Semua Bab Audacity: Bab 121 - Bab 130
159 Bab
120. Melawan Monster
[POV Adrian]----- Mengganggu sekali. Aku tahu ini peternakannya, tapi fantasiku baru saja nyaris tersalur, fantasi liar dalam barn.  Pintu, jendela, semua terbuka lebar. Angin dan cahaya matahari masuk memberi nuansa hangat dan sejuk alami dalam rumah. Tuan Zul berdiri menghampiri kami. Dalam setelan jas hitam, seperti biasa dia nampak elit. Entah ada apa hingga terlukis kekhawatiran di raut wajahnya. "Adrian, kamu baik-baik saja?" "Ada apa Tuan?" Tuan Zul menarikku duduk. Dia mengamati sejenak Fany, seperti hendak menyuruhnya pergi tapi tertahan.  "Tak apa Tuan, Fany tunanganku." 
Baca selengkapnya
121. Dia Meminta
[POV Adrian]----- Aku mencari solusi terbaik, tapi sekeras apapun otakku bekerja, belum ketemu. Tidak, aku tidak bisa menyerah, masa depan kami menjadi taruhan. Tuan Zul di sebelahku, mengecilkan volume TV. Sepertinya dia penasaran tentang masalah. "Apa dia baik-baik saja?"  "Fany tertidur di kamar." "Jangan biarkan dia kelaparan. Nanti bawakan makanan ke kamar, suapi gadismu. Ketika hati wanita kacau pasti nafsu makan hilang. Aku pengalaman menghadapi gadis seperti itu." Suara Tuan Zul kecil dan serius. "Istriku dulu dijodohkan orang tuanya dengan pria lain, sementara diriku belum jadi seperti sekarang." Sepertinya dia serius. "Bagaimana caramu menjadikan beliau istri?"
Baca selengkapnya
122. Resolusi
[POV Fany]----- Suara ketukan lembut pintu memaksaku berkedip. Badanku terasa enteng seperti kapas, susah bangun. Suara Tuan Zul nyaring dari arah depan kamar. "Sarapan siap, kalian mau tidur sampai kapan?"  Dia seperti ayahku dulu, ketika membangkunkan untuk sekolah. Adrian terlentang di kasur, menguap, mengucek mata lemas. Sepertinya kelelahan.  Aroma sisa permainan cinta terendus di pipinya yang kukecup penuh sayang. "Selamat pagi sayang." "Pagi Nona Bened." Tangan kanan kekar penuh tatto merayap menjadi bantal aman bagiku. "Bagaimana perm
Baca selengkapnya
123. Kejutan Nyata
[POV Fany]----- Di depan rumah Tuan Zul, Tiga mobil Ranger menghampiri kami. Aku kenal para lelaki yang keluar dari mobil hitam itu, mereka teman-teman Clint, juga ada Minerva dan keluarga Dohl. Dari samping pelukan Adrian memberi rasa aman nan hangat. Ini akan menjadi perjalanan kami, melawan dunia. "Jangan takut, atau kamu ingin berhenti?" Pertanyaan konyol keluar dari seorang yang selalu gasak-gusuk. "Bicara apa kamu? Aku tidak akan mundur. Tidak satu langkah pun." Lesung di pipinya keluar, lalu dia mengecup lembut keningku. "Aku harap kamu siap." "Siap untuk rencana awal, Nak?" Tuan Dohl menghampiri kami, memakai kasula. Bor
Baca selengkapnya
124. Cobaan Besar
[POV Fany]----- Mystery bukan favoritku, sekarang Adrian memilih bermain hal itu. Atau mungkin dia sama sepertiku, tidak tahu akan dibawa ke mana.  Walau demikian aku merasa aman karena dia di sebelahku, menggenggam erat tanganku. Mau kemana pun selama ada Adrian, aku rela. "Kalian begitu manis, tidak melepas gandengan sedetik pun," ucap Minerva, entah sejak kapan dia memandang kami. Bibirnya melekuk manis. "Kamu beruntung memiliki Adrian, Nona Bened." "Jadi menurutmu aku di bawah Adrian?" keluh Clint. "Kamu tidak beruntung mendapatkanku, sayang?" "Bukan begitu, tapi--" Mereka berdebat masalah kecil. Menurutku mereka juga lucu dan manis. Clint pencemburu dan Minerva seperti menikmat
Baca selengkapnya
125. Tikus dan Elang
