Semua Bab MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU: Bab 41 - Bab 50
90 Bab
41. ANAK MIRANTI MENINGGAL
ANAK MIRANTI MENINGGAL“Om, bagaimana keadaan mamah?”Aku dikejutkan oleh suara amir. Kulihat Amir, umar, kakek dan neneknya berjalan menuju ke arahku.“Om belum tahu. Dokter masih berada di dalam ruang operasi. Belum ada statement apapun.” Jawabku. “Apa kalian sudah diambil darahnya?” tanyaku kembali.“Sudah Om. Aku dan kakak juga nenek. Darah kakek berbeda golongan dengan mamah.” Jawab amir kembali.Belum sempat mengambil posisi duduk, kami dikejutkan oleh dua orang perawat yang membawa bayi mungil. Kami menghentikan suster dan melihat bayi perempuan yang sangat cantik seperti mamahnya.“Suster, bisa saya menggendongnya? “ tanya tante parwati, neneknya umar dengan wajah berseri.“Maaf, bayi ini sudah meninggal. Kami harus segera memandikan jasadnya,” Jawab suster yang menggendong bayi.“Gak mungkin.” Tante parwati menan
Baca selengkapnya
42. SEMBUH
SEMBUHPOV FAJARSetelah memakan waktu sekian lama, operasi selesai dan berjalan dengan lancar. Walau tadi keadaan Miranti sempat kritis, tapi tetap terselamatkan. Karena kondisi yang belum stabil dan tidak sadarkan diri, dokter memutuskan untuk membawa ke ruang ICU. Jika dalam dua belas jam dia masih bertahan, artinya masa kritisnya terlewati. Jika dalam dua puluh empat jam belum tersadar juga, berarti dalam keadaan koma. Hanya keajaiban Tuhan yang bisa menyembuhkan. Dokter sudah berusaha melakukan yang terbaik.Lututku gemetar dan terasa lemas laksana tak bertulang. Hati terasa rapuh dan tak ingin kehilangan Miranti. Aku harus selalu berada di sampingnya dan menemani di masa-masa tersulit dalam hidupnya.Aku menunggu Miranti seorang diri. Om dan yang lainnya mengurus pemakaman sang bayi . Sedih yang kurasakan seolah mewakili perasaan si mawar jelek. Ku genggam erat jemarinya, lalu membisikan kata-kata penyemangat hidupnya.
Baca selengkapnya
43. PULANG KE RUMAH
PULANG KE RUMAH“Alhamdulillah ibu sudah sadar. Karena keadaan yang belum stabil, kami sarankan tetap di ruang ICU dulu. Nanti kalau sudah stabil bisa di pindah ke ruang perawatan.”“Iya dok, terimakasih.” Jawabku.Setelah selesai memeriksa Miranti, Dokter dan perawat keluar ruangan.Aku kembali duduk di dekat Miranti. “Hey, apa lo bisa ceritakan kejadian kemarin seperti apa?” tanyaku tak sabar ingin mendengar cerita lengkap dari sisi Miranti. Hal ini sangat penting sebagai dasar tuntutan kepada Arya dan keluarganya.Miranti menggelengkan kepala lemah.Aku menghela nafas. Diriku merasa bersalah karena sudah menanyakan hal yang sangat menyakitkan dalam kondisinya yang belum stabil. Manusia macam apa aku yang tega menginterograsinya di saat yang tidak tepat.“Oke, no problem. Yang penting kamu selamat.” Ucapku dengan senyuman.“Mana-bayi-ku? Dia ... lel
Baca selengkapnya
44. JIWA YANG TERGUNCANG
