Semua Bab Pemuda yang tidak terduga: Bab 131 - Bab 140
154 Bab
BAB 131
“Gila, tampang miskin , pemilik hotel, salut.’ Jackie hanya terdiam, menyesal tadi telah menghina dan terlalu sombong. “Jackie, katanya teman karib, ha… ha… ha… kena batunya kamu.” “Gila, menantu sampah, pecundang itu bisa kaya ya, hebat istrinya.”  “Menyesal kita tadi menghinanya, coba kalau dia bisa baik sama kita, mungkin gratis malam ini, Oh ya, katanya sih, kalau ada yang tahu siapa nama asli pemilik hotel ini , bisa dapat gratis tinggal disini selama satu tahun.” Kata Widya antusias. “Jackie, kamu tahu nama boss kamu.”  “Tidak, tidak ada seorang juga yang mengetahui boss kita siapa? Juga nama aslinya. Coba kita tanya penjaga Lift ini, bagaimana kamu tahu nama
Baca selengkapnya
BAB 132
“Kakek, selama beberapa hari ini, Maureen tinggal disini ya, besok kakek mau melamar dia, bawa dia atau dia ditinggal?” Tanya Hendrik. “Maureen, kamu mau ikut atau mau tinggal disini?” Tanya Kakek Baskoro. “Terserah kakek, saya ikuti petunjuk kakek.” Kata Maureen. “Baiklah, saya rasa lebih baik disini saja, saya takut Stefanus mengincar Maureen, Kevin perketat pengawal yang menjaga di luar lantai ini, jika disini saya yakin semuanya terjaga.” kata Baskoro. “Mulai malam ini, Lift untuk umum tidak dapat naik kemari, hanya Lift khusus yang dapat kemari.” Kata Hendrik kepada Hans. Saat ini Hendrik menelpon Hans. “Ya, tuan muda, sekarang saya tutup aset itu.” kata Hans dengan patuh.
Baca selengkapnya
BAB 133
“Tuan muda , ada apa lagi? Kenapa Tuan Hans dan Bobby ada di keramaian?” Tanya Small sambil menjalankan mobil meninggalkan Hotel Hendrieta. “Tidak papa, hanya orang kaya usil, selalu ada waktu untuk menghina saya.” Kata Hendrik santai. “Lalu, apakah Tuan Muda memberi pelajaran kepada dia?” Tanya Small lebih ingin tahu. “Hmmm, saya cuma mengalihkan sahamnya untuk istri saya saja, urusan kecil itu. Sudahlah tidak usah diteruskan.” Kata Hendrik santai dan rumah keluarga Elisa juga terlihat. “Mobil , taruh di kantor saja, disini sudah ada mobil ayah.” Kata hendrik sambil turun dari mobil dan membuka kunci pintu. Sebelum membuka kunci , pintu sudah terbuka dan terlihatlah Stefanus dan Samuel bertolak pinggang di depan ayah da
Baca selengkapnya
BAB 134
Keesokan harinya, Hendrik bangun agak pagi dan dia membuatkan sarapan untuk semuanya dengan beberapa masakan andalannya. Terciumlah aroma masakan yang nikmat, masakan khas daerah smalldrop, yang membuat kakek Baskoro kesenangan dan berjalan ke dapur untuk melihat, siapa yang menyiapkan masakan itu. Kalau bukan penduduk asli Smalldrop, belum tentu bisa membuatnya dan ketika melihat Kevin, Hendrik dan Kaivan yang melakukannya , kakek bingung dan bertanya… “Kevin, Kaivan, jika kalian dapat membuat masakan itu, Kenapa selama ini kalian tidak memasakkan untuk saya selama disini?” Tanya Kakek dengan mencela. “Maaf, kek, kami tidak dapat memasaknya, ini semua yang masak adalah Hendrik?” Kata Kevin menjelaskan. “Hendrik? Kapan d
Baca selengkapnya
BAB 135
Kakek Baskoro pergi ke rumah Kakek dan Nenek Layran di kota Samwell, yang merupakan orang yang terpandang di kota ini, biarpun tidak sekaya Nicken dan Snowander.Ketiga kakek itu yaitu Kakek Layran, Kakek Nicken dan Kakek Snowander adalah teman semasa mudanya, sebelum mereka menjadi ahli waris ketiga keluarga itu.Kakek Snowander adalah pemuda yang terkaya diantara semuanya dan mereka berdua bisa menjadi seperti sekarang ini adalah berkat bantuan Kakek Baskoro semasa mudanya dan mereka pernah berjanji akan menikahkan anak atau cucu mereka satu sama yang lain.Tapi saat anak mereka dewasa, mereka telah memiliki pasangan sendiri dan ketiga kakek itu menyerah lalu ketika anak atau menantu mereka hamil, mereka kembali berjanji akan menikahkan cucu mereka satu sama lain.Pada
Baca selengkapnya
BAB 136
Disaat yang sama, Hendrik meminta Elisa memberikan pakaian dan gaun untuk Amanda dan Elisa sendiri untuk beberapa hari selama tinggal disini. Dan Hendrik juga meminta Kevin mencari Hans untuk membuatkan kartu Debit gaji bulanan Hendrik untuk nanti Hendrik serahkan kepada Amanda. Hendrik juga memerintahkan John untuk memesan pakaian langsung dikirim ke istana untuk mereka masing masing. Jadi nanti waktu mereka pindah semua sudah tersedia. Untuk beberapa hari ini, Pakaian Benhard juga diantar ke hotel, sedangkan untuk Hendrik sendiri memang sudah tersedia disini sejak kakeknya tinggal disini. “Ibu, ini kartu gaji saya , Pin nya delapan enam kali, ini jika ibu mau, ‘ Kata Hendrik menaruh kartu Debitnya.
