All Chapters of Cinta Si Mantan Sugar Baby: Chapter 31 - Chapter 40
113 Chapters
BAB 31| Kembali Merasakan Ketakutan
Aku memandang setumpuk jurnal di hadapanku dengan hembusan napas berat, kepalaku rasanya pusing, pandanganku mulai berkunang-kunang. Aku menghela napas, "Kapan tugas ini akan selesai," ucapku pelan pada diriku.Sedang di sampingku, Diva tertidur dengan santainya seolah setumpuk jurnal yang ada di hadapannya tidaklah penting. Aku sudah menegurnya berulang kali, namun ia selalu menjawab dengan polosnya, "Alice ... aku sedang mengantuk, percuma saja jika aku mengerjakannya aku juga tidak akan paham, jadi biarkan aku tidur, mengerti?"Dan aku hanya bisa mengangguk membiarkan matanya terpejam. Aku menatap sekeliling, semua mahasiswa sedang terfokus pada tugas menyelesaikan kasus yang dosen berikan. Bisa dikatakan kasusnya tidaklah sulit, bisa dijawab dengan mudah, tetapi ... dosen meminta penyelesaian harus mengutip beberapa jurnal. Dan itu yang sulit, mencari jurnal yang sesuai dengan isi kasus, memahami setiap isinya sungguh membutuhkan waktu yang cukup lama.Dan ...
Read more
BAB 32| Berada di Posisi Sulit Karenaku
Begitu aku tiba di depan Apartemennya, tanganku segera membuka kunci Apartemen Naka dengan pin yang sudah diberitahunya terlebih dahulu.Tanganku dengan cepat menutup indra penciumanku begitu bau-bau khas minuman alkohol memenuhi isi ruangan. Segera aku mendatangi Naka yang sedang duduk terkulai lemas di bawah sofa."Ada apa, Naka? Apa yang terjadi?" teriakku khawatir melihat Naka duduk dengan tidak berdaya. Kondisinya begitu buruk hingga aku tidak bisa berkata-kata melihatnya.Aku segera duduk di sampingnya dan berbisik dengan suara rendah, "Naka ... apa yang terjadi? Katakanlah, aku bisa menjadi pendengar baik untukmu ...."Naka masih diam membisu, tatapannya rendah seolah ia sedang letih dengan segalanya.Aku kembali berucap dengan suara rendah, "Naka ... apa yang terjadi, aku akan mendengarkan setiap kelih kesahmu. Ayo, katakanlah!"Pemuda ini menoleh menatapku dengan mata yang lelah, aku mendekatinya dan segera memberikan pelukan hangat untuknya. "Sud
Read more
BAB 33| Menggemaskan
Paginya, aku dan Naka berangkat bersama menuju kampus. Begitu tiba di pelataran kampus, aku dan Naka berjalan beriringan menuju kelas. Wajah Naka sudah kembali ceria seperti semula, melihat itu hatiku merasa senang. Aku berharap semoganasalah yang menghantam hubungan kami segera berakhir."Alice ... mengapa kamu terlihat sangat cantik, hm?"Aku menatapnya dengan kekehan singkat di bibirku, "Kenapa memangnya, kamu lebih suka kalau tampilanku jelek, hah?" wajahku sedikit songon ketika berkata seperti itu.Naka hanya terkekeh sebagai responnya. Ia menatap ponselnya sebentar lalu berkata, "Tidak, aku menyukaimu bagaimana pun tampilan kamu, sayang!"Aku memutarkan bola mataku, "Sudah, jangan menipuku! Kamu menyukaiku karena tampilanku terlihat menarik, bukan?"Naka memegang ujung tanganku dengan cepat, "Astaga, kamu salah paham, sayang maksudku bukan seperti itu.""Lalu apa?!"Naka menggaruk batang lehernya dengan mata terpejam, kemudian ia b
Read more
BAB 34| Masih Saja Kesal
