Semua Bab Korban Perceraian: Bab 31 - Bab 40
145 Bab
Mahkota Yang Terenggut
Bab31"Mengapa kau memilih pekerjaan kotor begini? Kata Asistenku, kau masih perawan."Ganesa menghela napas berat."Tuan, ini terlalu sulit untukku jawab.""Oh, baiklah."Bryan memiringkan badannya, memandangi wajah Ganesa, yang tengah menatap langit-langit kamar."Aku seperti mengenalimu sebelumnya."Ganesa menoleh ke arah Bryan, dia pun sedikit terkejut, ketika mata mereka bertemu."Tuan, bukankah Anda, yang pernah menolong saya.""Menolong bagaimana?""Kejadian di Bar. Saya yang ditendang seseorang, kejadiannya sekitar kurang lebih, lima bulan yang lalu. Saat itu, saya masih sangat kurus.""Oh. Iya, saya ingat. Itu kamu?" Bryan mengernyit, menatap Ganesa tidak percaya."Iya. Itu saya, seorang wanita yang selalu dihina saat itu.""Cepat juga kamu beruba
Baca selengkapnya
Kontrak 6 bulan
Bab32Semua bukti tentang perampasan rumah lama Zaki, ada di ponsel Maura.Zaki meremas ponsel dengan kuat, hatinya diliputi kemarahan. Mata Zaki pun ikut memerah, membayangkan tangisan Ganesa, yang terusir paksa dari rumah itu.Bahkan, Maura memiliki rekaman, video pengusiran Ganesa dari rumah itu.Hati Zaki berdebar kuat, kala melihat lelaki bodyguard itu begitu angkuh, dan meludah di samping anaknya begitu saja.Bahkan, disela video itu, terdengar jelas gelak tawa Maura, melihat Ganesa mengiba dan memohon, untuk tidak diusir."Bangsat," maki Zaki. Dia pun tidak kuasa membendung tangisnya lagi.Zaki menangis tersedu-sedu, layaknya anak kecil yang habis di marahi Ibunya.Zaki merasakan hancur hatinya kini, melihat betapa pilunya nasib anak gadisnya. Anak yang dia tidak tahu kini kemana? Bahkan Zaki bingung, harus kemana lagi mencari Ganes
Baca selengkapnya
Bertemu Gaby
Bab33Musik semakin kencang. Puncak malam mulai menyambut, riuh pengunjung di Bar pun semakin ramai."Hallo," sapa lelaki, yang mendekati Ganesa duduk.Ganesa mengenali jelas lelaki itu, lelaki yang pernah menghina dan meludahinya."Ya.""Perkenalkan, aku Kelvin," ucap lelaki itu, sembari mengulurkan tangannya untuk dijabat.Ganesa tersenyum, dan menyambut tangan lelaki yang bernama Kelvin itu. "Ganesa," ucapnya lembut."Nama yang cantik, bolehkah aku temani duduk?" Lelaki itu menawarkan diri."Silahkan," sahut Ganesa.Lelaki itu pun merasa senang dan duduk di dekat Ganesa.Mereka berbincang hangat dan Ganesa pun meladeninya dengan santai.Hingga suara seseorang mengejutkannya."Gaby," pekik Ganesa, terkejut melihat sosok adiknya, tengah asik menegak minuman keras, dipelukkan seorang laki-laki."Ada apa?" tanya Kelvin, yang melihat ekspresi Ganesa tiba-tiba menegang.Ganesa tidak menyah
Baca selengkapnya
Dendam Masa Lalu
Bab34"Sulit aku percaya, Gaby bisa melakukan semua ini." Ganesa membatin, dengan posisi duduk yang mulai tidak tenang."Hei. Ada apa?" Mendapati pertanyaan lelakj, yang ternyata datang lagi mendekatinya, Ganesa benar-benar tidak senang.Namun, dia pun tidak bisa menunjukkannya. Sebagai wanita penghibur, tersenyum adalah kewajiban Ganesa.Dan merayu, merupakan jurus andalan mereka pada pelanggan."Aku hanya merasa lelah," sahut Ganesa asal-asallan."Ngamar yuk!" Ajak lelaki itu."Maaf, aku belum bisa. Karena Mami hanya membolehkan aku untuk menemani tamu bersantai, tidak untuk ngamar.""Cih. Kamu yakin?" Lelaki itu nampak tidak suka, dengan penolakkan Ganesa."Kamu bisa hubungi Mami. Karena masalah bookingan, khusus aku, langsung ke Mami Ara.""Alah, ribet banget. Yuk ah," ucap lelaki itu, sembari bangkit dari duduknya dan menarik pelan lengan Ganesa."Maaf, aku nggak bisa," tolak Ganesa lagi. Lelaki yang m
Baca selengkapnya
Kemarilah.
