All Chapters of Tiba-Tiba Dimadu: Chapter 101 - Chapter 110
119 Chapters
kejutan
Minggu sore, setelah hujan selama empat jam mengguyur kota, aroma petrikor menguar di bawa angin membawa sejuta kenangan serta kesyahduan tersendiri di dalam kalbuku.Kuraba jendela kaca toko yang terasa dingin, jalanan mulai ramai lagi oleh motor yang berlalu lalang, sisa sisa daun yang rontok oleh guyuran hujan mengambang di genangan di depan tokoku seolah membawa suasana bahwa ini seperti musim musim gugur di luar sana. Ah, konyol tidak penting, aku kembali beralih ke belakang meja.Lima menit berikutnya bel pintu berdenting dan seorang pria masuk, ia mengucap salam sambil menginginkan senyum penuh hormat dan santun."Selamat sore, betul ini Mbak Jannah?""Iya, saya," jawabku."Mbak saya dari pihak Bank BNI, saya ingin memproses pengajuan kartu kredit dan investasi Mbak di Bank kami, jadi, untuk memberikan terbaik, saya datang sendiri ke tempat Mbak Jannah, untuk meminta data administrasi dari Mbak Jannah ya," ucapnya pelan."Oh, baik kalo begitu, silakan duduk, Pak.""Nama sa
Read more
debat kecil
Sesaat kami saling tertegun dan terdiam untuk beberapa detik, kulihat bibir Soraya bergetar, aku pun bimbang ingin menyapa dan terlihat bahwa kami saling mengenal. Bahkan sangat saling mengenal."Soraya disalami Jeng Jannah, dia sahabat Ibu lho," kata wanita itu sambil menyodorkan calon menantunya kepadaku.Kami Saling bersalaman dan saling tersenyum lalu melepaskan genggaman tangan kami sambil terus saling melirik dan memberi kode apa yang harus kami lakukan."Eh kok cuma salaman aja sih?""Nggak apa-apa Nyonya Zahrina, calon menantunya masih malu," potongku sambil melirik Soraya.Ajaib sekali karena aku bisa bertemu lagi dengannya, posisinya kali ini dia telah menjadi tunangan orang lain tentu aku sangat senang, Aku senang untuk kebahagiaan yang akan dia dapatkan."Aku merasa seolah ada chemistry diantara kalian," cetus IbundaWira perdana.Soraya seketika mendongak terkejut sambil membulatkan matanya, ia melirik kepadaku dan menatap dengan risih, ia menarik sudut bibir dengan lirik
Read more
di bank
"Kenapa kamu bersikeras buat mengantarku?"Tanyaku pada pemuda yang terus tersenyum-senyum sendiri sambil mengemudikan mobilku."Aku ingin saja.""Imbasnya, tunanganmu bisa marah," ujarku kesal."Biarlah," jawabnya singkat."Lho kenapa?" "Karena aku ingin dia bosan dan kesal, lalu pergi meninggalkanku," jawab pemuda itu."Ngawur kamu, kalo memang gak suka kenapa tunangan?""Orang tua kami sepupuan, jadi kami dijodohkan," jawabnya."Kalau kau tidak suka, kenapa setuju dijodohkan?" Ulangku lagi."Entahlah, aku hanya iseng saja mengisi kekosongan dan kegabutan," jawabnya cuek.Aku hanya membuang tatapan ke luar jendela, sambil menghela napas pelan, "Tapi wanita itu sungguh berharap ia akan bersamamu, Wira ...""Kalo aku tak ingin bersamanya? Apa mau dipaksakan?" "Kalo begitu tegaskan bahwa kau menolaknya agar dia tidak mengharapkan hubungan serius darimu." "Biarkan dia menyadari sendiri." Pemuda itu terus melanjutkan mengendarai mobil.Mobil meluncur membelah keramaian kota, sesampa
Read more
kesal dicurigai
"Kalian ada di sini juga?"Wanita itu memulai percakapan di antara pertemuan canggung kami."Iya, aku ada kerjaan di sini," jawabku."Dan kamu juga Wira?" kali ini wanita itu menatap seksama kepada tunangannya."Terus aku ngapain di sini ... Ya kerja dong, masak jual cilok," Jawa Wira melengos."Kita bisa bicara sebentar?" tanya Soraya kepada pemuda tampan bertinggi tubuh sekitar 167 cm itu."Silakan bicara di sini saja jika itu bukan hal yang pribadi karena aku harus berburu mengantar mbak Jannah menandatangani akademik investasi."Wanita itu terlihat meremas jemari dan menggigit bibir seperti biasa jika dia bingung."Kalau gitu aku tunggu pekerjaan kalian selesai saja," ujarnya sambil memundurkan diri."Kamu itu ngapain di sini?" selidik Wira."Eng ... Anu ... Enggak ngapa-ngapain ....""Terus di bank ini urusannya apa?"Kali ini dia semakin gelagapan dan tidak tahu harus menjawab apa, hanya terus memutar bola mata dengan ekspresi panik."Kupikir tadinya aku ingin ....""Menabung?"
