All Chapters of DIAMNYA ISTRIKU: Chapter 81 - Chapter 90
216 Chapters
Bab 81
"Saya malu dengan kelakuan anak saya. Tolong maafkan saya," ucap Lendia langsung bersimpuh di kaki Indah.  "Mama jangan seperti itu," ucap Indah berusaha membangunkan Mama mertuanya itu berdiri. Lendia terus menangis. Memang perasaannya sungguh malu luar biasa. Ada ketakutan dalam dirinya.  "Ndah, maafkan kami," timpal Haris. Indah mengangguk. Kemudian ia pun meminta Mama mertuanya itu untuk berdiri. "Kamu yang sabar ya, Ndah. Papa minta maaf atas kelakuan Reyhan. Papa sangat malu," ucap Papa Reyhan menimpali.  "Mama, Papa, dan juga Haris tidak ada salah apapun. Bukan kesalahan kalian. Kalian orang baik. Hanya saja Indah minta maaf, telah menyebabkan hubungan antara orang tua dengan anaknya jadi renggang," ujar Indah setelah kembali duduk. Sementara Edwan teta
Read more
Bab 82
"Assalamualaikum," ucap seorang perempuan paruh baya pemilik kontrakan. "Waalaikumsalam," jawab Edwan dan Indah bersamaan. "Kaget ya, sama suara teriakan tadi? Memang suka begitu. Katanya sih depresi karena kehilangan anaknya. Jadi kalau sedang tidak sadar suka teriak-teriak," ucap Bu Lasmi pemilik kontrakan. "Oh begitu ya, Bu. Pantesan. Kalau depresi kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja?" kata Edwan menimpali. Indah membenarkan.  "Depresinya kadang-kadang saja, Neng. Saat teringat anaknya. Akan tenang jika sudah minum obat penenang. Suaminya tidak mau mengirim ke rumah sakit jiwa, katanya tidak tega. Istrinya juga suka dibawa terapi kok seminggu dua kali. Suaminya sangat menyayangi istrinya. Memang gitu, suka teriak minta ampun kalau misal disuruh makan tidak mau,"
Read more
Bab 83
Dua minggu berlalu … Panggilan sidang pertama pun datang. Namun, Indah sama sekali tidak hadir. Begitupun dengan Reyhan. Panggilan sidang kedua dan ketiga di minggu berikutnya pun Indah tidak hadir. Hanya Reyhan saja yang hadir saat sidang ketiga dan dibacakan putusan dengan membawa dua orang saksi. Tidak ada tuntutan apapun hingga memperlancar prosesnya.  "Kok bisa sih Indah gak datang dan gak minta hak apapun untuk anaknya?" ucap Luna membatin. Dalam hatinya dia sangat bahagia. Apalagi melihat Reyhan tenang dan seolah tidak terjadi apapun. "Gak pernah nyangka sebelumnya. Ternyata Reyhan jadi milik aku. Gak sangka juga, di luar dugaan pokoknya Reyhan milih aku daripada Indah. Di mana aku sangka Reyhan sangat mencintai Indah. Humhh! Takdir memang tidak bisa ditebak," batinya lagi kegirangan. 
Read more
Bab 84
"Maya! Lama banget kamu di dalam kamar mandi!" Danang berteriak sambil terus menggedor pintu.  Buru-buru Maya pun mengusap wajahnya sambil menatap bayangannya di cermin.  "Jangan mentang-mentang aku diam, lantas kamu bisa seenaknya, Danang," batinnya.  "Maya! Cepat!" Danang kembali berteriak. Maya sendiri sudah tahu apa yang Danang inginkan kalau seperti ini. Namun, perempuan itu tetap terdiam sembari memandang cermin dan memikirkan ide supaya bisa lekas terlepas dari Danang. Danang belum tahu kalau Indah adalah tetangga barunya. Maya akan meminta bantuan Indah. "Akan kupastikan kamu kembali membusuk di penjara, Danang!" gumamnya.  Suara gedoran semakin keras. Maya pun memasang wajah biasa kemudi
Read more
Bab 85
POV INDAHPrang!Terdengar suara pecahan kaca. Buru-buru semua orang yang berada di dalam rumahku pun berlari keluar kamar. Padahal hari masih sangat pagi karena baru pukul 06.00."Tolonggggg!!!" teriak seorang wanita yang suaranya tak asing untukku. "Suaranya kaya kenal ya?" ucap Hendra. Novi mengangguk. Hanya Edwan saja yang diam. "Yuk keluar cepat," ujar Edwan. Langsung kami pun berlari keluar rumah. Saat tiba kami di teras, mataku langsung menuju ke lantai atas rumah tetanggaku. Nampak wanita berambut panjang mengeluarkan kepalanya di jendela. Terlihat tengah menghindari seseorang."Tolong! Indah! Aku Maya! Hendra! Novi tolong aku!" teriknya. "Maya!" balas Hendra."Hendra selamatkan aku dari Danang! Dany adalah Danang!" teriak Maya membuat semua orang panik. "Edwan telpon polisi!" teriakku. Edwan pun dengan wajah terlihat bingung langsung mengeluarkan ponsel dan menghubungi
