Lahat ng Kabanata ng Dunia Baru Sagara: Kabanata 101 - Kabanata 110
124 Kabanata
Blurb Sagara II
Sagara Wirantama terpaksa menggantikan posisi pendekar Gara untuk mengalahkan musuh yang mengancam keselamatan raja Majapati. Rupanya penyakit yang diidap sang raja bukanlah penyakit biasa. Tak ada satu pun obat yang mampu menyembuhkannya kecuali bunga naga karsa. Bunga ajaib yang terdapat di pedalaman hutan larangan yang konon dilindungi oleh makhluk sakti nan kejam. Sagara yang tidak tahu apa-apa harus menghadapi mara bahaya dalam pertualangan mencari bunga naga karsa. Dia rela mempertaruhkan jiwa dan raganya demi kesembuhan sang Raja, masa depan Ambarwangi, dan yang paling utama adalah agar Sagara bisa kembali ke dunianya yang sudah lama ditinggalkan. *** Hola, teman-teman, ketemu lagi sama aku. Berhubung Season 1 Sagara sudah selesai mari kita lanjutkan pertualangan ini di Season 2 ya. Kita akan fokus di negeri Ambarwangi yang sering banget tuh disebutin pas Season 1. Gambarannya juga sudah sedikit diungkapkan ya pas season awal, di season 2 ini pasti kalian bakal lebih jauh lag
Magbasa pa
101| Setelah Seratus Hari
Larasati menatap nanar tubuh pria yang masih terbujur di atas tempat tidur. Matanya memejam rapat, hanya deru napas tenang yang terhela sejak tiga bulan lalu. Tak ada lagi tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa dia masih hidup. Berbagai cara telah dilakukan untuk membangunkan pria itu dari tidur panjangnya. Tabib-tabib andal didatangkan dari berbagai negeri semata-mata untuk tetap menghidupkan harapan agar dia segera siuman. Larasati dan teman-teman di perguruannya sudah kehabisan akal. Kekacauan terjadi di mana-mana sejak peperangan itu terjadi. Para pembelot semakin menggila, kejahatan mereka terus menjadi-jadi dan merasa leluasa karena satu-satunya petarung yang disegani dianggap telah gugur dan tak berdaya. Tentu saja Larasati tak pernah membiarkan para pembelot berulah di depan matanya. Ia dan teman-teman seperguruannya masih melakukan perlawanan meski tak sekuat sebelumnya.“Aku tahu kau suka bercanda, tapi sumpah Gara leluconmu kali ini sama sekali tidak lucu. Seratus hari ber
Magbasa pa
102| Jiwa yang Tertukar
Larasati dan Kumbara tidak tahu harus bagaimana menyikapi kondisi ini, baru saja merasa lega karena Sagara sadar setelah tiga bulan tak sadarkan diri namun ternyata masalah baru muncul. Pria yang menghuni raga pendekar Gara bukanlah sosok yang mereka kenal. Entah dari mana datangnya sosok itu, yang pasti mereka yakin Sagara yang sekarang bukan dari Ambarwangi. Dia layaknya makhluk yang datang dari dunia yang berbeda. Lihat saja bagaimana tingkah Sagara sekarang, dia sedang mengedarkan pandangan di halaman depan rumah. Menatap heran pepohonan tinggi yang mengelilingi bangunan kayu yang menyerupai pendopo itu. Sementara Larasati dan Kumbara berdiri memperhatikan Gara sambil diskusi serius. “Kau bilang apa tadi Laras, jiwa Gara tertukar dengan pemuda bernama Sagara Wirantama?” Kumbara memastikan. “Iya, aku pernah mendengar cerita serupa dari guru Mada.” “Cerita apa, yang mana? Kenapa aku tidak tahu, perasaan aku tidak pernah melewatkan kelas guru Mada sekali pun.” Kumbara merasa keti
Magbasa pa
103| Tertawan
Setelah selesai makan dan istirahat sebentar, Larasati dan Kumbara benar-benar melakukan niatan mereka untuk bercerita sejujurnya pada Sagara. Ketiga orang itu masih duduk di atas dipan, bersila melingkari alat makan yang isinya sudah tandas berpindah ke perut Sagara. Larasati yang paling vokal dalam momen ini, dia menjelaskan asal-usul dan alasan mengapa raga pendekar Gara bisa terbaring koma selama seratus hari. Sagara terkejut bukan main, ia masih enggan percaya bahwa dunia yang dihuninya saat ini bukan dunia tempat dia tinggal. Rasanya tidak masuk akal saja, bagaimana mungkin dia bisa terdampar hingga lintas dimensi?Semua cerita yang disampaikan Larasati dan Kumbara tidak ada yang bisa diterima akal sehatnya. Namun jika Sagara berpikir lagi, tempat ini memang sungguh aneh. Karena tidak kunjung percaya cerita Larasati, Kumbara sampai berinisiatif untuk mengajak Sagara jalan-jalan keliling desa. Namun Larasati melarangnya karena merasa Sagara belum siap untuk berkeliaran di luar. A
Magbasa pa
104| Kenapa Harus Aku?
