Semua Bab Rasa: Bab 11 - Bab 20
32 Bab
Chapter 11
Abian berjalan menuju kamarnya. Seperti biasa, Abian merasa kelelahan setiap kali selesai berinteraksi dengan orang lain. Dirinya pun memasuki kamarnya yang hening dan sepi. Tak ada siapapun selain dirinya sendiri di kamar itu. Sembari mengistirahatkan tubuhnya, pikirannya memaksa Abi untuk memikirkan pertanyaan yang ustadz ajukan padanya di kantor guru tadi. Bukan hal yang mudah bagi Abian untuk memutuskan sesuatu. Pasalnya, anak ini biasa di bantu oleh orangtuanya dalam membuat suatu keputusan, hingga saatnya tiba Abi harus mampu membuat keputusan sendiri. Memang tawaran yang menarik, jarang sekali rasanya Abian mendapat tawaran untuk menjadi perwakilan kelasnya di suatu lomba. Ditambah, Abian adalah sosok yang sangat risih dengan keramaian. Ia tak mungkin sanggup tampil di depan umum, rasanya sangat mustahil.  “Tapi, kalo saya tolak tawaran ustadz tadi juga sayang,” ujar Abian dalam hati. Dalam lamunannya, pikiran Abian sebenarnya sangatlah berisik, banyak topik yang
Baca selengkapnya
Chapter 12
Hari itu adalah hari dimana para santriwan dan santriwati tidak ada jadwal belajar. Ini hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian murid, pondok pesantren Darul Haq mengadakan lomba MHQ yang lombanya tersebut, bisa disaksikan oleh warga penduduk sekitar. Para santri yang mendaftar lomba, terlihat sudah siap bersaing antar kelas. Lomba ini di ikuti dari berbagai jenjang. Mulai jenjang SD – SMA. Namun, tempat dan waktunya yang berbeda. “Ayo, kumpul semua di Aula ya. Kelas 10,11,12 silahkan duduk yang rapi dan tidak ribut disana,” ujar ustadz memeberi arahan untuk seluruh santriwan. Abian benar benar gugup saat itu. Ia mencoba tenang, namun sayangnya pikirannya membuat Abian kehilangan rasa percaya diri. Tubuhnya berkeringat, ia merasa sedikit sesak, dan perutnya pun sedikit sakit. “Baik ustadz,” jawab para santriwan yang tengah bergerombol secara bersamaan. Abian menyendiri berada di barisan paling belakang. Napasnya tak beraturan.
Baca selengkapnya
Chapter 13
“Mumtaz, Maa Sya Allah hafalannya lancar, pelafalannya juga udah tepat dan bagus. Silahkan, boleh menuruni panggung,” ujar salah satu juri memuji Abian. Sungguh luar biasa, Abian berhasil menaiki panggung dan turun tanpa komentar dari sang juri. “Maa Sya Allah,”“Wah, Maa Sya Allah Abian!” “Keren Abian! Barakallahu fiik” timpal teman temannya yang lain ikut memuji Abian. Meski terlihat sebagai anak yang dingin dan sulit sekali untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, namun nyatanya Abian memiliki kemampuan di bidang lain yang belum tentu dimiliki semua anak. Abian menuruni tangganya dan kembali ke tempat duduknya semula. Napasnya sangat lega. Memang dirinya belum cukup tenang, tapi setidaknya dadanya sudah tak sesak seperti sebelumnya. Tubuhnya sangatlah bergemetar ia tak peduli bagaiman akondisi wajahnya, namun terlihat memang sangat pucat. “Wih abangmu
Baca selengkapnya
Chapter 14
