All Chapters of MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU: Chapter 51 - Chapter 60
90 Chapters
51. BERTEMU STEFANI
BERTEMU STEFANIDalam waktu setengah jam perjalanan, Aku sampai di lapas khusus wanita.  Menurunkan kaca mobil dan menatap kearah lapas. Malas sebenarnya untuk datang ke tempat ini. Namun aku hatus menemui wanita yang sudah menghancurkan rumah tanggaku. Aku ingin melihat keadaannya. Penasaran apakah dia masih bisa menyombongkan diri setelah merasakan dinginnya jeruji besi. Akankah keangkuhan menjadikan dirinya sebagai ratu di dalam sel ataukah menjadi bulan-bulanan para penghuni lapas wanita.Mengingat kembali apa yang sudah dilakukan olehnya membuat darahku naik. Aku tak punya waktu banyak. Masih banyak urusan yang harus diselesaikan, Segera turun dari mobil dan melangkahkan kaki menuju pintu lapas. Kembali aku mengikuti segala prosedur yang berlaku. Setelah selesai, seorang sipir cantik mengantarku menuju ruang tunggu. Tak sabar rasanya untuk bertemu dengan ratu baru dari Arya.Dari kejauhan kulihat seorang sipir yang membawa seora
Read more
52. KERAGUAN
KERAGUANPOV MIRANTIAku mematung sembari menatap kalender. Hari ini ulangtahun pernikahanku dengan Arya. Aku tersenyum kecut. Sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, tak pernah merayakannya. Arya terlalu cuek dengan urusan keluarga. Walau hanya sebentar saja, tak pernah meluangkan waktu untuk merayakannya. Jangankan hadiah, tepat pulang saja pada tanggal yang sama, tak pernah dilakukannya. Ah sudahlah, tak perlu dipikirkan lagi. Semua sudah berlalu.Kini fokusku bukan pada itu. 13-12. Hari ini fajar akan bertunangan dengan kekasihnya. Kulirik jam dinding yang ada di sebelah kalender, menunjukkan pukul sepuluh. Sudah cukup lama aku terdiam di sini. Memandangi kalender dan jam dinding bergantian. Keraguan menyelimuti hati. Tak ingin pergi kesana, karena hanya akan membuat bathinku tersiksa. Tak ingin menyaksikan orang yang kusayang bertukar cincin dengan wanita lain. Sakit hatiku pasti tak terobati. Lebih baik memtuskan untuk tidak datan
Read more
53. SURPRISE YANG TAK KUINGINKAN
SURPRISE YANG TAK KUINGINKANMIRANTIFajar mengangkat daguku hingga kami saling bertatapan. Sorot mata itu seolah ingin menghancurkan diriku. Aku takut. Lalu menundukkan kepala. Namun fajar kembali mengangkat daguku.“Tatap mataku dan katakan kau tak mencintaiku. Tak menginginkanku. Tak membutuhkan kehadiranku. Katakan sekarang juga miranti!”fajar menekan daguku dengan kasar. Aku hanya menggelengkan kepala. Memejamkan mata. Tidak berani menatapnya.“Fajar kau menyakitiku.” Aku mengeluh saat merasakan daguku yang sakit karena tekanan olehnya.Fajar melepas daguku dengan kasar. Aku menundukkan kepala. Kembali dia mengguncang pundakku.“Baik. Kalau itu keputusanmu. Jangan pernah menyesal.” Fajar melepas pundakku. Lalu menyodorkan kunci mobil. “Pulanglah.”Aku menengadahkan wajah. Menatap pria yang takkan pernah kumiliki. Wajahnya tak sedih lagi. Kini berubah menjadi
Read more
54. USAHA TERAKHIR
