All Chapters of Dia, Tak Datang: Chapter 81 - Chapter 90
98 Chapters
Hasrat Terlarang
"Jingga, " ucap Adjie sambil terus memeluk wanita itu. "Ya mas." ucap Jingga dengan debaran di jiwanya yang begitu menjerit oleh dahaga. "Adakah yang salah jika kita memulainya?" ucap Adjie dengan helaan nafasnya yang berat. Jingga terdiam. Wanita ini tahu persis apa yang difikirkan dan tengah dibicarakan oleh pria tersebut. Badai petir yang terus menyambar di langit luar membuat gemuruhnya memekakkan telinga dan makin mengurung Jingga dalam ketakutan yang mencekam. Namun bukan hanya badai petir tersebut yang kini membuat Jingga khawatir. Melainkan badai hasratnya yang semakin kering dan dahaga. "Sayang, kita pernah membaca semua buku bersama. Dan kau ingat mengenai apa yang membuat kita berhasrat lebih dengan fantasi yang liar dan membingungkan adalah salah satu ciri jika kita memang pernah menikmatinya." ucap Adjie sambil terus memeluknya. "Ya mas, aku juga ingat. Pertanyaannya adalah siapakah yang berhak atas diri kita ini m
Read more
Pesanan Bunga Dari Cortez
Malam bergelantung seiya dengan hasrat Jingga yang kini menemukan Tuannya. Namun kecanggungan bathinnya tak bisa ditepiskan, Jingga merasakan ada sebuah ganjalan dibalik hidupnya ini yang membuat bathinnya makin tergerus rasa yang gamang. Kendati kehidupan berjalan lancar, namun setiap saat nafas Jingga berhembus selalu saja dipenuhi oleh sebuah nama yang terus memusingkannya hingga pagi ini. "Ini maksudnya apa?" tanya Jingga kebingungan melihat sejumlah nota di tangannya yang baru saja didapatnya dari Galih-pekerjanya itu. "Seseorang di kota Cortez memesan semua itu untuk acara besok. Dan mereka meminta kita kesana membawa bunga-bunga yang masih belum dihias karena Tuan Frans yang memesannya ingin langsung ditata dirumahnya saja." ucap Galih kepada Jingga. "Sayang, bagaimana kalau besok kita mengantarkannya langsung?" ucap Adjie bertanya. "Terserah mas Adjie saja." ucap Jingga kepada pria yang dua tahun ini menemani hidupnya.
Read more
Anda Siapa?
"Ayo kita pulang." ucap Jingga sambil membereskan semua bunga yang tersisa ke dalam sebuah vas bunga berukuran besar berwarna perak di sudut meja makan. "Hallo Nonna, namaku Alkala dan kulihat anda baru saja menyelesaikan semua dekorasi bunga di pesta ulang tahunku ini. Terimakasih Nonna." ucap seorang anak laki-laki sambil membungkukkan tubuhnya dengan sangat santun kepada Jingga. Sontak saja, wanita ini menjadi sangat terharu dan berkaca-kaca. "Jadi, pemilik pesta indah ini adalah pria tampan didepanku?" ucap Jingga yang entah kenapa mendadak merasa sangat pilu melihat wajah berseri didepannya yang begitu bersinar penuh kepercayaan diri. "Nonna, maafkan aku tapi sebaiknya anda tak menggoda pria lain didepan suami anda sendiri. Tuan Mdua sepertiku tidak diperkenankan menerimanya." ucap anak lelaki itu sambil menengadahkan wajahnya menatap Adjie yang memang sejak tadi berdiri di belakang Jingga. "Maafkan aku Tuan Muda Alkala." ucap Jingga sambil memeb
Read more
Pergilah, Aku Bukan Jingga Yang Kalian Cari.
