All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 201 - Chapter 210
310 Chapters
Hanya Barok Yang Bisa
Penerapan Aura Pancasona tergolong berhasil. Murid-murid Padepokan Ajisaka tidak ada yang terluka walau harus bertarung sampai titik darah penghabisan. Hal itu berdampak sampai saat ini, terutama saat Asoka semakin dekat dari aula perguruan.Tubuh pemuda itu mulai terasa ringan, aliran energinya seolah bergerak mengikuti aliran aura yang masuk ke tubuhnya. “Aura ini ... sepertinya tidak asing.”Pernah suatu hari Asoka merasakan aura ini saat menjadi murid di Perguruan Kabut Butana.Waktu itu ada penyusup yang nekat masuk melalui kabut tebal hutan hingga berhasil mencapai garis tepi gerbang perguruan. Dia mengalami luka parah.Pasalnya, lokasi Perguruan Kabut Butana berada di puncak gunung yang tertutup kabut putih tebal serta asap beracun pekat.Hanya pendekar dengan daya tahan tubuh tinggi yang bisa menahan efek samping asap beracun gunung itu. Dan ketika Ki Langkir membawanya masuk ke perguruan, aura putih tiba-tiba terasa. Aura yang
Read more
Perang Saudara
Asoka terkejut bukan main. Dia tidak menyangka Barok akan menodongnya dengan bola-bola api. Niatnya datang adalah menjemput Barok agar pria itu bisa segera menyembuhkan Fahma, namun Barok salah memahami maksud kedatangan Asoka.“Ti-tidak. Aku tidak mencari kekerasan. Tolong bantu adikku, aku butuh seseorang bernama Barok.” Asoka memohon, tapi nada suaranya masih tergolong tinggi.“Aku Barok, kau siapa? Ada urusan apa mencariku?” Barok membalas agak kasar, tapi sebisa mungkin Asoka memperhalus ucapannya agar Barok tidak semakin kesal.“Orang di sana memintaku untuk mencari seseorang bernama Barok.”“Aku sudah lemah, kakiku luka karena nekat loncat dari ketinggian air terjun. Jika kau berkenan membantuku, segera bawa aku ke padepokan. Aku tahu bagaimana cara menyembuhkan adikmu Fahma.”Barok meringkuk di punggung Asoka.Keduanya langsung menghilang hanya hitungan detik. Asoka tidak peduli walau h
Read more
Sejarah Sakral Padepokan
Aula padepokan adalah tempat paling sakral yang ada di sekitaran gunung. Tidak ada yang boleh menumpahkan sedikitpun darah, walau setetes.Dulu sebelum babat alas dilakukan beberapa pendekar sakti melakukan pertapaan lumayan lama. Butuh mediasi belasan tahun agar mereka bisa kompromi dengan siluman penghuni Hutan Babel, terutama dengan rajanya.Ada sebuah petak kecil yang selalu dihindari oleh para warga, lebih-lebih pendekar yang ingin mendaki puncak Welirang.Petak itu pernah menjadi pusat kerajaan jin Hutan Babel jauh sebelum pertapaan dimulai. Sang raja tidak ingin ada darah tumpah di area kekuasaannya.Bagi bangsa jin, darah sama seperti makanan paling lezat. Hal itu bisa menimbulkan sengketa antara para petinggi istana jin dan para pemangku kekuasaan. Mereka pasti berebut, bahkan tak segan membunuh satu sama lain.Sampai saat ini tradisi anti darah masih melekat di kalangan warga yang tinggal di kaki Gunung Welirang.Mereka sempat terk
