil. "Mah, Ayah nggak pulang?" tanya Kia dengan mimik sedih. "Sudahlah, jangan nanyain Ayah terus!" hardikku kesal. Entah kenapa hari itu, emosiku seperti naik ke ubun-ubun saat mendengar nama Mas Fadil. Dadaku terasa panas dan sesak. Apalagi saat melihat postingan Melati. Wanita iblis itu memposting kebersamaannya bersama Mas Fadil di sebuah taman. Beserta teman dan keluarganya. Hati ini perih bagai tersayat sembilu. Aku dan anak-anak yan
Read more
Penyakit Menular Fadil
Siapa yang menanam dia yang akan menuai setiap perbuatan pasti ada balasannya pepatah itu tidak pernah salah kehidupan Mas Fadil yang terlalu bebas membawanya ke sebuah kenistaan. Pagi itu, Mas Fadil menepati janjinya untuk pulang ke rumah. Seperti biasa, ia duduk di sofa dengan menyandarkan tubuhnya yang tampak lelah. Aku menyodorkan segelas air putih yang langsung ditegak habis olehnya. "Ini buat kamu," ucapnya seraya menyodorkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan. "Terima kasih," jawabku sambil menatap uang yang ada di tangan. "Cukup, cukupin sampai gajian. Ayah udah nggak punya uang," dengkusnya kesal. Aku hanya mengangguk pasrah. Apa lagi yang bisa dilakukan selain menurut untuk menjaga perdamaian. Padahal, kebutuhan sehari-hari jauh lebih banyak dari uang yang diberikan Mas Fadil. Namun, aku tidak ingin menambah keruh suasana dengan memperdebatkan masalah uang. Sesaat Kemudian, Mas Fadil pun perg
Read more
Pengobatan
Tidak ada satu orang pun, yang tahu mengenai penyakit yang diderita Mas Fadil. Aku sengaja menutupnya serapat mungkin. Ini adalah aib yang sangat memalukan. Aku tidak ingin membuatnya semakin malu dan tidak memiliki harga diri lagi. Setelah skandal perselingkuhan yang menyebar ke umum akibat tingkahnya sendiri.  Hari itu, Mas Fadil pulang ke rumah. Ia duduk di ruang tamu, wajahnya tampak murung. Ia membawa beberapa bungkus obat yang didapat dari klinik tempatnya berobat.  "Gimana, Yah, berapa lama proses penyembuhannya?" tanyaku seraya menyodorkan segelas air putih.  "Sekitar tiga bulan, tapi kalau obatnya habis dan masih sakit. Ayah harus kontrol lagi," ucapnya lemas.  "Sabar, Yah. Ayah sudah makan?" tanyaku untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak larut dalam kesedihan.  "Belum," jawabnya datar.  "Makan dulu, ya. Terus langsun
Read more
Pengakuan
Malam itu udara terasa sangat dingin. Tidak seperti biasanya kami masih belum bisa tidur. Padahal malam sudah semakin larut. Aku menemani Mas Fadil di ruang tamu. Ia tampak sedang mengerjakan tugas dari kantor. "Tugas Ayah makin banyak, suasana Kantor juga semakin nggak enak. Apa Ayah mengundurkan diri saja?" ucapnya lirih. Aku hanya terdiam, mendengarkan semua keluh kesahnya. Entah sudah berapa ratus kali Mas Fadil ingin keluar dari perusahaan. Namun aku berusaha menahannya dan memberikan semangat. Kali, ini biarlah dia berfikir sendiri. Lelaki itu tampak sedih dan murung. "Maaf, Ayah juga punya banyak hutang di luar. mungkin gaji untuk dua sampai tiga bulan ke depan tidak akan cukup," imbuhnya kembali penuh sesal. "Uang bisa dicari,  yang penting Ayah sudah kembali dan tidak pergi lagi," ucapku untuk menghiburnya. "Bulan depan, Ayah juga harus membayar uang muka perumahan yang sudah Ayah pesan buat Melati."
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status