All Chapters of The Sunday Sunflower: Chapter 31 - Chapter 40
77 Chapters
Bab 31
Dalam dua hari, dunia Gathan berubah seketika. Ia kacau. Seolah dunia berbalik menyerangnya. Dan ia tersudut.Kamarnya gelap, terkunci, membuat satu-satunya orang yang tetap kukuh berdiri di sisinya ia buat khawatir setengah mati. Tapi memangnya apalagi yang bisa dilakukan remaja delapan belas tahun jika ada di posisinya? Satu perasaan bersalah saja cukup membuat seseorang tak tahan, dan ini lebih dari satu.Gathan membuat Fanala terluka hingga nyawanya kini terancam, kondisinya bisa memburuk kapan saja. Gathan tahu ibunya tersangkut, walau tak secara langsung pada kematian ibu sahabatnya. Gathan tak ada menemani Radit ketika dunia ramaja malang itu luluh lantak. Dan semalam Radit berpamitan padanya. Hanya berpamitan tanpa memberi keterangan, membuat Gathan makin tenggelam dalam perasaan bersalahnya. Kata 'seandainya' pun jadi favoritnya kini.Seandainya malam itu ia tak mengajak Fanala pergi, gadis itu tak akan terluka. S
Read more
Bab 32
Delapan tahun kemudian... Sasha terengah-engah saat sampai di puncak tangga. Buku jemarinya menepis keringat yang mengalir ke alisnya. Ia memandang sekeliling. Netranya menyusuri tiap sudut atap rumah sakit ini untuk menemukan tanda-tanda keberadaan Gathan.Alangkah terkejutnya Sasha mendapati punggung yang duduk tegak di dinding pembatas atap. Ia tahu benar punggung itu milik siapa. Itu salah satu tempat ternyamanya untuk berkeluh, bersembunyi, bahkan menangis.Sasha berlari, menyeru nama Gathan. Membuat sahabatnya itu menoleh."Lo gila ya!" hardik Sasha, begitu jaraknya sudah lebih dekat dengan manusia yang sejak tadi dicarinya."Kenapa?" tanya Gathan lemah. Kemudian kembali menatap ke depan."Turun buruan!" Sasha mengambil sebelah tangan Gathan, menariknya pelan. Tembok pembatas itu cukup tinggi, sedada Sasha, ia ng
Read more
Bab 33
Bab 33Kemarin pesawat yang Sasha dan keempat temannya tumpangi mendarat tengah malam. Itu adalah perjalanan yang sangat melelahkan, dengan segala gangguan cuaca yang membuatnya mual bahkan muntah, dan sialnya hanya ia yang separah itu. Jadi terpaksa pagi ini ia harus tetap tinggal di penginapan sementara teman-temannya memulai petualangan di desa tempat mereka memulai liburan ini, karena ia merasa kurang sehat untuk berjalan-jalan."Gak pa-pa," ujar Sasha, mencoba meringankan rasa bersalah teman-temannya. "Kalo gue ikut dalam kondisi kayak gini 'kan malah bikin kalian repot.""Sorry, banget, ya, Sha. Lagian pakek turbulensi segala, sih, semalem. Bikin rusak rencana aja," ucapa Caca, seorang temannya."Atau gue nemenin lo aja, ya?" tanya Redi, satu dari dua laki-laki yang berpartisipasi dalam perjalanan ini.Caca, Reta, dan Valdo memutar matanya, bosan dengan tekat Redi meluluhkan
Read more
Bab 34
Bab 34Seperti mimpi yang spesifikasi emosinya masih ambigu. Senang, juga sedih. Sasha tak tahu mana yang lebih dominan. Jelas ia bahagia berdiri di depan pintu putih sebuah rumah sederhana yang berada tak jauh dari padang bunga matahari, tampak indah di bawah cahaya terakhir surya. Tapi ia juga sedih memikirkan apa yang akan ia jumpai di balik pintu ini."Ayo masuk, Sha," ajak ibu Gathan setelah membuka pintu. Wanita itu tersenyum ramah. "Gathan ada di dalem."Gathan. 'Di mana Gathan?' itu pertanya yang pertama kali Sasha lontarkan pada ibu Gathan setelah secara rusuh mencari ke sana kemari di segara penjuru penginapan. Lalu, 'Dia baik-baik aja, kan?' 'Kenapa Tante tiba-tiba bawa Gathan pergi?' menyusul kemudian. Dan hanya pertanyaan terakhirlah yang dijawab ibu Gathan, mungkin karena nada yang Sasha gunakan terkesan menuduh."Keadaan gak terlalu baik untuk Gathan waktu itu. Tante cuma berusaha melindungi
Read more
Bab 35
Bab 35Di pangkuan Sasha ada sebuah kotak berwarna jingga dan sebuket bunga matahari cantik. Aneh, membawa dua benda ini bisa jadi sangat gugup. Gelisah. Ia takut benda yang dibawanya ini akan menggagalkan sebuah pernikahan. 'Kan gawat.Sasha memandang ke luar jendela taksi yang ditumpanginya dari bandara. Ia sama sekali tak sempat pulang untuk ganti pakaian gara-gara penerbangannya sempat ditunda. Sampai ia harus menyewa kurir untuk mengantar kopernya ke rumah dan membelikan sebuket bunga matahari agar bisa langsung ke lokasi pernikahan Kak Nala dan Arbii hanya dengan gaun sederhana. Sebab ia sudah janji akan menghadiri acara akad.Rintik-rintik hujan mulai menghujam kaca jendela. Mendukung suasana sendu Sasha sejak meninggalkan Gathan semalam untuk berpamitan pulang. Gathan tersenyum, tapi tak bisa menyembunyikan kebenaran rasa sahabatnya itu. Gathan sangat bersedih pada fakta bahwa Fanala hari ini akan resmi jadi kemust