Read more
Penyakit Langka
Kusuma beberapa kali tidak sadarkan diri, bahkan sempat hidup di alam lain dan bertemu bapaknya. Namun tak berselang lama, dia hidup lagi, dan kembali disiksa dengan perlakuan yang jauh lebih kejam.Kejadian itu terus berulang sampai tiga kali.Setelah bangkit dari kematian ketiganya, Kusuma dinyatakan lolos dengan tanda, terbukanya gerbang misterius menuju puncak.Menurut beberapa pengakuan pewaris mustika merah, gerbang itu tempatnya tidak pernah menetap.Di masa Bhagawad Gita misalnya, gerbang itu terletak di bawah tempatnya berpijak. Di masa Ki Damardjati ada di tengah belahan batang pohon beringin. Sementara di masa Ki Seno Aji, gerbang itu malah ada di kaki bukit yang mana tempat itu menjadi tempat berlangsungnya ujian pertama.Kusuma masuk ke gerbang yang muncul setelah batu raksasa di hadapannya terbelah. Dia masuk, lalu tidak sadarkan diri. Ketika membuka mata, pemuda tanggung itu melihat sosok putih bercahaya.“Kau tidak bisa
Read more
Kembali Mengamuk
Barok sadar, ada kemungkinan Raden Kusuma terkena karma yang selama ini tidak boleh dilanggar, tapi kemungkinannya sangat kecil. Barok sempat ragu. Pasalnya, tumpahan darah lima anggota sekte tidak satu pun menetes di lantai aula padepokan.Apa karma itu hanya menimpa mereka yang menumpahkan darah di aula, atau menumpahkan darah di seluruh petak istana jin? Entahlah.Tidak ada harapan hidup lagi, Barok lebih memilih mati dari pada harus menyaksikan kematian Raden Kusuma. Dia tidak menginginkan hal tersebut.Di satu sisi, dia harus terus menghindar tanpa membalas serangan Asoka agar pemuda itu tidak makin murka dan menghancurkan padepokan. Di sisi lain, Barok pesimis Raden Kusuma bisa diselamatkan.“Sembuhkan adikku atau kau akan mati!” suara Asoka menggema ke seluruh tebing di kiri-kanan padepokan.Barok mengangguk. “Ba-baik, akan kuusahakan. Tapi tolong, biarkan aku melihat kondisi Raden Kusuma lebih dulu. Hanya dengan izinnya, b
Read more
Serahkan Bingkisan Itu!
Gatra datang membawa sepucuk kertas yang dia temukan di sekitaran gerbang.Dalam kertas itu tertulis bahwa Ki Seno Aji memberi mandat pada Kusuma untuk menguji seberapa kuat Asoka menghadapi ujian yang akan menimpanya saat membawa Fahma ke puncak gunung.Ujiannya sangat beragam, mulai dari ujian fisik, batin, hingga ujian mental seperti yang baru saja terjadi.Entah bagaimana Ki Seno tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang, tapi semua kejadian yang tertulis dalam surat benar-benar terjadi, termasuk tragedi diserangnya padepokan, juga insiden terlukanya Kusuma.Asoka membaca surat itu, lantas menghadap ke arah Barok.“Kenapa kau tidak bilang dari tadi! Jika tahu seperti ini, aku tidak akan memarahimu, tidak akan memukulmu, tidak pula mengancam kelangsungan padepokan ini!” Asoka membentak semakin kasar. Api kehitaman di tangannya perlahan memudar.Ctang!Kepala Asoka kejatuhan sesuatu dan benjol di bagian belakang.
