All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 191 - Chapter 200
310 Chapters
Tujuh Pola Serangan
Malik dan empat anak buahnya tahu jika tingkat kependekaran Kusuma lebih tinggi dari tingkat kependekaran mereka. Tapi anehnya, mereka tetap nekat menyerang karena yakin akan menang jika bertarung lima lawan satu. “Sungguh keputusan bodoh! Bahkan sepuluh pendekar kahyangan awal tidak bisa mengalahkan seorang pendekar tingkat naga!” Kusuma membatin, dia siap melontarkan semburan api. “Awas dia dari atas!” Malik menghentak tanah dengan kaki kanan, dia menerbangkan empat anak buahnya ke empat arah berbeda. Mereka memulai serangan pertama dengan Malik menjadi pusat formasi. - Sirkel Ranjau Abang -Formasinya sangat apik, Kusuma sampai dibuat tertegun. Padahal, lima tahun lalu formasi tersebut masih belum sempurna dan sangat kacau. Hanya butuh waktu lima tahun, Malik dan empat anak buahnya berhasil menyempurnakan formasi yang menggunakan elemen api amplifi empat itu. Kelimanya maju bersamaan dari segala sisi, mengincar tengkuk, l
Read more
Tidak Ada Yang Menyerah
Beberapa menit berlalu.Enam orang di depan aula padepokan terus beradu kesaktian, lima orang pendekar kahyangan awal, melawan satu orang pendekar naga. Ledakan demi ledakan terjadi, beberapa siluman yang tadi sempat terlihat mengintip dari kejauhan, mendadak hilang karena begitu dahsyatnya efek samping pertarungan mereka.“Teknik Tengkorak Merah - Api Jayandaru!”Malik beserta empat anggota sekte yang lain menyemburkan api kuning dari mulut mereka. Semburan api itu sedikit berbeda karena mereka membubuhkan jarum-jarum kecil yang ditembakkan di sela-sela menyemburkan api.Kusuma menghentakkan kakinya ke tanah dan membuat tameng untuk berlindung dari serangan api tengkorak merah. “Perisai Batangkup! Keluarlah, iblis api Kaja!”Sosok burung elang membawa pecut listrik keluar dari punggung Kusuma, pria itu berteriak keras menahan sakit. Satu pecutan Kaja menimbulkan gelombang energi raksasa. Beberapa atap gubu
Read more
Amukan Sang Iblis
Pertarungan berlangsung sengit. Ledakan demi ledakan terjadi. Tidak ada yang mau mengalah. Mereka sama-sama hampir kehabisan tenaga, itu terlihat dari nafas mereka yang mulai tidak beraturan hingga beberapa pendarahan di bagian hidung dan mulut.Hingga Asoka sampai di sebuah pohon beringin agak jauh dari padepokan, pertarungan masih terus membara. Pemuda itu menyuruh Fahma menutup matanya agar tidak terkena hawa akibat pertarungan enam orang sakti di sana.Sembari mengawasi Fahma, pemuda berkuncir mulai mengatur nafasnya pelan agar energi alam dalam tubuhnya bisa menjadi anti-racun untuk hawa ini. Dia juga minta tolong ke Gatra agar membentuk perisai energi guna melindungi Fahma.Blar! Blar! Blar!Ledakan kembali terjadi di tiga titik berbeda. Gempa kecil terasa di tanah pijakan Asoka. Fahma menangis dan secepat kilat Asoka membungkam mulut gadis kecil itu."Tahan, Fahma ... jangan teriak dulu, bisa-bisa
Read more
Energiku Hampir Habis!
