All Chapters of Pewaris Tahta Kerajaan : Chapter 121 - Chapter 130
133 Chapters
121. Jundaka dan Anak Buahnya Bergabung dengan Senapati Lintang
Beberapa saat kemudian ....Senapati Lintang dan yang lainnya mulai merebahkan tubuh mereka. Setelah mereka berbincang panjang hingga tiba di waktu tengah malam. Pada akhirnya, rasa ngantuk pun mulai melanda dan mereka langsung tertidur pulas di atas dedaunan yang menjadi alas mereka di dalam saung itu.Secara diam-diam, para perampok yang sudah lama melakukan pengintaian, perlahan mulai bergerak ketika mereka mengetahui bahwa orang-orang yang ada di saung itu sudah terlelap tidur.Perlahan, mereka mulai melepaskan tali yang mengikat di leher kuda-kuda itu."Jangan gaduh, takut mereka bangun!" bisik seorang pemimpin dari para perampok itu. "Kita berjalan perlahan saja! Jangan sampai mereka terbangun!" sambungnya.Namun, aksi mereka tidak berjalan dengan sempurna. Salah seorang perampok tersebut tiba-tiba saja jatuh dan mengerang kesakitan, karena kakinya menginjak duri.Mendengar suara erangan dari salah seorang perampok, maka sang senapati dan yang lainnya langsung terbangun dari ti
Read more
122. Tiba di Kuta Waluya
Setelah berbincang panjang, Senapati Lintang, Sami Aji, dan Saketi segera beristirahat. Mereka masuk ke dalam saung yang mereka bangun di tengah hutan tersebut. Sementara itu, dua prajurit pengawal, Jundaka dan ketiga anak buahnya memilih untuk tidur di luar saung.Pagi harinya ....Senapati Lintang dan rombongannya sudah kembali melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah desa yang ada di wilayah kerajaan Kuta Waluya.Mereka hanya berjalan kaki saja, sementara kuda-kuda itu, dituntun oleh tiga orang anak buah Jundaka yang berjalan di belakang."Kemungkinan, menjelang tengah hari kita akan tiba di sebuah desa yang masuk ke wilayah kerajaan Kuta Waluya," desis Senapati Lintang sembari terus berjalan mengikuti langkah Sami Aji."Apakah kita tidak akan mendapatkan banyak pertanyaan dari para prajurit kerajaan Kuta Waluya, Paman?" tanya Saketi lirih."Entahlah, Paman juga tidak tahu. Semoga saja, aman dan tidak banyak pertanyaan dari para prajurit kerajaan Kuta Waluya," jawab Senapati Lintang
Read more
123. Keramahan Ki Rustapa
Beberapa saat kemudian ....Saketi dan Sami Aji sudah kembali ke warung, tempat sedang beristirahatnya Senapati Lintang dan yang lainnya. Mereka kembali bersama dua orang pemuda desa dengan membawa empat ekor kuda berukuran besar yang mereka beli dari salah seorang warga yang ada di desa tersebut.Kuda-kuda itu, sengaja dibeli untuk diberikan kepada Jundaka dan ketiga anak buahnya, agra mereka tidak jalan kaki lagi dalam melanjutkan perjalanan menuju ke kademangan Duri Jaya.Tidak lama setelah itu, Senapati Lintang pun langsung mengajak Saketi dan yang lainnya untuk segera berangkat ke rumah Ki Rustapa."Salah seorang warga di desa ini meminta kita agar kita singgah terlebih dahulu di rumahnya. Kita harus ke sana sekarang, tidak enak jika kita tidak memenuhi permintaannya," kata Senapati Lintang."Apakah kediamannya orang itu jauh dari tempat ini, Paman?" tanya Sami Aji mengerutkan keningnya."Tidak, Raden! Itu rumahnya!" jawab Senapati Lintang meluruskan jari telunjuknya ke arah ruma
Read more
124. Salima Bersedia Menjadi Pengikut Senapati Lintang