Read more
Sebelas Siluman
Asoka bingung bukan main. Bingkisan apa? Selama ini dia hanya membawa barang-barang yang hanya dibungkus dengan kain lebar. Tidak ada bingkisan di sana. Dia tidak ingat apapun kecuali pertarungan dan pertarungan.Tiga kali pertanyaan dicecar, Asoka tetap menjawab dengan gelengan kepala.“Bingkisan apa, Paman? Tolong jelaskan padaku!” Pinta Asoka yang wajahnya ikut ragu.“Langkir Pamanang...”Setelah menyebut nama itu, Asoka baru ingat jika Ki Langkir Pamanang menitipkan satu bingkisan kecil yang hanya boleh digunakan ketika keadaan sedang sangat darurat. Bingkisan itu dia letakkan di celana bagian kiri.Asoka coba meraba celananya, tapi naas, bingkisan itu sudah tidak ada lagi di saku Asoka. “Ada apa dengan bingkisan itu, Paman?” tanya Asoka gelagapan, dia tidak tahu di mana jatuhnya bingkisan yang diberikan Ki Langkir Pamanang.“Waktumu sepuluh menit sebelum Barok dan Fahma mati bersamaan karena ber
Read more
Limbung
Cakar macan putih mengakibatkan Asoka limbung, pemuda itu bersandar di dekat pohon arsit agak jauh dari bingkisan kebiruan itu. Gatra berhasil mengambil bingkisan misterius milik Ki Langkir, tapi dia melemparnya ke arah Asoka, membuat belasan siluman di sana marah besar.Dipimpin siluman salamander merah, mereka membuat bulatan guna mengepung Asoka, tatapan mereka sangat lapar.Bingkisan biru kecil milik Ki Langkir sudah berada di tangannya, tapi bagaimana cara untuk melawan belasan siluman ini?Asoka sangat bingung. Dia ingin marah pada Gatra, tapi tidak bisa. Gatra sudah membantunya mengambil bingkisan itu. Tapi karena pengambilan tadi, belasan siluman jadi makin marah dan siap menerkam Asoka dengan seluruh senjata mereka.“Guru, apa ini sudah masuk dalam kategori terdesak?” tanya pemuda berkuncir.“Belum... kau haris mati dulu baru bisa disebut terdesak.” Gatra menjawab apa adanya, dia lantas tertawa dan pergi meninggalka
Read more
Merpati Percik Api
“Akhirnya Kakang sadar, seharian penuh aku menunggui Kakang Soka ... aku sungguh bahagia. Kakang tidak tahu aku menangis seorang diri, semua murid padepokan melihatku, tapi aku tidak peduli.” Terdengar suara teriakan yang membuat Asoka membuka mata.Murid-murid padepokan Ajisaka sudah berkumpul melingkar di tengah aula padepokan.Barok, Raden Kusuma, dan Fahma duduk tepat di samping Asoka, mata gadis itu berkaca-kaca. Dia sangat senang kakaknya bisa siuman.“A-apa yang terjadi? Kenapa punggungku begitu sakit? Argh...” Asoka mendesis pelan.Dia tidak bisa duduk normal. Berulang kali dia bertanya pada Barok dan Raden Kusuma tentang apa yang terjadi, tapi mereka tidak tahu apa-apa.Efek racun itu tidak hanya melukai bagian dalam tubuh Asoka, melainkan juga berimbas pada ingatannya.“Jangan banyak bergerak dulu, Soka!” Raden Kusuma menjulurkan tangan lalu menahan tubuh Asoka agar pemuda itu tidak memaksakan di
Read more
Dosa Besar
Raden Kusuma menceritakan bahwa dulu sebelum terjadinya perang besar antara Nusantara melawan Serikat Zhang Ze, ada seorang peternak merpati yang disegani di seluruh dunia karena kepiawaiannya meracik pakan dan memadukan antara satu jenis dengan jenis lain.Waktu itu Nusantara sedang membutuhkan merpati tangguh khusus mengirim pesan untuk telik sandi yang sedang menjalankan tugas di negeri seberang.Bertepatan juga sang peternak merpati sedang singgah di Nusantara untuk sekedar temu sapa dengan rekan perdangannya, juga mengunjungi beberapa hutan siluman yang mana di dalamnya terdapat tanaman langka seperti serbuk anggrek ungu dan matahari merah.Memang kesannya jahat, tapi Nusantara tidak punya jalan lain untuk mencuri resep pakan dan persilangan merpati si peternak.Kastil Menara Cakra dipenuhi beberapa petinggi Ikatan Pendekar Nusantara, termasuk Ki Seno, Pangeran Kamandanu, dan Yung Chen yang kala itu masih berusia dua puluh tahunan.Mereka semu
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
31
DMCA.com Protection Status