Semua Bab MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU: Bab 71 - Bab 80
90 Bab
71. KEMARAHAN MIRANTI
KEMARAHAN MIRANTI“Fajar,” Sapaku dengan menyentuh lembut kepalanya. Calon suamiku tersentak. Lalu menatapku dengan tidak percaya.“Kau sudah sadar? Maafkan, aku.” Pria yang kusayangi memelukku erat. Walau lirih isak tangisnya terdengar  di telingaku.“Fajar. Aku sudah tak punya rahim. Aku tidak sempurna lagi sebagai wanita.” memeluk erat tubuh lelakiku. Menumpahkan segala kesedihan. Aku sangat takut kehilangan dia. Pasti fajar akan meninggalkanku setelah ini. Tak mau melepasnya. Dia tak boleh pergi dariku.“Tenanglah. Semua akan baik-baik saja.” Jawaban fajar diluar dugaanku. Dia tidak marah ataupun terkejut. Seharusnya sebagai lelaki yang akan menikahiku, dia pasti sedih atau bahkan langsung pergi meninggalkanku.Namun sikapnya sangat tenang seperti tak terjadi apapun pada calon istrinya. Padahal hal ini sangat penting dalam penentuan langkah yang akan di lakukan. Bukank
Baca selengkapnya
72. KECEROBOHAN MIRANTI
KECEROBOHAN MIRANTI YANG TAK KUSUKAIMiranti tiba lebih dulu di kediamanku. Dia terlihat ragu untuk memencet bel. Berkali-kali tangannya terulur lalu di tariknya kembali.Sementara aku hanya bisa pasrah dengan keadaan. Selama ini kurasa sudah cukup berusaha melakukan yang terbaik. Namun seandainya takdir kembali tak berpihak kepadaku, aku ikhlas. Manusia hanya bisa berencana. Namun Tuhanlah sang penentu.Segera turun dari mobil dan menyusulnya.Kekasihku diam terpaku. Matanya tak berkedip menatap daun pintu yang tertutup rapat.Miranti pasti sedang berkecamuk dengan pikirannya. Bimbang dan ragu untuk melangkah atau tidak. Aku sangat memahaminya.Miranti tak menyadari kehadiranku. Dia masih terus memandang ke arah pintu.“Biar aku bantu memencet bel.”Saat mendengar suaraku, Miranti terperanjat. Dia sangat terkejut saat melihatku berada di balik punggungnya.“Fajar. Kau mengagetkanku.&rdq
Baca selengkapnya
73. RESTU MAMAH
RESTU MAMAHMembuka pintu kamar mamah yang tidak terkunci. Aku memberi kode kepada Miranti untuk tetap di sini. Dia mengerti dan menganggukkan kepala. Kuelus bahunya dengan lembut dan memberi untaian senyum manis. Setelah itu aku menutup pintu tapi tidak rapat. Sengaja melakukan supaya Miranti bisa mendengar percakapan kami.Sangat tidak baik kalau aku mengajak Miranti menemui sekarang. Keadaan yang kurang kondusif memaksaku untuk membiarkan Miranti di luar sendirian. Namun aku sudah meyakinkan dia kalau yang kulakukan ini demi kebaikan bersama.Menatap wajah sendu yang sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk. Aku merasa menyesal telah melukai hatinya yang suci. Bukan kebahagiaan yang kuberikan, tapi masalah yang tak kunjung usai. Wanita yang melahirkanku itu berhak untuk bahagia. Namun apa yang telah kulakukan untuknya. Hanya kesedihan dan luka yang selalu kutorehkan.Segera menghampiri mamah dan bersujud di kakinya.
