บททั้งหมดของ Awas, Bos Jatuh Cinta!: บทที่ 131 - บทที่ 140
1747
Bab 131
Ia mencium aroma makanan dan tidak tahan untuk menelan. Perutnya juga berbunyi. Simon mendengar semuanya disampingnya. Melihat ke Sharon, ia tersenyum. “Kamu lapar?”Ini merupakan hal yang normal ketika perut berbunyi ketika seseorang lapar. Ia merasa malu saat Simon mendengarnya. Sharon tersenyum. “Iya, aku lapar.”Ia sangat lapar hingga dadanya menekan punggungnya. Ia lupa bahwa ia punya luka di tangannya ketika ia melihat makanan itu. Ketika ia hendak mengambil semangkuk havermut, ia merasakan sakit pada pergelangan tangannya. Tangannya gemetar dan ia hampir menjatuhkan mangkuk itu.Luka tusuk pada pergelangan tangannya dalam dan lebar. Pelaku menginginkan ia mati, maka dari itu mereka sangat kejam. Ia tidak dapat memegang apapun dengan tangan kanannya untuk beberapa waktu.Sementara itu, ada jarum pada tangan kirinya karena ia sedang diinfus.Sangat menjengkelkan ada banyak makanan di depannya, tapi ia tidak bisa memakannya.Pria itu mengangkat alisnya dan mengambil semangkuk
Read More
Bab 132
Jari-jarinya terasa dingin. Sikapnya terlalu penyayang dan ia tidak dapat menahan ambiguitas itu.Ia mendorong tangannya perlahan dengan sopan dan tertawa kecil. “Um… Kamu nggak ke kantor? Kamu nggak perlu khawatir denganku, silahkan pergi dan lakukan pekerjaanmu.”Setelah tangannya didorong dan ia melihat sedikit rasa panik di matanya, wajah pria itu menegang. Pesan yang terlihat dari sikapnya kepada Simon bahwa ia masih menolaknya…Simon telah hidup selama 30 tahun. Untuk pertama kalinya, ia memiliki ide untuk menaklukannya. Ia ingin hidup di hatinya dan ingin wanita ini menjadi miliknya, tubuh dan pikirannya.Tapi, ia juga mengerti bahwa beberapa hal tidak dapat diburu-buru. Atau, ia hanya akan menakutinya. Akan lebih baik untuk melakukannya pelan-pelan.Ekspresi pria itu tidak berubah banyak, jadi Sharon tidak dapat membaca apa yang dipikirkannya. Namun, tatapannya terlihat lebih mengintimidasi dari sebelumnya.Setelah beberapa saat, ia berdiri. Terlihat seperti Simon akan ke
Read More
Bab 133
Sharon terkagum memikirkan itu. Lalu, telepon pada samping meja berbunyi, menariknya kembali ke realita.Ia melihat telepon itu. Itu adalah telepon pribadi Simon. Ia meninggalkannya untuk Sharon dan memintanya untuk menelepon putranya.Ketika ia melihat bahwa penelepon itu adalah Franky, ia sedikit merengut. Ini adalah telepon Simon, jadi tidak seharusnya ia menjawab. Namun, Franky seperti memiliki sesuatu yang penting untuk disampaikan dan ia terus menelepon.Sharon ragu. Ia harus menjawabnya dan menyampaikan bahwa Simon pergi ke kantor.Segera setelah Sharon mengangkat telepon itu, suara Franky yang bersemangat terdengar. “Presiden Zachary, apa kamu baik-baik saja?”Tidak heran kalau ia terdengar gelisah. Simon jarang sekali membiarkan teleponnya berbunyi terlalu lama.Sharon membersihkan tenggorokannya. “Hm, Franky, ini saya.”Franky terkejut ketika mendengar suara wanita. Mengapa ada seorang wanita mengangkat telepon Presiden Zachary?Setelah ia tersadar bahwa wanita itu ad
Read More
Bab 134