USAHA TERAKHIRFAJARMamah melepas pelukannya. Wajahnya bersimbah airmata. Aku menghapusnya dengan jemariku.‘Udah dong mah, jangan nangis. Malu. Aku minta maaf deh.”“Kau tidak salah. Mamah hanya sedih. Bertahun-tahun mamah menunggu moment ini. Kau akan melepas masa lajangmu. Itu membuat mamah bahagia. Akhirnya kau bisa mengubur luka lamamu. Mengenai biaya, itu menjadi urusan mamah. Kau tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Yang penting kamu bahagia.” Mamah menangkup pipiku denan kedua tangannya.Aku tersenyum dan mengelus lengan mamah. “Bagiku, yang penting kebahagiaan mamah.”“No. Kebahagiaanmu lebih penting. Untuk apa mamah bahagia, tapi tidak denganmu. Kau yang akan menjalaninya, bukan mamah.”“Apa menurut mamah, mila gadis yang tepat untukku?”“Kenapa kau tanyakan itu? Sudah jelas dia pilihan mamah. Pasti dia wanita terbaik untukmu
Read more
55. TAMU ISTIMEWA UNTUK MILA
TAMU ISTIMEWA UNTUK MILAFAJARMamah mengantarku hingga sampai di tempat yang sudah dipersiapkan untuk ijab kabul. Langkahku terhenti tepat di hadapan mila. Gadis licik itu menatap dengan senyum penuh kemenangan. Aku tak pernah mencintainya. Walau begitu dia sudah menggunakan hartaku hingga ratusan juta. Bukan aku tak mengerti kalau dia matre. Hanya perlu mengulur waktu untuk membuka kedoknya. Kalau bukan demi mamah, kuharamkan hartaku untuknya. Duit segitu tak ada artinya bagiku. Sama sekali tak ada penyesalan. Anggap saja untuk membuang sial.“Sudah, pandang-pandangannya diteruskan nanti saja.” Mamah menyubit lenganku dan menyadarkan dari lamuanan. Aku hanya tersenyum kecut menanggapi gurauannya.Menatap wajah mamah yang penuh kebahagiaan. Rasanya tak tega untuk membuatnya terluka. Mengecup punggung tangannya dengan penuh cinta. Lalu menatap wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda.“Mamah bahagia?
Read more
56. MEMBONGKAR KEDOK MILA
MEMBONGKAR KEDOK MILAFAJARMemperhatikan mila yang terlihat memarahi pria yang bernama Rio. Namun pra itu hanya menundukkan kepala. Tak ada sepatahkatapun yang terucap dari bibirnya. Padahal aku tahu persis. Kalau mila sedang marah, ucapannya tak terkontrol dan sangat menyakitkan. Pria itu hanya terlihat sesekali menghela nafas panjang sambil memejamkan mata. Terkadang mengurut dadanya.  Ini pasti sulit untuknya. Kemarahan mila yang meledak-ledak membuat siapapun yang berhadapan dengannya pasti ingin melayangkan tangan kepada wanita tak ber etika itu. Penghuni kebun binatang pasti keluar dari mulut kotornya.Mila menyerobot microfone yang berada di tangan Rio, lalu menyuruh pria itu pergi. Rio tidak pergi. Dia hanya mundur beberapa langkah.Mila mulai berbicara menggunakan pengeras suara. Aku ingin tahu apa yang akan di bicarakannya.“Tolong, jangan percaya apapun yang akan dikatakan oleh pemuda itu! Dia hanya pe
Read more
57. BUKTI KEKUATAN DO'A
BUKTI KEKUATAN DO’AMIRANTI Tak tega melihat keadaan fajar. Dia begitu terguncang. Tak henti buliran bening terus mengalir dari kelopak matanya yang sembab. Setengah jam yang lalu kami tiba di rumah sakit. Tante farida langsung di bawa ke ruang IGD.Aku menemani fajar yang tengah mengalami duka yang mendalam. Dia sangat gelisah. Sesekali berdiri mencoba mengintip dari balik pintu yang tertutup rapat. Tak mendapatkan apa keinginannya dia duduk kembali. Berusaha mengintip, lalu duduk lagi. Begitu seterusnya. Selama perjalanan hingga saat ini, fajar tak pernah melepas tanganku barang sedetikpun. Genggaman tangannya makin erat. Walau terkadang aku merasakan sakit pada jemariku, tak mengapa. Rela hanya meringis menahan sakit. Saat dia bangkit, aku harus mengikutinya. Begitu pula saat dia duduk.Dokter keluar dari ruang perawatan dan mengabarkan kalau tante farida harus masuk ke ICU. Kesadarannya makin menurun. Tubuhnya memer