"Sayang, mereka siapa?" tanya Adjie yang kebingungan. "Aku tak mengenal mereka mas." ucap Jingga kepada suaminya itu. Sementara itu, di luar rumah mereka. Agnez dan Badai terlibat perseteruan hebat. "Jingga, keluar! Bicaralah dengan kami!" teriak Delina sangat lantang. Suara lantang wanita tua itu terdengar semakin kencang dan membuat Adjie akhirnya memutuskan untuk menemui para tamu tersebut. "Silahkan masuk Nyonya dan tuan." ucap Adjie sambil membuka pintu rumahnya. Delina langsung meringsek masuk diikuti Badai dan Agnez. Sementara Jingga sejak tadi hanya duduk diam di ruang tengah rumahnya. Badai kemudian menjelaskan satu persatu kepingan hidup Jingga yang selama ini dicarinya. Mereka memberikan banyak bukti kesamaan mengenai Jingga kepada Adjie. "Tuan, pergilah. Aku bukan Jingga yang kalian Cari?" ucap Jingga yang merasa tak tahan dengan semua kalimat yang diucapkan Badai padanya. "Sayang, kemarilah. Kurasa
Read more
Turun Ranjang
Malam semakin larut, namuan Jingga yang meski sudah berada di ranjangnya tetap tak bisa sedikitpun terpejam. Bayangan semua hal yang baru saja terjadi membuatnya kebingungan. Namun Jingga merasa sudah mengambil keputusan dengan benar. Dia tak mau gegabah mengikuti permintaan orang yang tak dikenalnya itu. Karena meski mereka mengetahui banyak hal mengenai masa lalu keduanya. Namun sedikitpun baik Adjie dan Jingga sama sekali belum mengingatnya. Sementara itu, Badai yang malam ini membelokkan arah mobilnya kembali ke Corteza langsung menemu Frans untuk berbicara banyak dengan pria itu. "Badai? Ada apa?" ucap Frans bertanya dengan sangat penuh keheranan melihat Badai kembali ke rumahnya meski pesta sudah usai. "Frans, aku menemukannya. Dia amnesia" ucap Badai sambil menatap ke kanan dan kiri jika saja ada yang mendengar suaranya. 'glegg' Sontak Frans tercekat salivanya sendiri. Pria ini kehabisan kalimat untuk menjawab ap
Read more
Keterlibatan Erik
Pagi ini, Jingga dan Adjie hendak mengunjungi Lembah Cemara. Mereka sangat merindukan Kakek Tura dan memutuskan untuk berziarah ke makam pria itu yang terkubur rapi didekat pondoknya. "Kalian mau kemana?" sapa salh satu tetangganya bertanya. "Jalan-jalan sebentar mbah, naik gunung cari yang adem." ucap Adjie menjawab dengan berseloroh. "Jangan cari angin aja dong, cari yang menganu gitu biar kalian cepet dapet mongmongam." ucap wnaita tua itu balik menggodai. "Iya ya mbah, udah banyak gaya kupakai masih belum nyangkut aja." timpal Adjie yang sangat periang ini kembali membuat wnaita tua itu tergelak. Jingga hanya mencubit pelan Adjie setelahnya. Mereka terus berjalan kaki hingga perlahan mentari semakin terik dan netra mereka melihat sebuah mobil asing melintasi mereka dengan sangat kencang.  "Itu mobil yang memiliki plat khusus yangs ama yang kuingat!" ucap Adjie kepada Jingga berbisik pelan. "Dan entah kenapa, ra
Read more
Kita Harus Pulang
Badai melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.Setelah pria itu pergi, Jingga kemudian merasa sangat pusing sekali."Sayang kamu kenapa?" ucap Adjie kepada Jingga."Mas, rasanya pusing sekali." ucap Jingga.Adjie kemudian menyeduhkan teh manis untuk istrinya. Namun saat Adjie kembali, dia justru tercengang melihat istrinya tengah bersiap."Kamu mau kemana sayang?" tanya Adjie."Mas, kita harus pulang." ucap Jingga sambil terus merapihkan barang-barang pentingnya dan memasukkannya ke dalam mobil."Maksudmu?" tanya Adjie kebingungan.Jingga kemudian mengingat sesuatu saat tadi Badai pergi. Sebuah logo di belakang mobil Badai yang bertuliskan Prahara Group entah kenapa membuat Jingga mengingat beberapa hal secara terpisah.Ibarat sebuah puzzle maka dia baru saja menemukan beberapa keping puzzle inti yang mungkin akan mempermudahnya menyusun semua kepingan lainnya yang tersisa."Sayang kau yakin?" tanya Adjie yang a