Bab35"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Tante Ara pada Ganesa."Aku nggak apa-apa, Tan," sahut Ganesa."Yaudah, ayok ke kamar. Kamu bersiap-siap, nanti Boby akan jemput sebentar lagi," kata Tante Ara dengan sumringah."I--iiyaa," sahut Ganesa dengan perasaan gugup.Dia tidak menyangka, bahwa secepat ini, akan meninggalkan Retro. Ganesa memang tidak mengenali Bryan dengan baik. Namun dia berusaha menggantungkan harapan, demi bisa meninggalkan Retro.Bagi Ganesa, Retro adalah mimpi buruknya. Meskipun karena Retro, Ganesa kini menjadi sangat cantik.Namun tetap saja, Ganesa tidak ingin, menjadi wanita pengunyah rasa malu selamanya. Baginya, bisa keluar dari limbah dosa ini, adalah impiannya kini.Usai berkemas seadanya. Tante Ara pun mengantar Ganesa ke halaman depan, tempat Boby menunggu wanita itu sedari tadi."Lama banget sih, Bos gue sudah ngamuk dari tadi," keluh Boby, dengan wajah nampak kesal."Sabar napa si
Baca selengkapnya
Pertemuan Mereka
Bab36Ganesa mendekat dengan perlahan. Namun Bryan yang sudah merasa tidak tahan, pun menarik lengan Ganesa dengan paksa."Sakit," rintih Ganesa.Namun Bryan mengabaikannya dan membiarkan wanita itu terjungkal ke atas kasurnya."Lemah," gumam Bryan, sembari tersenyum remeh."Tuan, bisakah Anda memperlakukan saya dengan baik?" ucap Ganesa, sembari membalikkan badan, dengan satu tangan memegangi handuk yang melilit ditubuhnya."Saya memperlakukan kamu dengan baik atau tidak, itu adalah hak saya.""Memang lelaki semua sama," gumam Ganesa, sembari berusaha duduk."Apa katamu?" tanya Bryan, yang tidak suka dengan ucapan Ganesa tadi."Semua lelaki itu sama! Seenaknya dan kejam."Ganesa berkata, dengan tatapan menantang. Dia sudah muak bersikap lemah lembut.Bryan mendengkus. "Sana pergi, gunakan
Baca selengkapnya
Tatapan Tajam
Bab37"Bryan, siapakan dia?" Wanita itu bertanya dengan pelan ke Bryan."Bunda, dia Ganesa, calon istri Bryan."Ayah Bryan sangat terkejut, begitu pula dengan ketiga tamu nya malam ini.Wanita yang di panggil Bunda itu pun tersenyum."Cantik, ayo duduk," katanya lagi dengan ramah."Bryan, kamu sudah tahu, bahwa Nuna akan datang malam ini?" tanya Ayah Bryan, yang tidak suka dengan sikap anaknya kini."Tentu saja. Maka dari itulah, saya membawa wanita saya, untuk di kenalkan pada Nuna.""Bryan, maksud kamu apa?" Kini wanita yang bernama Nuna itu yang bertanya."Maksud aku, aku ingin kamu mengenal wanita baruku. Seperti dulu, ketika kamu mengenalkan aku pada Kelvin Bagaskara, lelaki yang menjadi pilihanmu," sahut Bryan, sembari tersenyum penuh arti.Nuna terdiam, dia tidak bisa banyak bicara.Bryan tersenyum, dan mengajak Ganesa duduk. Tatapan kedua orang tua Nuna, nampak sudah sangat tidak nyaman. Dan hal itu,
Baca selengkapnya
Bingung