Sally berdiri di depan jendela bergaya Paris di kamarnya. Ia sedang berbicara dengan seseorang ketika suaranya meninggi. “Apa yang kamu bilang? Ia tidak mati?”Ada suara berat pria di ujung lain telepon. “Kami sudah melakukannya, namun ia tidak mati dan diselamatkan. Kami juga tidak dapat berbuat apa-apa. Kapan Anda akan bayar kami sesuai janji?”Sally mencengkeram teleponnya dengan erat, tangannya bergetar karena marah. Ia bahkan mengucap sumpah serapah. “Ia tidak mati lalu apa yang kamu lakukan untukku? Masih berani kamu minta uang?”“Kami sudah culik dia sesuai arahan Anda dan memotong pergelangan tangannya. Siapa yang mengira seseorang menyelamatkan ia sangat cepat? Selain itu, saya sudah korbankan dua orang saya. Itu dua nyawa, jadi Anda tidak bisa memberikan kurang dari yang sudah dijanjikan!” Pria itu juga sangat keras.“Urusannya apa sama saya kalau ada dari kalian yang mati? Kalian bahkan tidak bisa eksekusi ini dengan baik, mereka layak mendapatkan ini meskipun mereka mat
Read More
Bab 135
Sharon menghormatinya, namun ia tidak tahu cara menyenangkan orang lain.Sebastian, mungkin hal itu karena mereka berpisah cukup lama, jadi putranya cukup manja. Setelah makan, ia memintanya untuk merakit pesawat dengannya.Sharon sedikit kewalahan. Ia berbaring di sofa di kamar dan tidak ingin bergerak. "Ibu lelah, jadi Ibu hanya akan melihatmu bermain ya."Sebastian menutup bibirnya. “Kalau Ayah ada disini, Ayah akan merakitnya bersamaku.” Mata anak itu berbinar. “Ibu, bisakah Ibu menelepon Ayah untuk tanya kapan dia akan pulang?”Setelah melihat mata memohon dari putranya, Sharon tentu saja tidak tahan untuk menolaknya. Tampaknya ketika jauh dari rumah, Simon dan putranya memiliki ikatan yang cukup baik.Simon kemudian membelikannya telepon baru dan mengajukan kartu SIM baru juga. teleponnya yang hilang tidak dapat diambil lagi."Baik, Ibu telepon ya." Sudah sangat larut dan Simon masih belum kembali. Ia sangat khawatir tentangnya.Dalam daftar telepon baru Sharon, ia cuma pu
Read More
Bab 136
“Kami sedang di hotel. Jika Anda ada masalah yang mendesak, saya akan memintanya telepon Anda balik saat ia keluar. ” Nada bicara Rebecca bukanlah nada yang seharusnya digunakan oleh seorang sekretaris.Ekspresi Sharon sedikit berubah, tapi ia berkata, “Nggak perlu. Bukan sesuatu yang mendesak kok. Kamu nggak harus memberitahunya. Itu saja." Sharon buru-buru menutup telepon, tidak ingin mendengar suara Rebecca Lawrence mengucapkan sepatah kata lagi.Mereka berada di sebuah hotel? Simon masih mandi?Apakah ia lembur di tempat seperti itu?Sharon tidak bisa mengendalikan pikirannya sendiri.Mengapa saat ia memikirkan hal-hal ini, dadanya membuatnya tampak sulit untuk bernafas? Juga, ada apa dengan perasaan tidak enak itu?Mengapa ia begitu peduli tentang apakah ia berada di kamar hotel dengan Rebecca?Jika ia benar-benar menghabiskan waktu bersama Rebecca di tempat seperti itu, itu adalah hal yang baik untuk Sharon. Dalam perjanjian yang mereka tandatangani, siapa yang menggugat
Read More
Bab 137
Rebecca terus menatapnya sampai ia berbicara baru kemudian tersadar. "Ya ..." Matanya berbinar. Ia baru saja berbohong, jadi ia hanya bisa melanjutkan sekarang.Alis Simon berkerut. "Keluar." Kata-katanya dingin.Melihat ekspresi dingin pria itu, hati Rebecca sakit. Rasa sakit dan marah yang kuat menggenang di hatinya. Sesuatu menghampirinya, dan ia tiba-tiba menerjang untuk memeluk pria itu. “Simon, bisa ga sih kamu nggak bersikap dingin sama aku? Kita udah saling kenal sejak kecil. Kamu nggak begini sama aku dulu. ”Tatapan Simon membeku dan menjadi lebih dingin. Wajahnya bahkan sedikit tidak sabar, tetapi ia tidak segera mendorongnya.Rebecca menempelkan wajahnya ke dadanya. Mendengarkan detak jantungnya yang kuat, setiap saraf di tubuhnya terpengaruh."Aku nggak percaya bahwa kamu nggak merasakan apa-apa untukku ..." Ia memeluknya erat-erat, berjinjit, dan dengan berani mengulurkan tangan untuk menciumnya!Namun, sebelum bibirnya bisa mendekat, pria itu tiba-tiba bergerak. Ta