JIWA YANG TERGUNCANG  POV FAJAR “Meninggal? Jangan becanda dek.” Miranti mengguncang pundak yusuf dengan keras. Wajahnya yang semula bersinar berubah menjadi mendung. Kelopak mata mulai mengembun. Perlahan buliran bening saling berkejaran, keluar dari kelopak mata indah itu. Menggambarkan kesedihan yang luar biasa.Kutarik lengan yusuf untuk menjauhkan dari Miranti. “Mir, sabar dulu ....”“Apa yang kalian sembunyikan dariku?!” Miranti menunjuk ke arahku dan juga putra-putranya.Miranti beranjak dari ranjang dan mendekat ke arah umar dan amir.“Amir, umar, kenapa kalian diam saja? Jawab pertanyaan mamah?!” Miranti mengguncang bahu kedua putra yang terus menundukkan kepala, dengan keras.“Umar, bawa adik-adikmu keluar.” Perintahku kepada anak-anak Miranti.“Baik, Om.” Jawab Umar.“Jangan ada satupu
Baca selengkapnya
45. FAJAR MEMBERI MOTIVASI
FAJAR MEMBERI MOTIVASI “Aku sudah kehiangan anakku. Aku sudah kalah dari Arya. Mereka sudah berhasil membuat hidupku hancur. Bayi itu seharusnya bersamaku. Kenapa Engkau mengambil kebahagiaanku ya Tuhan.” Miranti memukul ranjang. Tangisnya makin menjadi.“Jangan pernah menyalahkan Tuhan. Tidak baik. Lo tidak kalah. Bahkan sudah jadi pemenangnya. Seandainya lo menyaksikan apa yang di lakukan oleh Amir dan umar, Lo pasti akan bangga pada mereka. Dengan gagah berani keduanya melawan orang-orang yang menganiaya dan berusaha mengubur lo hidup-hidup. Umar membalas seluruh perbuatan yang mereka lakukan padalo.” Aku tersenyum penuh kebahagiaan.“Oh ya? Apa mereka memukuli papahnya?” Miranti menatap wajahku dengan tegang. Terlihat ada sebuah kekhawatiran dalam ucapannya.“Tidak. Lo berhasil mendidik mereka dengan baik. Mereka tahu bagaimana caranya berbakti kepada orangtua. Karena itul
Baca selengkapnya
46. SALAH MENGARTIKAN RASA
SALAH MENGARTIKAN RASA POV MIRANTI Hampir tiga minggu telah berlalu. Keadaanku mulai membaik. Walau masih sering terasa nyeri pada perutku, tapi aku mematuhi aturan dokter dan rutin meminum obat, hingga membuatku cepat pulih. Rasanya sudah lama tidak merelaksasi diri. Kudatangi salon langganan untuk treatment wajah dan rambut. Sambil berusaha melupakan sejenak beban yang berada di pundak. Menikmati pijatan dari terapis membuat tubuh segar dan pikiranku menjadi tenang. Kembali menikmati indahnya dunia.Setelah beberapa jam, treatment sudah selesai. Kini wajahku semakin cerah. Sentuhan make up dan tatanan rambut dari tangan terampil membuat aku mengagumi wajah sendiri. Rasanya tak percaya ternyata wajahku bisa secantik ini. Aku merasa usia hampir sama dengan istri muda Arya. Aku tak kalah cantik darinya.Inilah kebodohanku. Kalau saja aku selalu berdandan secantik ini, pasti suamiku takkan mencari wanita l
Baca selengkapnya
47. RASA YANG DATANG TERLAMBAT
47.. RASA YANG DATANG TERLAMBAT POV MIRANTI Mataku mulai memanas  Tak kubiarkan airmata ini menetes di hadapan mereka.“Fajar, apa maksud perkataan wanita itu?”“Biar aku yang jawab. Sebentar lagi kami akan bertunangan dan segera menikah. Kau lihatlah ini!” wanita itu melempar sebuah kartu undangan yang hampir mengenai wajahku. Untung saja aku memiringkan wajahku sedikit. Kalau tidak, undangan yang cukup tebal itu pasti melukai wajahku.Undangan berwarna merah marun dengan dilapisi warna emas pada sisinya terkesan sangat mewah dan elegan. Jenis dan warna sama yang pernah kupilih saat aku hampir menikah dengan fajar dulu. Kenapa sekarang kartu undangan itu sama persis.“Siapa yang memilih undangan itu?” tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari undangan yang tergeletak di lantai.“Kenapa kau tanyakan itu?! Apa pentingnya untukmu?!” tanya perempuan itu denga