Read more
investasi.
Beberapa hari berlalu setelah kejadian bertengkar dengan Soraya,[Kelihatannya kamu memang berinvestasi di waktu yang tepat, Mbak, buktinya, keuntungan perusahaan yang Mbak berikan suntikan dana mereka menanjak dan imbasnya akan bagus bagi para investor. ][Oh, Alhamdulillah kalo begitu Wira, aku sangat senang sekali, terima kasih juga buat kamu yang selalu memberikan update berita terbaru, jadi, aku yang tadinya awam masalah investasi, jadi mengerti ] balasku.[Itu memang kewajiban saya untuk mengedukasi para investor dan para pengusaha pemula agar dana mereka aman dan menguntungkan ][Aku kagum, karena kamu bukan hanya mengedepankan bisnis tapi juga profesional dalam memberikan ilmu dan pengalaman ][Wah, terima kasih, pujiannya Mbak. Btw, ada restoran China yang lezat lho, dekat toko Mbak, gimana kalo kita coba aja. ]Tuh, kan, modus lagi!Sikap baiknya dia gunakan untuk mengajakku makan siang, tapi apakah aku harus setuju pergi dengannya? Aku khawatir Soraya akan salah paham dan m
Read more
Soraya menangis
Hari demi hari berlalu kehidupanku berjalan normal dan lancar, bisnis juga berjalan lancar, hubunganku dengan banyak teman dan relasi dalam bisnis juga tidak pernah terganggu.Begitupun hubungan dengan keluarga mantan suami, mantan mertua dan orang-orang yang berada di sekitarku semuanya baik-baik saja.selain dari sikap dan gerakan seorang Wira yang selalu berusaha menjadi sosok teman yang perhatian dan selalu ada disaat aku sendirian.Aku tidak bisa menolak kebaikan atau niat baiknya untuk menjadi seorang teman. namun cukup sampai disitu saja aku tidak ingin membuat hubungan kami naik ke level yang lebih dekat dari itu."Mbak Jannah kau senang berteman denganku?" Banyaknya suatu hari ketika ia hendak mengantarku pulang. bulan hari itu aku berpapasan dengannya di depan pertokoan sehingga ia menawarkan diri untuk mengantarkanku kembali ke rumah, Aku pun tidak menolak karena saat itu cuaca sedang hujan dan dingin sementara Wira terus memaksa agar aku naik ke atas mobilnya."Iya aku se
Read more
pengantin
Bukankah, di undangan pernikahan Soraya tertulis Selasa tanggal 13 Agustus, jam sepuluh pagi. Dan hari itu adalah hari ini, tapi mengapa Wira malah ada di depan tokoku dan yang lebih mengejutkan dia masih mengenakan pakaian pengantin khas Jawa berwarna hitam dengan kain batik sebagai bawahan. Roncean bunga melati masih menghiasi lehernya, semua yang dia pakai masih lengkap, tapi apa yang dia lakukan di sini?Kulangkahkan kaki lebih cepat, sementara dadaku berdegup kencang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mengerikan."Wira ... Kamu ngapain di sini?""Tidak ada." Ia mengendikkan bahunya."Serius kamu, bukannya ini hari pernikahanmu, kan?""Kok Mbak Jannah, kelihatan khawatir gitu?""Kamu pergi ya, kamu kan harus menikah, ngapain kamu di sini?""Aku tidak mau menikah, jadi aku kabur," jawabnya santai sambil menyender di dinding depan sebelah pintu masuk tokoku."Ngapain datang kesini nanti orang akan berfikir kalo aku yang nyuruh kamu kabur dari pernikahanmu.""Karena tujuanku di
Read more
antara dua orang