Malam harinya, Saketi dan Sami Aji tengah berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang tidak lain adalah cucu Ki Rustapa sang pemilik rumah tersebut.Pemuda itu adalah Salima, dia banyak bercerita tentang kehidupan warga desa tersebut kepada Saketi dan Sami Aji. Sulima bercerita tentang kehidupan warga desa itu yang kurang perhatian dari pemerintah kerajaan Kuta Waluya."Jika saja aku mendapatkan kesempatan dari pihak kerajaan Kuta Waluya untuk menjadi seorang punggawa. Maka dengan tegas aku akan menolaknya," ujar Salima."Kenapa seperti itu? Bukankah menjadi seorang punggawa kerajaan adalah impian setiap orang?" tanya Saketi mengerutkan keningnya."Iya, tapi itu bukan impianku. Aku sudah kecewa dengan sikap sang penguasa kerajaan ini," jawab Salima lirih."Apa alasannya, Salima?" timpal Sami Aji buka suara. Keningnya mengernyit ketika memandang wajah Salima."Pemerintah kerajaan ini sungguh tidak bijaksana dalam mengelola kerajaan ini, buktinya desa kami ini tidak pernah mendapatkan
Read more
125. Ki Rustapa dan Salima Akhirnya Mengetahui Identitas Para Tamunya
Apa yang ada dalam benak sang senapati, ternyata senada dengan apa yang dipikirkan oleh Saketi dan Sami Aji. Mereka khawatir jika Salima dan Ki Rustapa tahu tentang jati diri mereka yang sesungguhnya. Sudah barang tentu, keduanya akan kecewa dan bahkan akan melaporkan semuanya kepada pihak prajurit kerajaan Kuta Waluya.Meskipun seperti itu, Senapati Lintang pun akhirnya tetap mengizinkan Salima untuk ikut bersama rombongannya. Senapati Lintang sudah memiliki rencana, dirinya akan mengatakan hal yang sebenarnya kepada pemuda itu ketika mereka sudah tiba di kademangan Duri Jaya.Dengan raut wajah berbinar-binar, Salima kemudian berkata kepada Senapati Lintang sembari merangkapkan kedua telapak tangannya."Bagaimana, Paman. Apakah Paman mengizinkan aku untuk ikut bersama rombongan ini?" tanya Salima penuh hormat.Dari raut wajahnya terpancar asa yang begitu besarnya. Dia sangat berharap agar Senapati Lintang menyetujui keinginannya itu.Setelah mempertimbangkan semuanya, maka Senapati L
Read more
126. Ketangguhan Jundaka
Senapati Lintang dan semua yang ada di tempat tersebut, mengerutkan kening. Mereka merasa heran dengan sikap pemerintah kerajaan tersebut. Mengapa tidak menghukum Sukara yang sudah jelas telah melakukan tindakan melawan hukum."Ada apa dengan Sukara? Kenapa pihak pemerintah kerajaan tidak menjatuhi hukuman untuknya, Ki?" tanya Saketi mengerutkan keningnya menatap wajah pria senja itu."Entahlah, kami pun tidak mengetahui alasan tersebut. Namun, yang paling membuat kami kecewa adalah, Raja justru menjadikan Sukara sebagai seorang punggawa. Meski pada akhirnya, di dipecat karena sudah melakukan kesalahan besar."Apa yang dikatakan oleh Ki Rustapa tentang Sukara memang senada dengan apa yang pernah dikatakan oleh Jundaka beberapa hari lalu kepada Saketi dan yang lainnya.Tidak terasa, perbincangan mereka tiba di waktu tengah malam. Dengan demikian, Ki Rustapa langsung mempersilakan para tamunya itu untuk segera beristirahat.***Di tempat terpisah tepatnya di sebelah timur dari kediaman
Read more
127. Senapati Lintang dan Rombongannya Kembali ke Istana
Singkat cerita ....Senapati Lintang dan rombongannya sudah berhasil menangkap Sukara yang selama ini menjadi buruan pihak kerajaan Sanggabuana. Namun, ketika dalam perjalanan menuju pulang ke Sanggabuana. Sukara nekat melarikan diri, pada akhirnya dua prajurit pengawal dengan terpaksa melemparkan tombak ke tubuh Sukara, hingga penjahat itu pun tewas dan tubuhnya jatuh ke jurang."Tidak apa-apa dia tewas juga, yang terpenting keris ini sudah berhasil kita ambil," kata Saketi lirih sambil menggenggam sebilah keris pusaka milik Kyai Bagaswara.Keris tersebut akan dibawa ke istana, dan akan disimpan di museum kerajaan. Semua berdasarkan restu Kyai Bagaswara yang sudah menghibahkan keris pusaka miliknya kepada pihak kerajaan Sanggabuana."Dia nekat melarikan diri, karena takut jika tiba di istana akan dijatuhi hukuman mati oleh sang raja," kata Senapati Lintang."Benar, Paman. Sehingga Sukara nekat mengambil keputusan seperti itu," sahut Saketi.Beberapa hari kemudian ....Abdullah dan be