Bab38"Ayah, jangan paksa aku! Aku tidak akan menikahi Nuna," tegas Bryan.Rakjasa menghela napas berat, kemudian beralih menatap tajam wajah Ganesa, yang sedari tadi diam menunduk."Ganesa, apa pekerjaan kamu? Orang tuamu punya usaha apa? Title apa? Dan kamu lulusan apa?" Sederet pertanyaan Rakjasa layangkan pada Ganesa.Ganesa kebingungan, harus menjawab bagaimana."Pertanyaan macam apa itu, Ayah?" tanya Bryan, dengan tatapan tidak suka."Jawab Ganesa," bentak Rakjasa, dengan suara bassnya. Membuat Ganesa sangat terkejut, begitu pula dengan Jelita, Ibunda Bryan yang sangat cantik, secantik namanya."Ayah," tegur Jelita lembut."Wanita ini nampak seperti orang bodoh. Ayah nanya dari tadi, tapi tidak ada satu pun jawaban darinya.""Ayah, jangan keterlaluan," kata Bryan."Ini bukan tentang keterlaluan. Ini faktanya. Kenapa harus wanita ini? Bahkan Nuna jauh lebih cantik, berpendidikan tinggi dan yang jelas, dari ke
Baca selengkapnya
Memasak untuknya
Bab39"Apakah kamu memang begini? Cuma bisa diam dan diam?" tanya Bryan, dengan nada tidak suka."Memangnya aku harus ngomong apa? Aku saja bingung. Bukan cuma ribet, semua yang terjadi di luar nalarku.""Setidaknya kamu ngomong, apa kek gitu. Kamu nggak bisu kan? Dihina Ayahku tadi saja, kamu tidak memiliki pembelaan sama sekali, dasar lemah.""Apakah aku harus melawannya? Untuk apa? Kamu pikir aku jagoan? Jagoan sekalipun mikir dua kali, untuk ngelawan orang tuamu.""Memangnya orang tuaku kenapa?""Menurutku, Ayahmu hanya lagi pusing. Setidaknya, dengan melampiaskan amarahnya kepadaku, akan mengurangi sesak di hatinya. Meskipun beban pikirannya tetap banyak.""Sok dewasa," cibir Bryan. Namun Ganesa kembali diam, tanpa ekspresi apapun.Sesampainya mereka di apartemen, Bryan dan Ganesa memasuki kamarnya masing-masing.Bryan merebahkan dirinya di atas kasur, sembari menatap langit-langit kamarnya.Bayangan wajah Nu
Baca selengkapnya
Marah
Bab40Bryan pun mencicipi masakan Ganesa."Enak banget, pinter juga nih orang masak. Lumayanlah, dapat babu+ pemuas napsu sekaligus," batin Bryan."Gimana, enak?" tanya Ganesa demgan polos."Biasa saja," sahut Bryan dengan acuh tak acuh. Namun lelaki itu, sangat lahap makannya.Ganesa hanya tersenyum tipis, tanpa banyak suara lagi. Mereka makan dengan diam, tanpa saling mengganggu.Usai makan, Ganesa begitu cekatan membersihkan piring kotornya."Besok saja, nggak usah malam ini kamu membersihkan nya.""Aku sudah biasa," sahut Ganesa, dengan tangan yang tetap sibuk membersihkan peralatan dapur dan piring kotor lainnya.Bryan hanya menghela napas, dan berjalan menaiki anak tangga."Dasar wanita, nggak ngerti banget apa? Libido gue naik ini," pekik Bryan dalam hati.Lelaki itu kembali merebah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status