Read more
Bab 86
POV INDAH "Maya!" ujarku menghampirinya karena wanita itu tiba-tiba saja pingsan.  "Hendra! Edwan tolongin!" ujarku lagi. Namun Edwan dan Hendra malah diam saja.  "Pak tolong antar perempuan ini ke rumah sakit. Tolong carikan taksi biar kami mengikuti dari belakang," ucap Hendra membuat mataku membulat sempurna. "Kenapa gak kamu masukin ke mobil kamu saja, Hend? Lalu kita antar sama-sama ke rumah sakit," ucapku. Tiba-tiba saja merasa kasihan dan tidak tega pada Maya.  "Nggak deh, Ndah. Biar warga saja yang antar. Aku gak mau ngangkat-ngangkat Maya. Lagi pula ada hati yang harus dijaga. Terus juga banyak warga." Hendra menolak dengan memberikan alasannya. Aku pun mengangguk karena tidak berani untuk me
Read more
Bab 87
Indah terus termenung. Berdiam diri memikirkan Maya.Seharusnya Dokter tidak memberi tahu penyakit wanita itu di hadapan semua orang dan Maya sendiri.Karena bisa membuat kaget pasien dan akhirnya semakin drop. Seharusnya hanya keluarga yang diberi tahu sebagai privasi. Tapi Dokter seolah memiliki dendam pribadi pada Maya. Memberitahu penyakitnya tanpa bertanya apakah mereka adalah keluarganya atau tidak. "Heh! Bengong aja. Kami pulang dulu ya?" Novi menepuk pundak Indah. Ada rasa tak rela teman-temannya pulang. Sebab wanita itu kembali merasakan sepi. "Hem… mau pulang ya? Baiklah," ucap Indah pasrah. Novi langsung memeluk Indah. "Iya pulang. Baik-baik jagain Adira. Semangat single mom!" ucap Novi seraya mengangkat tangan kanannya dan mengepalkan lima jarinya. "Semangat!" katanya lagi tersenyum. Indah sendiri mengangguk dan tersenyum. Kemudian mengantarkan ketiga temannya itu keluar dan
Read more
Bab 88
"Lif!" sapa seorang wanita cantik yang masih memakai pakaian dokter. Alif tengah duduk di kursi roda sambil memijat keningnya. Wajahnya muram terlihat sangat sedih.  "Aku bertemu wanita yang menjadi sumber masalahmu dan saat ini dia menjadi pasienku," katanya lagi sambil melepaskan jas putih khas dokternya.  "Maksud kamu?"  "Aku bertemu mantan istrimu! Dan dia positif HIV Aids. Melihat wajahnya aku sedikit kesal. Akhirnya pun saat ada yang bertanya perihal penyakitnya, kujelaskan saja di hadapan wanita itu. Supaya tahu rasa. Lagi pula aku aman. CCTV di ruangannya sedang mati dan belum sempat diperbaiki. Karena kerusakan itu sudah terjadi beberapa hari. Memberitahu penyakit pasien terang-terangan di depan banyak orang apalagi bukan keluarga kan bahaya. Sebab pe
Read more
BAB 89
"Kamu kasih saja, Yana. Untuk pelanggan tadi, kamu kasih diskon 5 persen, karena hati saya sedang gembira bertemu seorang sahabat yang paling baik," tekan Indah sembari menatap tajam mata Luna. Luna sendiri menelan liur tak percaya kalau Indah memiliki butik mewah. Seolah tak rela dan merasa sakit hati, wanita itu pun  "Wah, beruntung sekali ibu itu," ucap karyawannya sembari meninggalkan Indah. "Jadi, Indah benar-benar bosnya? Beruntung sekali dia." Luna membatin sambil menahan rasa malu. Namun, wanita itu tetap bersikap seolah Indah tidak ada apa-apanya dibandingkan dia.  Indah mulai membolak balik pakaian yang sudah dibeli Luna. Sebuah gaun berwarna rose gold bermanik mutiara di bagian dada hingga bagian bawahnya itu benar-benar diperiksa cukup hati-hati karena
Read more
Bab 90
"Ngaco lo, Hend." Edwan menimpali. Kali ini wajahnya terlihat santai. "Kaya pernah ketemu aja kalian ini. Gue udah sibuk di bidang makanan dari dulu. Jadi mana ada waktu buat urus-urus perusahaan," lanjutnya lagi.  "Widih! Jangan salah. Jaman sekarang, uang yang bekerja. Apalagi kalau sudah punya orang kepercayaan. Bukan sombong nih, contohnya Adit. Gue yang urus semuanya," balas Hendra. Novi membenarkan ucapan suaminya.  "Jadi, benar kamu pemilik perusahaan itu?" Indah bertanya pada Edwan dengan sorot mata menatap tajam. Membuat laki-laki itu salah tingkah hingga menggaruk kepala yang mungkin saja tidak terasa gatal. "Edwannn!!! Jawab aku!" tekannya lagi masih menatap pria itu.  "B-bukan aku, Ndah. Novi sama Hendra ngarang itu. Mending kamu besok datang dan t
Read more
PREV
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status