Baca selengkapnya
74. ARYA KEMBALI
ARYA KEMBALITak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirku. Kecemasan akan keselamatan Miranti dan anak-anaknya benar-benar membuyarkan konsentrasi. Beberapa kali hampir saja mobil yang kukendarai menabrak pengendara yang ada di depan. Bahkan tetap melaju saat lampu merah menyala.Miranti tak berani bertanya apapun. Dia sangat mengerti kalau aku sedang ada masalah paling tidak suka di ganggu kalau bukan aku sendiri yang mengajaknya bicara.Menghela nafas panjang lalu membuangnya kasar.Bebasnya Arya menjadi ancaman yang paling menakutkan bagiku. Dia pasti bisa membalas dendam kepada Miranti melalui anaknya yang masih kecil. Mereka sangat menyayangi papahnya. Bahkan tetap saja mamahnya yang di salahkan saat mengetahui papahnya di penjara. Aku memakluminya, karena mereka masih anak-anak dan polos.Mobil yang kukendarai memasuki kediaman Miranti. Baru dua minggu calon istriku memutuskan untuk kembali ke rumah yang pernah di
Baca selengkapnya
75. IJAB KABUL
IJAB KABUL“Fajar! Jelaskan padaku kenapa Arya bisa bebas?! Apa anak buahmu tidak becus mengurus kasusnya?!” cecar calon mertua kepadaku saat tiba di rumah Miranti. Amarah tergambar jelas pada wajahnya. Beliau terlihat sangat gusar.“Sabar, Om. Tenang dulu.”“Bagaimana aku bisa tenang kalau lelaki itu bebas! Keselamatan anak dan cucuku terancam! Ngerti gak sih kamu?!” pria paruh baya ini mengguncang bahuku dengan kuat membuatku merasakan sakit.“Lebih baik, kita bicara di depan saja.” Pintaku kepadanya. Tak ingin anak-anak Miranti yang baru saja tiba bersama kakek dan neneknya mendengar percakapan kami. Kulihat Miranti sudah menghapus airmata dan berusaha tersenyum di depan yusuf dan malik. Berusaha tegar di depan mereka.“Baiklah. Mir, bawa anak-anakmu masuk. Ingat, jangan biarkan mereka keluar rumah sendiri! Kau mengerti?!”“Iya. Ayah.” Jawab Mi
Baca selengkapnya
76. BERPINDAHNYA ASSET MILIK MIRANTI KE TANGAN ARYA
BERPINDAHNYA ASSET MILIK MIRANTI KE TANGAN ARYABugg. Satu tendangan Umar mendarat di tubuh Arya hingga pria itu terjungkal dan mengerang kesakitan.“Umar! Cukup! Jangan lakukan lagi, nak!” aku mencoba mengingatkan putra Miranti yang sangat pemberani. Di usianya yang masih remaja, sangat mudah tersulut emosi.“Hentikan Anak muda! Atau kau siap untuk masuk penjara!” pria bernama Handoyo mengancam umar.“Aku tak takut dengan ancamanmu! Kalau kau membela papah, aku juga tak segan melakukan hal yang sama terhadapmu!” anak itu tak takut dengan ancaman siapapun. Bahkan dengan beraninya dia mengancam orang seperti Handoyo.Tapi kenapa justru aku yang merasa takut. Pria seperti Handoyo bukan untuk bermain-main dengan umar. Apalagi kalau dia tahu bahwa umar adalah cucu dari Om Dirwan. Sudah pasti pria itu akan meloloskan ancamannya.“Ow. Jadi kau anaknya Arya?! Kau cucu dari si keparat
Baca selengkapnya
7O. MENGALAH UNTUK MENANG
7O. MENGALAH UNTUK MENANGAku benar-benar muak melihat adegan drama yang membuat istriku terluka. Aku harus seGera mengusir Arya beserta komplotannya.“Pergi kalian! atau aku panggil polisi untuk menendang kalian semua dari sini!” ancamku dengan amarah yang membuncah. Aku takkan membiarkan orang yang sudah membuat istriku terluka melenggang begitu saja.“Dan kau Arya. Aku takkan tinggal diam karena penipuan yang kalian lakukan. Tunggu saatnya, aku akan membuatmu membusuk di dalam penjara. Pergi kalian dari hadapanku!” aku menunjuk pintu keluar. Gigiku gemerutuk menahan amarah. Dasar manusia-manusia laknat. Umpatku dalam hati.“Kau yang harus pergi dari rumahku, Fajar! Aku akan memberi waktu kepada kalian selama satu jam untuk mengemasi barang-barang kalian! ingat. Hanya satu jam. Tak lebih!” perintah Arya dengan seenaknya. Jelas saja membuatku gerah.“Tidak! Sampai matipun, aku takkan pergi dari rumah ini!
