Semua Bab Bulu Perindu: Bab 51 - Bab 60
112 Bab
Tes Khasiat
“Lu kenapa nggak mau nerima? Ini kan punya Lu?” tanya David. Tak ada lagi tawa di wajah Andra. Ia seperti menunjukkan kekesalan yang ia pendam selama ini pada David.“Kalo tu barang bikin hidup gue ribet kaya Lu sekarang, ya mending Lu pegang aja deh,” sahut Andra.“Wah, kacau ni anak! Gue buang aja kali ya?”“Udah gue bilang, kalo Lu udah siap kehilangan Adelia dan Anjani ya nggak apa. Pertanyaan gue, Lu siap nggak? Nggak kan? Enak kan direbutin dua cewek?” tandas Andra lagi. Ia memang memandang jalanan di depan dan kadang toko-toko yang berjajar di kanan dan kiri. Tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya tak ayal seperti ribuan jarum yang menusuk-nusuk hati.“Maksud Lu ini risikonya nyimpen Bulu Perindu?”“Iya dong, Lu bisa dapetin dua cewek atau lebih. Tapi risikonya hidup Lu bakal ribet! Apa lagi salah satunya udah Lu nikahin. Gue sih beruntung barang itu lepas dari gue.” A
Baca selengkapnya
Martabak Dari Rangga
Mobil sedan mewah yang dikendarai Rangga meluncur membelah jalan raya yang terik. Orang-orang yang dilewati biasanya akan berdecak kagum dengan tampilan mobil yang gagah dan sporty. Namun tidak dengan David. Ia fokus terus mengikuti mobil bercat hitam metalik itu. Meski memiliki spesifikasi mesin yang jauh berbeda, David tak mau ketinggalan jauh. Andra sampai berpegangan erat pada pegangan di atas jendela mobil.“Lah, ini bukannya jalan ke arah rumah Lu?” tanya Andra heran.“Iya, ngapain tu anak kemari?”David segera memberi jarak yang ia pikir tak mencurigakan. Mobil Rangga menyala lampu signnya, ia menepi. David dan Andra terus memperhatikan dari kejauhan. Seorang ojek online terlihat mendatangi mobil Rangga. Beberapa saat mereka tampak berbincang. Rangga menyerahkan sebuah kantung plastik kepada ojek tersebut.David mengkuti lagi mobil Rangga dan ojek online berjaket hijau itu. Mereka berdua benar-benar menuju
Baca selengkapnya
Mengembalikan Bulu Perindu
“Maafin aku, Del. Aku sempet tadi curiga kamu masih ada hubungan sama Rangga,” ujar David sambil tertunduk. Separuh emosinya sudah menguap setelah meninju dinding tadi.“Iya, Sayang ... aku justru curiga Papa lagi ngerencanain sesuatu sama Rangga,” ucap Adelia. Ia tepuk pundak suaminya mencoba menghabiskan emosi negatif yang tadi meledak-ledak.“Belum bisa dibilang gitu sih. Soalnya aku nggak tau pasti Papa dan Rangga emang ketemuan atau cuma nggak sengaja ketemu di sana.” David mencoba meredam kecurigaan istrinya. Ia tak ingin Adelia menjadi tak akur dengan papanya.“Kayanya aku harus tanya Mama deh.” Adelia menatap mata suaminya yang kini telah kembali seperti semula. “Soal ini biar aku yang urus. Aku sih yakin ada apa-apa dengan Mama dan Papa,” ujar Adelia. Ia lalu masuk meninggalkan David yang masih terus memandang dataran rendah di hadapannya.David teringat kembali kata-kata mertuanya. Jika
Baca selengkapnya
Dimata-matai Mantan