Read more
Bab 36
Arbii mengendap-endap keluar dari ruangannya saat semua anggota keluarganya  sedang sibuk dengan pakaiannya serta dandanan masing-masing. Ia celingak-celinguk memastikan tak ada yang akan menariknya kembali keruangannya. Sebab sejak tadi—bahkan beberapa hari belakangan ini—ia terus dihalangi untuk bertemu calon istrinya.Calon istri. Senyumnya merekah sumringah memikirkan frasa itu. Tinggal menunggu menit lagi sebelum kata "calon" itu akan hilang, menyisakan kata "istri" yang akan ia sematkan pada gadis yang telah bertahun-tahun ini ia kejar dan pertahankan.Itu benar, tinggal beberapa menit lagi Fanala akan jadi istrinya. Tapi para orang tua masih saja sibuk melarangnya bertemu dengan Fanalan. Berkata pamalilah, inilah, itulah. Sungguh tak masuk akal. Padahal kan ini kesempat terakhirnya untuk bertemu Fanala sebelum sebagai gadis lajang.Di depan pintu ruang ganti dan make up Fanala, Arbii menget
Read more
Bab 37
Sasha memandang tombol merah di hadapannya. Ia menggigit bibirnya, ragu luar biasa. Ia bentul-betul tak yakin apakah hal yang dilakukannya ini benar. Maksudnya—ia membantu membatalkan sebuah pernikahan!Ting!Ponsel di tangan Sasha berdenting. Dengan jemarinya yang basah ia menggeser layar ke atas, lantas mengetuk sebuah pesan baru dari kontak berlabel nama 'Pacar Kak Nala'.Lakuin sekarang! Bunyi pesan itu.Sasha mengantongi ponselnya. Kanan, kiri, ia menoleh memastikan tak ada orang. Lalu ia mengepalkan tangannya, menguatkan diri sebelum...Kriiiiiiiig!Alarm kebakaran itu meraung kencang. Menulikan telinga Sasha yang masih gemetar menyadari apa yang baru saja ia lakukan.Tanpa menunggu lebih lama, ia tergesa pergi diikuti bunyi-bunyi langkah kaki serta manusia-manusia yang menghambur keluar ruangan, pontang-panting menyelamat dar
Read more
Bab 38
Fanala mengeliat kecil sebelum membuka matanya yang terasa berat. Kepalanya pusing, kerongkongannya juga kering hingga terasa sakit. Beberapa kali ia mengerjap hingga menyadari bila ia tak berada di kamarnya. Dan terasa ada yang salah dengan matanya karena sulit sekali dibuka.Fanala beranjak duduk seraya mengingat-ingat di mana ia berada. Tak butuh usaha besar untuknya ingat bila ia berada di apartemen Kak Elma. Karena kemarin dengan jahatnya ia membatalkan pernikahannya dan membiarkan laki-laki yang ia kecewakan untuk menanggung semua kesalahannya.Usai mengembuskan napas berat, Fanala melangkah turun dari ranjang. Gontai langkahnya menuju toilet di sudut kamar bernuansa biru dan pink lembut itu. Di depan cermin, ia memandangi wajah kusamnya. Matanya bengkak dan merah. Hidung berarir, sebab terlalu banyak menangis ia jadi pilek. Ia tampak menyeramkan sekaligus menyedihkan. Perpaduan yang aneh.Fanala menyalakan
Read more
Bab 39
Bab 39 "Mau ke mana kamu?" Sasha yang tengah sibuk memindahkan beberapa pakaiannya dari dalam koper ke dalam sebuah ransel agar tak membawa terlalu banyak barang, menoleh. Didapatinya Karel berdiri di ambang pintu kamar dengan tangan yang bersidekap di depan dada. Sejenak ia gelagapan. Namun segera ia mengatur wajah dan suaranya agar terdengar normal. Lagipula ia heran sekali, seingatnya semalam kakaknya ini masih mendiamkannya usai marah besar karena keikutsertaannya dalam menggagalkan pernikahan Kak Nala. Tapi kenapa sekarang sudah mengajaknya bicara lagi? Tidak bisa ditunda sajakah inisiatifnya itu untuk menegurnya? Ya, setidaknya sampai setelah keberangkatannya. "Biasa, liburan," sahut Sasha sok tak acuh. Padahal jantungnya sudah berpacu dengan cepat, takut Karel dan membaca gelagat anehnya. Sebab seberapa pun keranjingannya ia berlibur, ia belum pernah berangkat liburan hanya setelah bebe
Read more
Bab 40
Bab 40Gathan menatap lekat layar ponselnya. Netranya fokus pada sebuah wajah berbingkai bundar di sana. Kemarin ia berjanji untuk melepaskan segalanya; mulai dari sosoknya, hingga kenangan tentangnya. Namun nyatanya, ia kembali lagi ke sini. Menatap wajah yang begitu akrab itu lamat-lamat, meresapi setiap rasa perih, getir, rindu, serta kebas yang datang silih berganti. Memang cari mati.Ibu jari Gathan mengusap layar ponselnya ke atas. Kolase foto itu masih sama dengan satu pekan yang lewat. Tak ada tambahan foto baru; foto pernikahan, misalnya. Namun hal itu justru membuat Gathan bersyukur, setidaknya patah hati itu masih tertunda—persetan dengan melepas dengan ikhlas! Niat memang mudah, melakoninya ternyata lebih susah dari yang ia kira.Jika ia pikir-pikir, Fanala itu memang semacam candu baginya. Dulu ketika ia masih remaja, ia kecanduan menemui Fanala hingga berkali-kali meninggalkan barangnya d
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status