Read more
128. Jundaka dan Salima Resmi Menjadi Prajurit Sanggabuana
Di ruang utama istana, Prabu Erlangga sedang berbincang dengan Mahapatih Randu Aji dan juga para penasihat istana. Mereka sedang membahas tentang keamanan batas wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah kerajaan Kuta Waluya.Di wilayah tersebut setiap harinya sering terjadi penyelundupan barang-barang ilegal dari para penduduk kerajaan Kuta Waluya. Mereka masuk tanpa izin melewati jalur-jalur tikus yang ada di dalam hutan di sepanjang perbatasan.Mereka sangat cerdik dan pintar ketika melancarkan aksi mereka, sehingga pihak prajurit keamanan tidak dapat mendeteksi pergerakan mereka."Seharusnya, kita ini sudah membangun tembok raksasa sebagai pembatas wilayah kerajaan, agar para penyusup dari Kuta Waluya tidak mudah memasuki wilayah kerajaan ini!" ujar Prabu Erlangga di sela perbincangannya dengan para petinggi istana."Benar, Gusti Prabu. Saat ini memang sudah waktunya kita untuk membangun tembok raksasa di sepanjang perbatasan wilayah kerajaan Kuta Waluya," sahut Anggadita men
Read more
129. Bertemu dengan Burama
Sembilan hari berikutnya ....Prabu Erlangga bersama ratusan prajurit pengawal, sudah berada di wilayah kerajaan Randakala. Hampir satu pekan lamanya, mereka melakukan perjalanan dari kerajaan Sanggabuana menuju wilayah kerajaan tersebut.Perjalanan itu dimulai dari istana menuju kepatihan Kuta Gandok, kepatihan Waluya Jaya, dan terakhir masuk ke wilayah kerajaan Randakala melalui jalur timur kepatihan Waluya Jaya."Kita ini sudah masuk ke wilayah kadipaten Kunadapa," kata sang raja sedikit memperlambat laju kudanya. "Di masa lalu aku pernah berkelana di tempat ini, dan itu berlangsung hampir dua tahun lamanya bersama Paman Landuka," lanjut sang raja berkata kepada Senapati Lintang dan para prajurit lainnya.Tempat yang indah dengan panorama alam yang sungguh menakjubkan, memukau pandangan. Tampak bukit-bukit menjulang tinggi dengan pepohonan lebat menghijau menambah warna bagi keindahan alam di kerajaan tersebut, yang sebagian besar dihuni oleh suku yang sama dengan yang ada di keraj
Read more
130. Prabu Erlangga dan Rombongannya Tiba di Sebuah Desa
Prabu Erlangga hanya diam menyimak perbincangan para pengawalnya dengan pemuda tersebut. Ia khawatir jika terlalu banyak bicara, Burama tentu akan mengetahui tentang penyamarannya itu, sehingga Prabu Erlangga lebih memilih diam dan menyimak dengan santai penuturan dari pemuda desa tersebut."Apakah raja tidak bertindak tegas terhadap pihak yang bersekutu dengan pemerintah kerajaan Kuta Waluya?" tanya Senapati Lintang."Sang raja hanya diam saja, entah kenapa? Aku pun tidak mengerti apa yang ada dalam pikirkan sang raja. Seakan-akan, dirinya seperti bersembunyi di dalam terang," jawab Burama lirih."Kau jangan berprasangka buruk terhadap pemimpin kerajaan ini. Bisa jadi, itu semua dikarenakan adanya kesimpangsiuran, karena aku yakin bahwa pemimpin kerajaan ini sungguh menyayangi rakyatnya," timpal Senapati Lintang.Burama hanya tersenyum menanggapi perkataan Senapati Lintang. Lalu berkata lagi, "Ketika terjadi pertentangan yang menabur benih perpecahan, aku sebagai rakyat kecil lebih m
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status