Baca selengkapnya
BAB 137
“Selamat datang para tamu terhormat pada acara pesta peresmian istana Puncak Gunung Berlian ini, saya Hans Wilson mewakili tuan rumah membuka acara peresmian ini.Istana ini resmi milik Tuan Muda Hendrik Snowander dan akan di huni oleh Tuan Hendrik , suami Elisa, mulai sekarang Tuan Hendrik akan menempati Istana ini beserta keluarga Elisa, berikut ayah dan ibu mertuanya.Istana ini telah diberikan untuk Tuan Hendrik sekeluarga oleh Tuan Muda Hendrik Snowander. Dan acara akan diteruskan oleh kakak saya John Wilson.” Kata Hans Wilson mengakhiri pidato pembukaannya. “Enak benar si pecundang itu memiliki majikan seperti Tuan Muda Hendrik Snowander, dasar penjilat dan pecundang miskin, sungguh tidak tahu
Baca selengkapnya
BAB 138
Selesai pesta, Elisa menghampiri kamar ibunya:” Ibu, jangan bertindak semaunya , Hendrik telah mengatakan dia siapa. Ibu jangan mencoba menekannya lagi, jika terjadi sesuatu dengan ibu karena ibu menekan dia, saya tidak bisa membantu.”  “Ya, saya tahu, saya akan berhati hati .” Kata Amanda. “Ibu juga jangan sembarangan bicara bahwa menantu ibu adalah Tuan Muda Hendrik Snowander, karena musuh Hendrik di luar istana ini sangat banyak, jika sampai ibu disandera, saya takut tidak ada yang menolong ibu.” Kata Elisa mengingatkan ibunya. “Ya,.” “Jangan takut Elisa, ayah akan selalu mengingatkan ibumu. Kamu istirahatlah, bagaimana pembagian antara kamu dan Maureen? Apakah kamarnya menjadi satu?” Kata Benhard. “Tidak, kamar
Baca selengkapnya
BAB 139
Keesokan harinya , mereka sarapan di ruangan perjamuan keluarga yang besar. Di Istana ini, memiliki dua ruangan untuk makan, jika hanya Hendrik sekeluarga, Hendrik hanya memakai ruangan yang kecil, tapi hari ini karena ada ayah ibu Elisa , kakek Baskoro dan kakek nenek Maureen jadi Hendrik menyuruh para pelayan menyediakan sarapan di ruangan makan yang besar. Hendrik duduk diujung meja dengan Elisa dan Maureen duduk di sebelah kanan dan kiri, diteruskan di sebelah Elisa ayah dan ibunya serta Elisabet dan Darren disebelah Amanda dan sebelah Maureen kakek dan neneknya. Kakek Baskoro duduk di ujung yang berhadapan dengan Hendrik. Karena selama ini Amanda dan Benhard memandang rendah Hendrik, maka pagi ini mereka salah tingkah sendiri dan menerima pandangan menghina dari
Baca selengkapnya
BAB 140
Di saat yang sama, di rumah kediaman Stefanus terjadi kericuhan dan jeritan jeritan yang tidak putus putus. “Hendrik kurang ajar, berani dia memperlakukan kita seperti ini, rumah apa ini? Begitu kecil dan kumuh.” Kata Stefanus marah. “Kamar saya juga begitu kecil, ranjangnya hanya pas pasan kami berdua, ayah keluarkan kartu debit kamu, mari kita ke mall, belanja kebutuhan dan perabotan, mana bisa kita memakai perabotan yang sederhana dan jelek ini.” Kata Samuel lagi. “Hayo, kita pergi, lihat ini ada pakaian yang belum dibuka, akan saya coba?” kata Merry mencoba gaun mahal Amanda dan ternyata muat. Lalu dengan bergaya, Merry memakai gaun itu dan mereka pergi dengan mobil yang tidak diambil oleh Hendrik, tapi mobil itu telah dipindah tangan ke Stefanus, sehingga kedepa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status