Baca selengkapnya
48. KURELAKAN KEBAHAGIAANMU
48. KURELAKAN KEBAHAGIAANMU  Pov miranti “Apa kau sedang berbohong?”“Aku tidak berbohong. Cintaku kepadamu tak pernah padam, bahkan hingga saat ini. Saat kau menderita bersama Arya, aku bahkan tak rela untuk membahagiakan diriku sendiri. Aku tak ingin menikah seumur hidupku. Dan wanita yang pernah singgah dalam kehidupanku, adalah pelarian untuk melupakanmu. Tapi sangat sulit untuk melupakan dirimu, Miranti. Dan kini, di saat aku akan menikah, cintamu kembali hadir. Dan itu simalakama untukku.”Aku menundukkan kepala. Terasa ikut larut dalam perasaannya. Pasti sangatlah sulit. Benar sekali ucapannya, aku sudah datang di waktu yang tak tepat. Saat kebahagiaan sudah di depan mata, aku malah menghancurkannya.Kuhapus airmata dan menenangkan hatiku. Fajar tak harus memilih, karena hanya ada satu pilihan. Aku bukan siapa-siapa dan tak layak bersanding dengannya. Kuputuskan untuk berpura-pura tak
Baca selengkapnya
49. MENGUNJUNGI ARYA
MENGUNJUNGI ARYAPOV FAJARSaat melewati lobby, kuhentikan langkahku sejenak, lalu menoleh ke arah Miranti. Dia berlari sambil menangis. Kutahu hatinya pasti sangat terluka saat aku mengusirnya. Itu juga kau sendiri penyebabnya, Kalau kau tak membuatku kesal, aku juga tak mungkin tega membiarkanmu pergi tanpa diriku.Kulepas lengan mila, lalu memegang pundaknya. “Mila, aku ada meeting mendadak. Bisa kau tinggalkan aku?” pintaku pada calon tunanganku itu.“Enggak bisa dong sayang. Kita harus segera fiting baju pengantin. Tante eva bilang gaunnya sudah jadi. Jangan ditunda terus. Belum lagi cincin pertunangan kita juga sudah jadi. Mana aku belum beli beberapa baju, ke salon dan .....”Aku segera mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompet dan memberikan kepadan Mila. Hanya itu yang dibutuhkan untuk menuruti keinginanku. Yang kutahu bahwa wanita di hadapan hanya mencintai hartaku saja. Aku tahu dia juga
Baca selengkapnya
5O. BERTEMU ARYA
5O..BERTEMU ARYASetelah melewati prosedur untuk membesuk, kemudian salah satu petugas mengantarku menuju ruang besuk. Petugas menunjukkan tempat duduk untukku dan di minta menunggu  sejenak.Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ada beberapa orang yang juga sama sepertiku yang sedang menunggu. Mereka membawakan makanan dan entah apalagi dalam dus. Mungkin mereka akan membesuk orang yang mereka cintai. Karena keterpaksaan mereka harus berpisah. Berbeda denganku. Aku tak membawakan apapun untuk Arya, kecuali dokumen yang akan kutunjukan padanya serta beberapa kertas yang harus di tandatanganinya.Terdengar derap langkah kaki yang berjalan ke arahku. Mengalihkan pandangan kearah suara. Aku melihat wajah Arya yang menunduk. Untuk apa dia menyembunyikan wajahnya. Apa dia merasa malu ataukah menyesal. Sayangn, penyesalan sudah tidak ada artinya lagi. Cintaku telah hilang dan terkubur bersama penghianatannya. Emosiku mulai tersulut saat mengingat penghianatan d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status