Diantara semua kekacauan itu, yang paling shock tentu saja adalah matan maduku, wajahnya merah padam menahan emosi, berikut juga kedua orang tuanya."Pak Hediyanto, bagaimana ini, apa solusi atas masalah anakmu?""Tenang mari kita bicarakan dulu," ajak Pak Hedi sambil mengarahkan Ayah Soraya ke dalam sana."Tidak usah Abi, aku sudah tak bisa terima semua ini!" teriak Soraya meradang."Dengar Nak Soraya, mungkin Wira terkena sindrom kebingungan menjelang pernikahan, itu wajar karena pernikahan adalah tanggung jawab besar," bujuk ibunda Wira."Dengar, para hafirin saya hanya klien Wira yang berinvestasi di bank tempat dia bekerja, saya tidak punya hubungan lebih dari itu, karenanya saya mohon izin pamit dulu ya," kataku sambil menangkupkan kedua belah tangan lalu membalikkan badan dan melangkah pergi."Gak bisa, aku ingin bertanggung jawab atas apa yang terjadi di antara kita, Mbak," ucapnya sambil mencekal pergelangan tanganku."Apa yang terjadi?!" Aku menepis genggamannya sementara o
Read more
makin seru
"Lepaskan dia! aku akan membawanya pergi," perintah mas rafi kepada pemuda yang ketampanannya hampir menyamai dirinya."kau yang harus melepaskannya karena kamu tidak punya hubungan sedikitpun dengan mbak Jannah," jawab Wira."Oh, mengejutkan sekali keberanianmu!""Apa karena umurku mudah kau merasa harus meremehkanku? Atau bagaimana kalau kita bertarung saja untuk memenangkan wanita yang kita cintai," tantangnya kepada mantan suamiku.Situasi mendadak menjadi benar-benar riuh, Ustadz Hamid pingsan di sebelah sana sedang anak dan istrinya panik dan berusaha membangunkannya, orang-orang berusaha mencari bantuan dan memanggil ambulans, sedang di sisi lain aku, Wira dan Mas Raffi kami sedang beradu argumen."Lepaskan tanganku, kalian berdua bahkan tidak berhak sedikitpun atas diriku!" Teriakku menyentak tangan kedua pria itu."Aku akan pergi dari tempat ini, dan jangan harap aku mau menemuimu lagi Wira," ucapku dengan marah."Tidak bisa aku akan ikut denganmu bagaimanapun caranya!' Pemu
Read more
mereka di rumah bapak
"Assalamualaikum," ucapku pelan."Waalaikumsalam," jawab Bapak."Pak, Ada apa mereka di sini?""Oh, duduklah kemari, Nak, kebetulan kamu pulang, mungkin ini adalah isyarat dari Tuhan agar aku merestui hubungan kalian.""Apa maksud Bapak aku tidak mengerti sama sekali," jawabku heran, namun aku curiga pada Wira dan keluarga."Nak Wira sudah memberitahu secara detail hubungan dan apa yang terjadi diantara kamu dengannya, niatnya baik datang ke rumah ini untuk memintamu ....""Memintaku menjadi istri?" Tanyaku mulai gelisah."Iya benar, Wira telah menyatakan niat baiknya, dan sebaiknya hubungan kalian segera dihalalkan." "Emangnya dia ngomong apa Pak, mungkin dia boh ....""Aku tidak berdusta Pak, aku tahu batasan sehingga aku harus segera bertanggung jawab pada hati dan agamaku," timpalnya memotong ucapanku."Wira! Jangan lancang kamu!""Jannah, jangan membentak tamu," ujar Bapak sambil memberi isyarat agar aku tenang."Bapak dan Ibu sudah menyetujui permintaan mereka, Bapak dan Ibu me
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status