David dan Andra saling pandang. Tak ada kata yang terucap dari bibir mereka berdua. David bergidik, seketika daerah sekitar tengkuk dan belakang kepala menghangat. Andra menaikkan wajahnya, mencoba bertanya ada apa namun tanpa suara. David menaikkan pundaknya.“Gue jadi merinding, Ndra,” ujar David sambil memperhatikan sekeliling.“Jangan-jangan....” Andra mengikuti gerakan David mengitari seluruh bagian ruang tamu dengan matanya.“Apaan?”“Itu bulu nggak mau dibalikin ke gue!” seru Andra.“Ah, ada-ada aja Lu!”David yang penakut terus saja memperhatikan seluruh area ruang tamu. Area jendela yang berbatasan dengan halaman samping yang gelap. Bahkan tirai yang bergerak membuatnya waspada. Ia meletakkan kertas kosong itu di atas meja. Di sisi cangkir kopi yang baru seteguk ia minum.“Bapak-bapak....!”“Astagfirullah....” teriak Andra dan David ser
Baca selengkapnya
Rencana Pak Ruslan
Pak Ruslan menyalakan rokoknya. Ia baru saja memesan makanan dan minuman. Waktu di jam tangannya menunjukkan pukul 14:47. Lelaki muda yang ia tunggu sudah memberikan kabar akan segera tiba via pesan singkat. Setelah pertemuan yang tak sengaja di ATM tempo hari, ia jadi menyimpan nomor mantan tunangan putrinya itu. Sesuatu yang hampir tak pernah ia lakukan. Bahkan nomor menantunya sendiri tak ia simpan.Seorang lelaki tampan dan berpakaian rapi muncul di pintu rumah makan. Ia melambaikan tangan pada Pak Ruslan yang membalasnya dengan senyum merekah. Rangga memesan makanan pada seorang pekerja dan berjalan ke arah Pak Ruslan.“Sehat, Om?” sapa Rangga sambil menyalami pria yang hampir menjadi mertuanya itu.“Sehat, Ngga. Kamu sehat? Orang tuamu sehat semua?” tanya Pak Ruslan.“Alhamdulillah, semua sehat, Om. Tante sehat, Om?” Rangga duduk di hadapan Pak Ruslan.“Ya, begitulah, Ngga. Sebelum Adelia menikah, ia
Baca selengkapnya
Kedatangan Papa Mama
Pukul enam belas tiga puluh enam menit, terdengar suara pintu mobil ditutup. Adelia segera bangkit dan melongokkan kepala. Pandangannya menembus jendela kaca ruang tamu.“Itu Mama, Vid! Lho, Papa juga ikut,” seru Adelia. Ia segera berlari hendak membukakan pintu untuk orang tuanya.“Del!” teriak David.“Apa?” Adelia sedikit menoleh ke arah suaminya.“Inget, kamu lagi hamil. Jangan lari begitu!” tegur David sambil bangkit dari duduknya. Adelia meringis dan menepuk dahinya sendiri. Lalu berjalan pelan membuka pintu.“Assalamualaikum....” seru Pak Ruslan dan Bu Ratri kompak. Senyum kedua orang tua Adelia ini mengembang begitu lebar.“Walaikumsalam....” senyum Adelia tak kalah lebar. Ia berusaha membusungkan perutnya semaksimal mungkin. Lalu berjalan pelan menyambut orang tuanya. David lalu muncul dan merangkul istrinya. Bu Ratri begitu bahagia melihat pasangan suami istri i
Baca selengkapnya
Terjebak
“Kamu ini kenapa nggak langsung dibuang sih?” gerutu David.“Maaf, Sayang ... kalo malem aku takut lama-lama di kamar mandi,” sahut Adelia muram.Mereka berdua lalu kembali ke halaman belakang selepas mengunci pagar dan pintu utama. Wajah mereka segera berganti mode menjadi ceria setelah tadi sempat tegang dan kesal.“Oh iya, Vid. Papa ada join usaha sama teman, customer Papa sih sebenarnya. Kami bikin rumah makan baru. Semacam kafe kekinian gitu. Nah, hari ini grand opening. Kita dateng yuk?” ajak Pak Ruslan.“Wah, boleh juga, Pa. Kebetulan aku mau join juga sama teman, mau buka kedai kopi gitu. Mungkin bisa aku tanya-tanya nanti ke temen Papa,” sahut David antusias. Adelia menatap David dengan tatapan penuh tanya. Suaminya belum cerita apa pun perihal ini.“Abis isya kita berangkat ya?”“Siap!”Adelia mengerlingkan mata pada suaminya. Ia tersen