Aku menutup mulutku menyembunyikan tawaku melihat tingkah Naka, pemuda itu masih saja berusaha agar bisa bertukar anggota kelompok belajar. Aku berseru dengan wajah yang masih tertawa, "Sudahlah, Naka apa masalahnya jika kita tidak satu kelompok?"Naka mengusap wajahnya, ia menjawabku dengan nada kesal, "Tentu saja itu masalah besar, kamu gadis sendiri di sana, Alice!"Aku memutar bola mataku, "Sudahlah, jangan membuat keributan, aku tidak apa-apa, kok! Dan, aku yakin tidak akan ada yang berani menakaliku, mengerti."Naka menjawab dengan lemah, "Sudahlah, kamu tidak akan mengerti perasaanku, kamu akan menganggap jika tingkahku saat ini berlebihan, padahal aku sedang mengkhawatirkanmu!"Aku memejamkan mataku dan berucap, "Ya, ya aku mengerti apa yang kamu khawatirkan, tetapi Naka ... kamu percaya padaku, bukan? Aku bisa menjaga diriku sendiri.""Terserah padamu saja, aku malas berdebat dan menjadi tontonan semua orang!"*****Naka tidak m
Read more
BAB 35| Sakit
Pagi telah tiba, aku membuka mataku dan segera bersiap-siap untuk kuliah mengingat tugas kuliah yang diberikan dosen pada kelompok belajarku.Aku menatap langit-langit kamar lalu menghembuskan napas hingga dadaku terasa nyaman. Segera aku bangkit dari temlat tidur dan langsung membasahi tubuhku dengan air mengalir dari shower. Aku memejamkan mataku menikmati air dingin yang mengalir dengan deras, "Apa Naka sudah pulang? Aku belum mendengar suaranya ...."Aku menggelengkan kepalaku, tidak ... Naka pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Walau rasanya sakit saat ia tidak menepati janjinya untuk pulang secepatnya, aku tidak apa. Asal ... Naka baik-baik saja, itu lebih dari cukup.Aku menuangkan sabun liquid, harum mawar menyebar ke seluruh ruangan membuat denyumku merekah. Aku kembali berbisik pelan, "Naka pasti baik-baik saja, dia pemuda yang luar biasa."Begitu tubuhku terasa bersih, aku mematikan air. Ujung tanganku mendatangi kain berwarna putih untuk men
Read more
BAB 36| Beracun
Selepas Naka menelan pil, matanya sudah terpejam. Aku menghembuskan napas berat, tugas yang diberikan dosen pada kelompok belajarku tidak bisa aku tinggalkan, aku tetap harus datang ke kampus atau ... anggota satu kelompokku akan menanggung semuanya Aku tidak bisa egois seperti itu, bukan? Oleh karena itu, aku berjalan keluar kamar Naka dan membawa tas yang sudah aku siapkan sebelumnya. Aku juga tidak bisa meninggalkan Naka seorang diri dengan kondisinya yang sedang sakit, tetapi bagaimana anggota satu kelompokku?Aku tidak tahu harus mengutamakan yang mana, aku berdiri dan kakiku kembali menuju kamar Naka dan duduk di pinggiran sembari memandangnya sendu."Naka ... aku akan pergi ke kampus sebentar, jaga diri kamu, ya!"Tidak ada jawaban darinya, sepertinya Naka sudah terlelap. Aku mengangguk samar lalu berlalu meninggalkan Naka seorang diri.*****Aku turun dari motor Rio, "Terima kasih, Rio hati-hati di jalan, ya."Rio mengangguk pelan, "Baikla
Read more
BAB 37| Kebenaran yang Bukan Kebenaran
Dadaku naik turun menahan marah ketika melihat Naka menjauhiku dan membanting pintu kamarnya. Aku berteriak dengan suara tertahan, "Aku tidak ada apa-apa dengan Rio, aku tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya pulang bersama dengannya, apa itu menjadi masalah untukmu?""Dengar, aku bebas harus berinteraksi dengan siapa pun. Naka, tubuh ini milikku, kamu tidak berhak melarang semaumu!"Aku menghalus air mata yang mengalir di wajahku, berbicara dengan suara keras membuat tenggorokanku terasa nyeri.Aku mendatangi dapur kecil dan menegak air di sana. Aku mencoba menahan gejolak amarah di dalam hatiku, mencoba memahami bahwa Naka sedang mabuk saat ini. Naka tidak sadar untuk itulah ia bersikap berbeda seperti biasanya.Aku memejamkan mataku sesaat, tubuhku sejujurnya terasa sangat lelah. Aku membalikkan badanku dan mendapati Naka yang berada di belakangku, aku berkata dengan nada ketus, "Ada apa, kamu butuh sesuatu?"Naka menggeleng, matanya terlihat memerah