Read more
58. TAK BISA MEMAAFKAN
TAK BISA MEMAAFKANFajar masuk ke dalam ruang perawatan untuk menemui sang bunda tercinta. Karena pengunjung yang di batasi hanya boleh untuk satu orang, aku menunggu di luar bersama saudara fajar.Aku berdiri di depan pintu. Wajah tante farida sangat pucat. Beberapa selang infus dan berbagai alat bantu kesehatan menempel pada tubuhnya. Monitor untuk memantau perkembangan jantungnya juga terlihat di sana. Ngeri rasanya membayangkan kalau berbagai alat itu terpasang pada tubuhku. Iih, aku mengedikkan bahu.Kenapa tante farida memalingkan wajahnya dari putranya. Padahal fajar dengan begitu bahagia menyambut kesembuhan mamahnya. Bahkan saat fajar menyentuh jemari wanita lembut itu, selalu di tarik kembali. Pasti ada yang tak beres ini. Melihat ke sekeliling. Suster penjaga terlihat sepi. Kuptuskan untuk menyelinap ke dalam dan bersembunyi.Aku mengendap-endap dan bersembunyi di balik gordyn pembatas.. Memasang telinga dan berusaha unt
Read more
59. PENOLAKAN
PENOLAKANSaat aku merasa bimbang, tiba-tiba saja fajar menggenggam jemariku begitu erat. Aku membulatkan mata ke arahnya dan mencoba melepas jemariku. Namun genggaman tangan fajar makin erat.Tatapan fajar yang begitu tajam ke arahku membuatku makin gugup. Aku berusaha untuk menarik tanganku. Dengan menunjuk ke arah tante farida sebagai isyarat supaya dia melepaSku.Walau aku telah memberikan kode, pria songong itu tetap saja tak melepas jemariku. Sorot matanya begitu tajam menghunjam dada. Terlihat sangat serius. Tak ada wajah santai seperti tadi. Aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya.“Miranti, fajar. Kalian sedang apa?!”Sangat erkejut mendengar suara tante farida dengan nada tinggi. Seandainya ada cermin mungkin saja wajahku memucat. Ketakutan jelas tergambar di sana. Tak berani menoleh ke arah tante farida. Aku menundukkan kepala. Masih berusaha untuk melepas tanganku. Namun tetap saja usahaku tidak me
Read more
6O. KEPUTUSAN TERBERAT
6O. KEPUTUSAN TERBERATMIRANTIKuhentikan pelarianku di hamparan rumput. Tanah lapang ini akan menjadi saksi betapa hancurnya hatiku. Taman di area rumah sakit dalam keadaan sepi. Adzan magrib berkumandang, menandakan hari akan berubah menjadi gelap. Begitu juga dengan kehidupanku.Langkah terseok menuju masjid yang tak jauh dari tempatku berdiri. Aku ingin mengadu kepada sang pencipta. Namun kaki terasa berat untuk melangkah. Lunglai dan tak bertenaga. Mencoba kembali melangkah, tapi tidak berhasil. Tubuh terasa terpaku.Aku hanya bisa menangis. Kenapa garis hidup begitu kejam. Saat kebahagiaan menghadang di depan mata, tapi tak mampu kugapai. Tubuh berguncang. Membiarkan airmata menetes sesuka hati. Aku seorang diri. Tak ada yang akan melihatku sebagai wanita yang cengeng. Sedikit mengeraskan suara tangisan. Hati ini sangat lara.Suasana yang sepi dan mencekam, tak kupedulikan. Tak takut menghadapi apapun. Bahkan hantu bergentayangan sekalipun ta
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status