Read more
Ikut Kami Ke Arshan Pallace
Frans tengah berkumpul di teras rumahnya yang sangat luas dengan dekorasi taman vertikal setinggi tiga meter yang dilengkapi dengan air terjun. Duma dan Sharena kedua wanita yang kini tengah hamil besar itu pun nampak sangat tercengang. Lain halnya dengan Alkala, anak lelaki ini justru nampak sangat nyaman dan langsung menyambut kedatangan Jingga dengan sangat hangat. Langkah Jingga sangat tertahan, namun kakinya yang berat terpaksa diseretnya untuk tetap berjalan. Entah kenapa, bola mata anak laki-laki yang kini menggandengnya itu membuat Jingga seolah teringat sesuatu. Sambutan kikuk dan sangat canggung dari Frans menunjukkan betapa pria itu masih belum bisa melupakan wanita didepannya ini bahkan setelah waktu menjeda keduanya sangat lama. "Namamu sangat cantik Nyonya, seperti senja yang sangat kusukai." ucap Alkala yang sangat menyambutnya sambil mengecup lengan wanita ini berulang kali. 'degg' Jingga merasakan kepiluan sang
Read more
Masa Lalu Keluarga Prahara
Canggung dan sangat bingung.Itulah yang kini dirasakan oleh Jingga dan Adjie. Terkuaknya riwayat kelam keluarga Prahara, menyeret Jingga dan Adjie dalam situasi yang penuh emosional.Arshan, memiliki seorang adik laki-laki yang dinyatakan hilang ketika mereka berlibur. Dan ternyata, adik laki-laki yang selama ini dicari diam-diam oleh Arshan adalah Adjie.Dendam memenuhi wajah Adjie ketika membaca satu demi satu tulisan sang kaka di file word pribadinya yang berhasil Jingga buka."Kau tahu Ibu? Tuhan mengabulkan doa seorang pria muda sepertiku. Dan kali ini aku benar-benar merasakan kekuatan Tuha tersebut mengaliri hidupku." ucap Alkala sambil memeluk erat Jingga.Satu demi satu ingatan Jingga kembali dengan semakin cepat, kehadiran Alkala disisinya seperti magnet yang menarik dengan sangat cepat semua ingatannya itu.Kini, Jingga tak bisa banyak berkata meski akhirnya dia terpaksa harus menahan dirinya terhadap Adjie."Sayang sekali
Read more
Saat Jingga Mengingat Semuanya
Hari ini, setelah dua pekan lamanya Jingga mengurung diri di kamarnya bersama Adjie dan juga Alkala. Wanita ini semakin mengingat semuanya. Tanpa tersisa, ingatannya sudah benar-benar pulih. "Darma! Kalian sudah menyiapkan semuanya?" ucap Jingga kepada kepala pelayannya itu bertanya. "Sudah Nyonya, semua yang anda minta sudah disiapkan." jawab Darma. Menggunakan hak penuhnya atas Prahara Group yang utuh miliknya dan milik Alkala, sebuah surat dilayangkan oleh Jingga kepada Thompson and Co yang langsung menjawabnya dengan mengirimkan dua utusannya dua hari lalu. Dengan didampingi kedua utusan perwalian hukumnya, Jingga membuat banyak perombakan di dalam Prahara Group termasuk menggeser kedudukan Badai dan Frans dari posisinya saat ini. Dan hari ini, semua surat sudah selesai dilegalkan, Darma akan mengantarkan semuanya ke Prahara Group. "Jingga, kau sudha yakin?" ucap Adjie kepada istrinya itu. "Iya mas, akan lebih baik
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status