Read more
BAB 38| Pemerkosaan
Aku memejamkan mataku begitu telapak tangannya yang lembut mendarat di wajahku dengan keras, rasanya sangat perih dan menyakitkan. Ujung tanganku memegangi wajahku berharap rasa perih itu segera lenyap dari permukaan wajahku."Katakan kalau kamu sedang berbohong, Alice! Katakan!" teriak Naka membuatku sedikit ketakutan. Aku menguatkan hatiku, mencoba untuk tidak takut dengan nada tinggi yang ia katakan padaku."Kamu membahas tentang kebenaran, bukan? Jadi ... inilah kebenarannya, Naka." Ucapku lalu berlalu membiarkan Naka sendiri.Naka mencengkal lengan bawahku dengan kasar, aku merasakan jika lenganku sedikit perih. "Lepaskan lenganku!" ucapku tanpa membalikkan badanku. Naka tak mengatakan apapun dan cekalan di tanganku mencengkram dengan kuat membuatku sedikit mendesis kesakitan, "Kamu menyakitiku, Naka!" "Tepat sekali, kamu juga menyakiti perasaanku, Alice! Kamu membohongiku selama ini, apa kamu tidak pernah menganggapku ada, hm?"Aku memili
Read more
BAB 39| Bimbang
Setelah kalimat dengan nada letih itu, Naka meninggalkanku seorang diri di kamarnya. Mataku langsung terpejam, energiku bagai disedot abis. Dan aku tidak sadarkan diri hingga larut malam.Begitu pagi tiba, mataku terbuka. Badanku diselimuti oleh kain saja, melihat itu ujung mataku meneteskan air mata. Kejadian kemarin masih terbayang-bayang, aku masih tidak bisa percaya bahwa Naka bersikap begitu kejam.Dimana Naka yang selalu bersikap manis, yang selalu berbicara dengan lembut. Menampilkan senyuman hangatnya padaku sepanjang hari. Naka yang sekarang, dia terasa sangat berbeda dan terasa asing untukku. Aku memejamkan mataku, kepalaku terasa pusing. Begitu aku membuka mataku, pandangan di sekelilingku kabur. Rasanya begitu sulit untuk memfokuskan pandangan.Aku memegangi dahiku, "Kepalaku terasa pusing ... badanku terasa lemas ...."Aku mencoba berdiri sambil memegang ujung ranjang. Aku kembali berbisik pelan, "Aku harus ke kampus sekarang, atau kelompok
Read more
BAB 40| Terasa Berbeda
Aku sedang duduk bersama anggota kelompok belajarku, Rio ada di sampingku. Sangat sering pemuda itu membuka percakapan agar aku berbicara, namun aku memilih diam tak menanggapi Rio.Rio berbisik di telingaku, bibirnya terasa dekat di leherku membuat tubuhku merinding.“Apa kamu sedang bertengkar dengan Naka, Alice? Mau minum kopi bersamaku agar pikiranmu tidak tertuju padanya, kamu mau, hm?”Aku bergeser menjauhinya, ujung tanganku segera mengusap leherku. Masih terasa napasnya di batang leherku, “Maaf, tapi jarakmu terlalu dekat … aku tidak nyaman, maaf ….”Rio terlihat menggaruk batang hidungnya, pemuda itu terkekeh pelan lalu kembali berbisik di telingaku, “Ada apa, Alice? Apa kamu lebih menyukai jika Naka yang melakukannya, hm?”Aku memilih diam enggan menanggapi ucapan Rio yang membuatku tidak nyaman. Rio memegang ujung tanganku membuatku menatapnya, ada rasa takut di hatiku saat Rio terkekeh p
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status