[POV Adrian]-----"Adrian, apa yang kamu lakukan?"  Fany panik berusaha menarikku kembali duduk ketika diriku berusaha merangkak melalui atas kursi untuk membuka pintu belakang. Aku tak tahu betapa menderitanya Fany, aku bukan dia, tapi tahu bagaimana membuatnya nyaman nanti. Aku merayap ke belakang membuka pintu, melempar apapun yang bisa kuambil.  Ban serep yang kulempar menggelinding berhasil membuat dua mobil polisi melambat, tapi tidak dengan dua mobil lain. Kenapa kalian tidak menyerah, pergi ke club dan makan donat seperti biasa? "Kumohon jangan nekat. Aku takut kehi
Baca selengkapnya
126. Saudara Alex
[POV Adrian]-----"Kamu serius?" Pertanyaanku membuatnya mengangguk. "Tidak mungkin. Bagaimana--" "Tuan Bovington ayah Alex terkenal sebagai casanova, entah berapa banyak wanita pernah dia tiduri. Salah satunya Ibuku. Karena si tua bangka tidak mengakuiku, aku memilih nama Westwood, keluarga ibuku sebagai nama belakang." Dari raut wajah dan suara yang naik turun aku rasa dia jujur. Jika seperti itu bukankah dia saudara Alex? "Kenapa membantu kami?" "Melihat wajah tua bangka itu sekarat adalah kenikmatan tersendiri bagiku. Selain itu aku tidak suka Alex."  Dia mengamati wajahku lekat seperti menerawang kejujuran yang terlukis di mata. "Jadi Bened, bagaimana kisahmu. Aku kaget kamu bukan hanya kena
Baca selengkapnya
127. Perasaan Buruk
[POV Adrian]----- "Apa kamu bodoh, dia Sheriff, kita penjahat,"  ucap Minerva mewakili pikiranku tentang aksi heroik Clint, dia menarik lengan tunangannya supaya tidak keluar mobil."Rileks, dia Paman Sheriff yang baik dan sedang butuh bantuan, kenapa harus kejam padanya?" Sudah kuduga Clint kenal Sheriff itu, tapi tetap saja sekarang kita berada di dua kubu berbeda.  Dia berdiri di sebelah mobil memandang kami bergantian dengan wajah ramah. "Lagi pula paman memundurkan mobil tadi malam demi membantu kita. Apa kita harus membalas kebaikan dengan kejahatan?" Menutup rapat pintu kemudi. "Perasaanku tidak enak," gumam Fany sembari mengamati Clint di luar sana mendekati mobil Sherif yang kapnya terbuka.  
Baca selengkapnya
128. Kembali Ke Sarang
[POV Fany] ----- Mereka berkumpul di ruang tamu rumah, memandang bengis seperti kucing ketika perutnya digaruk, kecuali Ayah.   Beliau langsung merangkul hangat diriku ketika baru melangkah masuk. "Ya Tuhan, syukurlah kamu tidak apa-apa."   "Kami menemukannya di Texas bersama bajingan bernama Bened."   Aku berbalik memandang komisaris sembari membentak, "Namanya Adrian Bened, bukan bajingan, tapi suamiku."   "Jaga sopan snatunmu, gadis muda!" Sentak Ibu, menarikku mundur hingga mau tak mau terpaksa melihat wajahnya yang seperti kotoran sapi terinjak ayam.    Sok perhatian iblis tua memegang keningku, seperti khawatir padahal semua palsu
Baca selengkapnya
129. Kamar Malam
[POV Fany]-----"Kamu tahu Romeo dan Juliet?" Aku mengangguk tenang, siapa yang tidak tahu kisah legendaris mereka, cerita cinta tragedi klasik tentang sejoli yang tewas. Namun, kenapa dia membahas hal ini? "Apa rencanamu ingin supaya aku bunuh diri seperti Juliet?" Jika begitu, aku siap. Untuk bersama Adrian di akhirt, aku tidak menyesal. Alex menggeleng kecil sambil memperlihatkan lesung menggemaskan di pipi. "Tentu saja tidak, tapi rencanaku memakai taktik seperti juliet. Berbohonglah pada kedua orang tuamu jika mau menikah denganku." "Kamu tidak mengerti, ibu akan--" Dengan tawa bersuara kecil, dia memotong ucapanku. "Kita akan menikah dan setelah Ibumu membebaskan Adrian, kamu bisa kabur lagi den
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status