“Jangan kabur, Kisanak! Guru Kusuma tidak mengizinkan kau pergi dari hutan ini!”Tiga orang pendekar mengejar Asoka yang menggunakan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Meskipun begitu, ketiganya bergerak lebih cepat karena tenaga yang masih penuh. Sedangkan Asoka, semakin lama, larinya semakin pelan.Fahma sadar kalau Asoka sudah sangat kelelahan. Dia masih menggantungkan tangan di leher pemuda berkuncir. Sempat ingin minta diturunkan agar tidak memberatkan beban Asoka, dia akhirnya sadar, turun dan berlari malah lebih merepotkan Asoka.Lebih baik gadis itu tetap berada di gendongan Asoka agar pemuda berkuncir bisa memastikan keamanan adiknya sendiri.Gatra yang dimintai tolong untuk memberikan energinya, tidak bergeming sedikitpun. Dia tahu kalau Kusuma adalah sosok pendekar bertopeng. Oleh sebab itulah, Gatra membiarkan Asoka tertangkap agar dibawa menuju padepokan.“Dia pasti tahu, tidak mungkin tidak. Tapi aneh, kalaupun t
Read more
Itu Jurusku, Bodoh!
Barok dan dua rekannya merasakan aliran energi aneh dari dalam air terjun. Ada getaran yang timbul dari bebatuan. Pepohonan mulai menggugurkan daunnya. Perhatian mereka teralihkan oleh efek samping energi alam raksasa yang terhisap ke dalam tubuh Asoka.Merasa ada yang aneh dengan musuh, Barok segera memperingatkan pendekar keriting, tapi sepertinya terlambat. Asoka lebih dulu bergerak menggunakan Ajian Sepuh Angin.“Banu, awas!” Teriak dua kawan pendekar keriting yang melihat Asoka tiba-tiba berada di belakangnya.Pukulan telak di leher belakang membuat lelaki bernama Banu itu pingsan seketika.“Tidak perlu emosi. Dia hanya pingsan sekian menit. Aliran darahnya aku hentikan beberapa saat, dia terlalu menyusahkan kalau dibiarkan sadar.” Asoka mulai berlagak sombong.Tapi tak apa, Gatra bisa memaklumi. Tidak selamanya sombong berarti buruk. Bahkan, terkadang sombong itu perlu dilakukan untuk menakuti dan membuat gentar lawan,
Read more
Retak
Dulu di Perguruan Kabut Butana, pukulan ini menjadi satu jurus andalan murid-murid perguruan. Hampir setiap hari mereka melatih pukulan ini. Salah satu syarat agar bisa naik tingkat ke sabuk merah, adalah berhasil menjebol batang pohon beringin tebal hanya dengan satu kali pukul.Sementara mereka yang sudah mengantongi sabuk merah, harus berhasil meretakkan perisai energi perguruan jika ingin naik tingkat jadi pendekar sabuk putih, lantas menjadi murid senior yang diberi izin melatih murid-murid lain.Selain memiliki daya hancur hebat, teknik pemecah air bisa digunakan untuk menghentikan aliran darah musuh.Orang-orang setingkat Asoka dan Bayu masih belum menguasai Totok Pemecah Air, mereka belum bisa menstabilkan energi ke seluruh tubuh.Jika Pukulan Pemecah Air mengalirkan energi ke seluruh lengan yang dipusatkan ke telapak kanan, Totok Pemecah Air jauh lebih sulit. Penggunanya harus bisa mengalirkan energi ke ujung jari telunjuk hingga batas maksimal,
Read more
Kemunculan Mata Dewa
Krak!Rintihan terdengar lirih bersahutan dengan suara tawa penuh kemenangan. Pukulan kanuragan Barok mengincar bagian luar tubuh, tepat di tulang rusuk bagian kanan. Barok tidak memberi kesempatan Asoka untuk mengeluarkan api biru penyembuhan.“Jangan membangkitkan amarah murid padepokan! Aku tidak peduli siapa dirimu, Guru sudah memberi titah. Perburuan ini harus berhasil!” Barok mengerang, dia memaksa tubuhnya melampaui batas kemampuannya.Asoka kewalahan karena Barok tidak mau menghentikan serangan, dia terus berusaha menghindari hujaman vertikal Barok, sesekali dia menghindar, tidak jarang pula menggulingkan tubuh di tanah.Sambil memegangi pinggul kanannya yang sakit, pemuda berkuncir terus bergerak. “Fahma ... lepaskan selendangmu, ini sudah termasuk kategori darurat!”Melihat Asoka kesakitan, Fahma langsung menangis. Tiba-tiba keluar cahaya hijau dari matanya yang tertutup selendang Asoka.Barok yang diselimut