“Suara Abi kok masih terngiang - ngiang smapai sekarang ya, Kyra gak biasanya kayak gini,” ucap Kyra dalam lamunannya. Gadis itu sangat menyukai suara Abian, bahkan suara Abian sampai saat itu masih terngiang – ngiang dalam pikirannya. “Kyra!!’ panggil seseprang membuat Kyra terkejut. Kyra menolehkan kepalnya mengecek siapakah yang datang menghampiri. “Eh, iya kenapa Aya? Ngagetin aja ih.” fokus Kyra terbuyarkan. Gadis itu bangun dari duduknya yang nyaman. “Cieee, lagi mikirin siapa sampe ngelamun ngelamun gitu?”Ataya mendeketadi Kyra dan sedikit meledeknya. Ataya melihat Kyra yang sejak kemarin seringkali berdiam diri dan melamun. Tentunya aneh, Kyra sosok yang dikenal sangat ceria justru kini diam seribu bahasa. ““Ah, ng-nggga papa kok. Kenapa emang Aya? Kayaknya muka muka seneng banget tuh kamu. Kenapa hayo?” Kyra memperhatikan raut wajah Ataya yang terlihat gira
Baca selengkapnya
Chapter 15
“Kyra, Kyra!” panggil Aya dari arah belakang. Aya meihat Kyra yang tengah mengobrol dari kejauhan. “Kyr, mau temenin Aya gak?” Aya menghampiri tempat Kyra. Ia berniat meminta Kyra menemaninya ke suatu tempat. Entah kemana.“Apa? Mau kemana?” Kyra terkejut sambil menolehkan kepalanya. Dari raut wajahnya, sepertinya Kyra mood Kyra masih kurang baik. “E-eh, gak papa. Kita ke taman yuk, udah lama tau gak ke taman. Mumpung hari ini free, kita main main aja di taman.” Ataya sedikit menggaruk lengan tangannya, ia ragu mengajak Kyra untuk bermain. Sepertinya, memang Kyra sedang tak baik baik saja. Ia tak taerlihat ceria seperti biasa. “Ayo, tapi bentar, Kyra mau bawa ini ke kelas dulu,” jawab Kyra menyetujui ajakan Aya. Dirinya membawa tumpukan buku catatan yang harus segera di bagikan ke teman temannya. “Oh, oke. Sini, biar Aya bantuin,” Ataya mengambil sebagia
Baca selengkapnya
Chapter 16
Siang hari di kamar yang sunyi, para santriwati tengah nyenyak tidur siang diatas ranjangnya masing masing. Ataya tak bisa tidur tenang siang itu, ia merindukan ummanya yang sudah lumayan lama mereka tak bertukar cerita bersama. Sejak Abian tinggal di pondok pesantren bersama Aya, umma baru menjenguknya satu kali, keduanya belum berjumpa kembali setelah waktu itu. "Umma kapan ya, jenguk Aya sama abang di pondok, gak kangen apa?" Gumam Aya dalam hati. Sesekali ia memperhatikan kondisi sekeliling kamarnya, melihat teman-temannya terlelap tidur. "Ayaa...," bisik seseorang entah dari arah mana. Lampu kamar saat itu dimatikan. Aya tak bisa melihat jelas siapa yang tadi memanggilnya dengan suara berbisik. "Shttt, Ayaa...," Kyra melambaikan tangannya memberi isyarat bahwa dirinya yang sedari tadi memanggil. "Eh, Astaghfirullah. Ngagetin!" Aya menyentuh pelan dadanya, ia terkejut seseorang memperhatikan dirinya tadi."Ya maaf, kok b
Baca selengkapnya
Chapter 17
"Baik bu, boleh istirahat dulu di asrama. Abian dan Ataya juga boleh temu kangen dulu dengan ummanya," ujar omah sembari menjulurkan tangan ke arah pintu keluar. "Terimakasih banyak, omah. In Sya Allah saya gak lama kok, mungkin sore udah pulang lagi karena ada janji juga. Kalo gitu, saya dan anak-anak permisi, Assalamualaikum." sosok perempuan dengan gamis biru tua itu meninggalkan ruangan diikuti dengan kedua anaknya, Abian dan Ataya. Sementara Kyra, ia memilih untuk kembali ke kelas, karena tidak ingin tertinggal pelajaran di hari tersebut. "Kenapa dari tadi dag dig dug sih? Gak ada yang perlu di takutin padahal. Tapi, Alhamdulillah sekarang jauh lebih tenang," bisik Kyra dalam hati. "Ah, canggung! Tadi itu, Kyra canggung. Emm, tapi gak juga, gak ada yang perlu dibuat canggung. Emang kondisinya aja kali yang bikin tegang." Kyra mulai memasuki gedungnya. Ia mencoba menolak untuk terlihat gugup setelah pulang dari ruangan tersebut. Hal yang an