Baca selengkapnya
78. RUMAH IMPIAN
RUMAH IMPIANMobil yang kukendarai memasuki rumah mewah yang sudah dipersiapkan jauh sebelumnya untuk istriku. Tak mengira jika jodoh yang dipilihkan oleh sang pencipta adalah wanita yang dua puluh tahun lalu mengikat hatiku dengan cintanya.Seluruh konsep sama persis dengan yang Miranti inginkan dahulu. Cat warna putih dipadu dengan kuning emas adalah impiannya jika kelak kami punya hunian pribadi. Rumah tiga lantai bergaya mediterania dengan satu satu kubah besar menjulang tinggi juga sangat di idamkan oleh wanita yang telah resmi aku persunting. Semoga saja dia takkan kecewa dengan kadi istimewa yang kuberikan untuknya.“Ayo, sayang, kita turun.” Mengajak istriku dengan sukacita. Bayangan akan kebahagiaan istri saat mendapat kejutan yang akan kupersembahkan untuknya, membuatku sangat bahagia.Ekor mataku menangkap ekspresi datar dari wanita yang duduk di samping. Tak ada respon apapun yang keluar dari bibir mungilnya
Baca selengkapnya
79. OTAK DIBALIK KEMATIAN SUAMI NINDY
OTAK DI BALIK KEMATIAN SUAMI NINDY“Halo, Boss. Halo ....”Membiarkan panggilan tetap berlangsung tanpa merespon apapun. Aku tak boleh seperti ini. Pasti Tuhan akan memberikan jalan. Yang penting ada di pihak yang benar, aku takkan mundur.“Halo ... halo ....”“I-iya. Aku masih ada di sini. Tapi, bagaimana ini bisa terjadi? Apa dia sakit, atau ...?”tanyaku masih dengan tangan gemetar. Tak menyangka kuasa Tuhan yang begitu cepat membalaskan sakit hati istriku. Memang harus berhati-hati jika menyakiti seseorang.. Do’a orang yang tersakiti sangat mudah di kabulkan. Benar-benar membuat merinding.“Sepertinya dia keracunan. Lebih tepatnya diracuni.”“Yang benar? Bagaimana bisa kalian menyimpulkan seperti itu? Ingat. Jangan berbicara tanpa bukti!”“Dari hasil pemeriksaan di rumah sakit, terdapat racun pada darahnya. Kalau menurut saya, sepertinya
Baca selengkapnya
8. RENCANA BUSUK ARYA
8O. RENCANA BUSUK ARYAAku datang bersama istriku stefani. Benar-benar tak menyangka, orang sekuat pak Handoyo bisa dengan mudah di tangkap polisi. Dia pasti akan memarahiku habis-habisan karena tidak becus bekerja.Jantungku berdebar-debar. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Kalau Handoyo benar-benar diinyatakan bersalah, aku juga bisa kena.  Karena akulah yang mencari orang untuk berpura-pura sebagai kurir. Aku pikir dia pintar, tapi ternyata nol besar.Sebenarnya aku ingin lari dan tak mau datang kesini. Tapi bisa-bisa orangtua itu akan menyuruh orang untuk menghabisi nyawaku kalau aku tak memenuhi panggilannya. Uh, serba salah. Pokoknya apapun yang terjadi,  tak mau merasakan dinginnya lantai penjara lagi.Aku sudah bediri tak jauh darinya. Kaki gemetar. Untung saja tadi tak memperbolehkan stefani masuk. Kalau tidak, pria gendut itu pasti akan meminta istriku untuk menemaninya.Sebenarnya aku sangat menyesal menerima bantuannya yang p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status