Read More
Bab 138
Sharon sudah hampir melupakan hal ini. Ketika sedang pemulihan di rumah sakit, Simon selalu datang ke rumah untuk menyiapkan ati untuk ia makan. Katanya itu untuk mengisi kembali darahnya.Ia tidak pernah suka makan bagian dalam hewan, jadi setelah Simon memaksanya memakannya selama dua hingga tiga hari, mendengar kata 'ati' saja sudah buat Sharon ketakutan.Ketika kembali ke rumah Zachary, ia memikirkan Simon yang sudah keluar banyak darah untuknya dan dengan sengaja ia meminta koki di dapur untuk membuatkan daging babi dan bawang untuknya. Ia ingin Simon makan ati ayam juga.Namun ... Ketika Rebecca Lawrence menjawab teleponnya tadi, ia berpikir bahwa kepeduliannya terhadap Simon berlebihan.Karena itu, ia lebih baik makan ati dan bawang sendiri. Karena sudah keluar banyak darah, jadi ia hanya akan menganggap ini sebagai cara untuk mengisi kembali darahnya dengan cepat.“Ok, aku akan pergi sekarang.” Sharon menutup pintu kamar tidur dan turun ke dapur.Dapur besar itu cerah dan
Read More
Bab 139
Ia mau bilang bahwa ia tadi tidak sedang memegang teleponnya, tetapi seolah-olah telah dirasuki secara tiba-tiba, Ia mengatakan apa yang tidak ingin ia katakan, “Bukannya kamu buka kamar hotel sama Rebecca? Kok punya waktu untuk telepon aku”Sharon ingin menggigit lidahnya kali ini. Apa yang terjadi dengannya? Kenapa ia terus mengatakan hal-hal tanpa terkendali?!Tatapan pria yang menatapnya berubah lebih main-main, dan matanya bersinar. "Siapa bilang buka kamar dengan Rebecca?"Karena kata-kata itu sudah diucapkan, tidak ada banyak hal yang membuat kesal. Ia mendengus tidak sabar. "Masa gak bener, Rebecca kok yang kasihtau sendiri."Pria itu mengulurkan kedua tangannya dan menopangnya di meja marmer di kedua sisinya, menjebaknya di ruang antara lengannya.Napas Sharon membeku. Ia tidak bisa melarikan diri. Ia hanya bisa menghadapinya saat tatapan pria itu terkunci padanya dan kata-kata ringannya jatuh. "Kamu percaya sama dia?"Sharon menurunkan pandangannya. "Emang penting kalau
Read More
Bab 140
"Aku nggak tahu, aku ..." Sebelum Sharon selesai berbicara, ia dihentikan dengan keras olehnya!Ciuman pria itu sangat agresif. Nafasnya keluar dari mulutnya dan mencekik udara di sekitar mereka. Ia telah mencium bau alkohol dari sekujur tubuh suaminya sejak awal. Mungkinkah ia mabuk?Sekarang, selain alkohol, ia bahkan mencium aroma parfum yang hanya akan dipakai wanita.Ia tadi di kamar hotel dengan Rebecca, dan ia bermain dengannya seperti ini sekarang!Bagaimana mungkin ia tidak menyadari bahwa ia adalah bajingan sebelumnya?!Sharon tidak bisa mendorongnya menjauh. Kemarahan memenuhi hatinya, dan tanpa ragu-ragu atau peduli untuk bersikap sopan, ia menggigit dengan kasar."Duh!" Pria itu tiba-tiba melepaskannya setelah mengeluarkan erangan sedih. Ia tiba-tiba bisa melihat rasa darah di mulutnya. Ia benar-benar menggigitnya!Sharon menggunakan ruang kosong saat ia terganggu untuk mendorongnya menjauh dengan paksa dan akhirnya lolos dari belenggunya. Ia bergegas ke pintu dapur
Read More
ก่อนหน้า
1
...
1213141516
...
175
DMCA.com Protection Status