Read more
Sergapan Dari Timur
Sebelum tubuh Fahma mengkerut, matanya kembali memancarkan cahaya hijau pekat. Asoka tidak peduli dengan keadaan, dia tetap duduk memangku Fahma walau cahaya itu menebas tubuhnya berulang kali.Tapi kali ini sedikit berbeda. Cahaya yang terpancar tidak melukai siapapun, hanya ada percikan api yang tersebar di sekitaran Hutan Babel. Dari seluruh penjuru, terdengar derap kaki gerombolan binatang buas.Asoka coba memastikan hal ini pada Gatra, tapi sang gagak tetap hening tidak menjawab.“Tidak, ini bukan binatang buas,” ujar Gatra yang sadar jika getarannya aneh. “Terasa gelombang energi aneh, binatang buas tidak mungkin memancarkan gelombang seperti ini.”“Jangan katakan ini adalah efek samping cahaya hijau mata Fahma...” Asoka coba menebak, dia masih meyakini ucapan Ki Langkir bahwa kekuatan mata Fahma bisa menarik perhatian siluman-siluman hutan.Gino belum kunjung bangun dari pingsannya. Bono juga masih merinti
Read more
Dendam Alamiah
Teriakan kematian keluar, sekujur tubuh Asoka memancarkan gelombang energi yang sangat dahsyat.“Jangan ada yang mengganggu ketenangan adikku!”Haki raja milik Asoka menggempur para siluman hingga mengakibatkan gempa berkekuatan tinggi di sekitar Hutan Babel, banyak pohon tumbang dan daun-daunnya tercabik hebat menjadi serpihan kecil.Dedemit dan siluman yang awalnya tertarik dengan cahaya hijau dari mata kiri Fahma, mendadak terpental jauh. Ada yang menghancurkan bebatuan goa, ada pula yang mati karena tidak kuat menahan gelombang energi yang terpancar.“Asoka masih belum sadar. Setiap kali dia marah, menanggung dendam, atau ingin membalas perbuatan musuh, teriakan itu pasti muncul. Begitu juga dengan haki rajanya. Dia masih belum bisa mengendalikan dua kekuatan dahsyat itu,” batin Gatra pelan.Sebagai antisipasi jikalau Asoka gagal mengendalikan pikirannya saat memendam amarah, Gatra cepat-cepat masuk, mengontrol Asoka dar
Read more
Padepokan Ajisaka
Tragedi besar Perguruan Api Abadi tidak mungkin bisa dilupakan oleh murid-murid perguruan, utamanya Banitura dan beberapa murid lencana giok yang turut hadir membantu para tetua.Semenjak itu, Abah Suradira tidak lagi membuka Asrama Api Naga kecuali ada hal darurat yang tidak bisa diselesaikan kecuali dengan membuka asrama terlarang itu.“Sudah, lupakan saja, tragedi itu hanya membangkitkan trauma mendalam di benak murid-murid perguruan. Ada baiknya kau mempercepat jalanmu menuju padepokan. Lihatlah Fahma, dia sangat lemah. Kau harus bergegas sebelum kondisi gadis itu makin parah.”Ucapan Gatra ada benarnya. Asoka tidak boleh larut dalam alur mengerikan yang pernah terjadi beberapa bulan silam. Tapi baru berjalan beberapa langkah, pemuda berkuncir menyadari suatu hal.Tulang lengan kanan Fahma kembali menyusut. Asoka memegangnya, yang tersisa hanya tulang tanpa daging. Pori-pori gadis itu mengeluarkan lendir hijau bercahaya.“Kena
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
31
DMCA.com Protection Status