Baca selengkapnya
Chapter 18
Hari semakin hari dilalui oleh para santri pondok pesantren Darul Haq. Tak terasa, kini sudah berada di penghujung semester, tak lama lagi mereka akan masuk ke masa yang menegangkan. Kyra merasa aneh akhir-akhir ini. Ia merasa ada perubahan dari teman-teman disekitarnya. Rasanya, semakin kesini, semuanya mulai menjauh, tapi tak paham karena apa. "Alma, punya rangkuman materi biologi? Kyra boleh pinjem? Mau liat rangkumannya, Kyra bingung mana aja yang harus dipelajari," ujar Kyra mengunjungi salah satu meja temannya, Alma. "Gak ada, belum bikin." Dengan singkat, teman itu meninggalkan mejanya dan memilih singgah di tempat lain. "O-o-oh, makasih." Kyra gugup dan terdiam. Biasanya, Alma terlihat ceria dan sangat ramah, tapi akhir-akhir ini berbeda. "Naya, udah buat rangkuman biologi kah?" Tanya Kyra pada temannya yang lain. "Belum," jawab Naya jelas, singkat dan padat. Naya memang tengah sibuk menulis dan mengotori kerta
Baca selengkapnya
Chapter 19
"Baik, silahkan ditutup bukunya, masukkan di dalam lokernya masing masing. Tidak ada buku di meja ya nak," ucap ustadz yang mengawasi pelaksanaan ujian akhir kelas 12. Hari itu, adalah hari pertama dilaksanakannya ujian akhir semester. Tak terasa, kini Abian sudah berada di penghujung semester. Tak lama lagi, dirinya akan lulus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah satu minggu sebelumya dipersiapkan, Abian siap melaksanakan ujian di hari itu. "Silahkan dikerjakan, jangan lupa berdo'a, kerjakan dari soal-soal yang mudah terlebih dahulu," jelas ustadz. Kondisi kelas menjadi sangat hening. Semuanya memfokuskan perhatian pada lembar ujian yang ada di atas meja masing masing. Mata pelajaran yang diujikan hari itu adalah Sirah Nabawiyah dan Matematika. Dua pelajaran yang cukup disukai Abian. "Waktunya masih tersisa banyak, silahkan kerjakan dengan teliti, tekun, dan bersungguh-sungguh, tidak perlu terburu-buru." Ustadz berjalan melalui
Baca selengkapnya
Chapter 20
Di pagi yang cerah, matahari mengintip dari sela jendela yang terbuka. Hari itu adalah hari kenaikan kelas sekaligus hari kelulusan bagi kakak kelas yang duduk di bangku terakhir jenjang SMA. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian santri disana, karena hari ini para wali santri dapat menjenguk dan berjumpa dalam susunan acara yang sudah di rencanakan hari ini.   "Deg-degan jujur, semoga nilai-nilainya gak ada yang merah ya. Semoga aja semuanya naik kelas," ujar Kyra. Kyra bersama teman santriwati lainnya berkumpul di ruang tunggu, menunggu orangtua mereka bertemu ustadzah di kelas.   "Aamiin. Pesimis sih, tapi Bismillah aja. Kemarin pas ujian gak serius, ngeri nilainya juga gak serius." Ataya merapikan rambut-rambut kecil disekitar hijabnya.   Satu persatu santri yang tengah asyik menunggu, dihampiri oleh orangtuanya dengan sebuah rapot di tangan kanan kemudian menuju ke aula tempat berlangsungnya acara pelepasan santri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status