Baca selengkapnya
Kepercayaan
David dan Adelia sampai di tempatnya tadi. Pak Ruslan dan Bu Ratri memandang kedatangan mereka dengan tatapan penuh tanya. David melihat Papa Mertuanya dengan penuh curiga. Memang benar tadi yang dilihatnya. Pak Ruslan baru saja kembali, tampak dari napasnya yang belum teratur.“Gimana, Vid? Del?” tanya Bu Ratri. Raut wajahnya penuh kecemasan.“Ya nggak gimana-gimana, Ma. Cuma diminta sampel urin aja. Hasilnya nanti di kasih tau katanya,” jelas Adelia. Ia lalu duduk di kursinya semula, begitu juga David.“Papa udah bicara sama si Don, kalo begini caranya pengunjung pasti bubar, tuh lihat! Tadi padahal rame banget,” gerutu Pak Ruslan.David dan Adelia hanya saling pandang. Kata-kata Pak Ruslan sudah mereka prediksi sebelumnya. Dalam hati pasangan suami istri ini sungguh tak tenang, apalagi Adelia. Ia memang duduk dan bergelayutan pada suaminya, namun benaknya sangat takut apabila benar Papanya dalang dibalik peristiwa in
Baca selengkapnya
Eksekusi
“Vid, masih di sekolah?” tanya Adelia lewat sambungan telepon. Sudah pukul tiga sore dan suaminya belum pulang. Kegiatan belajar mengajar seharusnya sudah selesai sejam lalu.“Ini baru jalan dari sekolah, Del. Tadi ada murid yang kena cairan asam, jadi aku antar dulu ke puskesmas terdekat. Sorry nggak ngabarin,” jawab David sambil menjepit gawai diantara telinga dan pundak kirinya.David tak pernah menghitung sudah berapa kali ia berbohong pada Adelia demi bertemu sekedar berkomunikasi dengan gadis yang tengah sibuk di belakangnya ini. Janjinya untuk membantu Anjani menyulap rumah peninggalan orang tuanya menjadi kedai kopi harus terlaksana. Ia pun rela menginvestasikan tabungan yang rencananya akan dijadikan uang muka membeli rumah pada usaha yang akan Anjani kembangkan.Sudah satu jam ia berada di sini. Di sisi gadis yang hari ini terlihat tak memiliki perasaan lebih padanya. Pipi gadis berkacamata ini tak lagi merona saat Davi
Baca selengkapnya
Eksekusi II
Adelia menuruti perintah Papanya untuk segera duduk. Wajah pria tempatnya dulu bermanja itu begitu dingin tanpa senyuman. Digenggamannya terdapat gawai enam inci yang ia usap-usap layarnya. Adelia menunggu dengan sabar dan penuh kekhawatiran kata-kata yang akan keluar dari mulut pria itu.“Papa sudah pesan makan? Atau minum?” Adelia mencoba mencairkan suasana.“Nanti saja, ada yang ingin Papa tanyakan sama kamu,” ujar Pak Ruslan datar. Ia lalu meletakkan gawainya di meja.Jantung Adelia seperti tak lagi kuat menerima denyut yang semakin cepat. Darahnya terpompa cepat membuat titik-titik keringat sudah muncul di dahinya. Bahkan telapak tangannya sudah basah sejak tadi. Ia ingin menawarkan atau berkata sesuatu untuk mengalihkan perhatian, namun lidahnya seolah tercekat di tenggorokan.“Kemarin Papa ketemu Rangga,” ujar Pak Ruslan.Adelia melipat keningnya. Netranya menatap aneh wajah Papanya dan telinganya berusaha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status