“Lebarkan lagi kakimu, Gara! Sudah kubilang pasang kuda-kuda yang benar agar tumpuan tubuhmu kokoh!” teriak Kumbara setengah geram karena Gara benar-benar lamban saat menerima pelajaran darinya. “Aku tidak bisa! Mau berapa kali pun kau mengajariku, aku tetap tidak akan mampu untuk menjadi pendekar Gara yang sangat hebat itu! Di duniaku ... aku tidak pernah berlatih silat atau jenis bela diri lainnya. Aku ini seorang pecundang di sekolah!” balas Gara terpancing emosi karena sejak tadi dia sudah ingin menyerah namun Kumbara dan Larasati terus mendesaknya. “Selamban-lambannya pecundang, dia pasti bisa mempelajari dasar bela diri dengan mudah. Kau benar-benar menguji kesabaranku. Bukalah sedikit pikiranmu! Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri. Banyak nyawa yang sedang dipertaruhkan saat ini. Sampai kapan kau akan terus mengeluh dan menyangkal takdir, hah?!” sentak Kumbara sengit. Kumbara yang biasanya senang bercanda dan selalu tampil riang kini mulai menunjukkan emosi yang agak melua
Magbasa pa
105| Bisakah Aku Menyelamatkan Mereka?
Usai melaksanakan ibadah shalat Zuhur berjamaah, Sagara diminta untuk menemui guru Mada. Tidak banyak yang dikatakan laki-laki tua itu, dia hanya menyuruh Sagara untuk ikut jalan-jalan dengan Larasati. Kumbara tidak diikutsertakan karena guru Mada tahu, muridnya yang satu itu masih sangat marah pada Sagara. Perlu waktu untuk mendamaikan ketegangan di antara mereka berdua. Jadilah saat ini yang jalan-jalan mengelilingi desa dekat padepokan hanya Sagara dan Larasati.Tidak banyak percakapan yang terjalin di antara mereka, Larasati hanya membiarkan Sagara melihat kondisi desa yang dipenuhi oleh orang-orang yang bercecer hampir di sepanjang perjalanan. Mereka seperti sedang melakukan ritual yang entah dengan tujuan apa, Sagara tidak mengerti. Sebagian menyembah batu, pohon, bahkan ada yang melakukan persembahan pada langit dan matahari. Jelas itu pemandangan yang sangat tabu dan salah, bagaimana bisa ada orang yang menyembah sesuatu selain Tuhan? Sagara seperti kilas balik pada pelajaran
Magbasa pa
106| Portal Hutan Larangan
Seumur hidupnya, Sagara terbilang jarang melakukan olahraga berat. Namun di sini, pemuda itu ditempa untuk melakukan berbagai proses latihan yang luar biasa menguras tenaga. Niatnya yang sempat diremehkan Kumbara menjadi pemicu Sagara untuk berlatih lebih keras dari hari ke hari. Akan Sagara buktikan bahwa ia dilahirkan ke muka bumi ini bukan sekadar untuk menjadi pecundang yang mudah dirundung. Terhitung tujuh hari sudah berlalu sejak perbincangan dalam antara Sagara dan Larasati. Selama itu pula berbagai pelatihan dasar sudah Sagara dapatkan. Ia yang semula sama sekali tidak kuat latihan fisik dengan kumbara, kini mulai menunjukkan kemajuan yang bisa dibilang pesat. Kumbara terkejut tentu saja, dia sempat meragukan kesungguhan Sagara untuk mengemban misi ini. namun, ketika melihatnya sekarang, pandangan Kumbara sedikit berubah haluan. Ia mulai suka pada semangat anak remaja yang terperangkap dalam tubuh karibnya. Begitu menggebu-gebu, penuh ambisi, dan tekat yang sangat kuat. Setia
Magbasa pa
107| Uji Kehebatan Sagara
Sleb!Satu anak panah berhasil mendarat tepat sasaran, menancap kuat pada buah apel yang kini tergeletak mengenaskan di atas tanah beralas rumput kering.“Wahh ... hebat! Kau berhasil Gara, kecepatan dan ketepatan anak panahmu benar-benar sempurna,” seloroh Kumbara takjub dengan kemampuan memanah Sagara.Larasati menghampiri dua pria itu dengan senyum kepuasan, “Bagus Gara, keahlianmu memanahmu semakin matang. Sepertinya kau sudah siap untuk menghadapi tahap berikutnya.”Sagara mengernyit, “Tahapan apa lagi Larasati? Bukannya aku sudah menguasai ilmu memanah dan pedang sesuai dengan syarat awal? Itu artinya aku siap pergi ke hutan larangan sekarang.”“Ohooo ... tidak semudah itu kawan!” kata Kumbara sebelum Larasati menjelaskan, “Sebelum pergi ke hutan larangan dan menjalankan misi, kau harus menghadapi satu ujian lagi. Karena sekarang ilmu pedang, memanah, dan bertarungmu sudah mumpuni kini saatnya untukmu mengaplikasikan semua ilmu itu terlebih dahulu.”“Mengaplikasikan bagaimana ma
Magbasa pa
108| Lembah Sawer
Di kaki bukit Sawer terdapat sebuah danau yang tampak indah saat senja datang. Permukaan airnya yang tenang berkilauan tatkala sapuan sinar surya menerpa. Memantulkan cahaya keperakan yang bisa membuat siapa saja terkesima saat melihatnya. Ya, Bukit Sawer memang seindah itu saat siang hari. Menyihir setiap mata dan hati untuk diam di sana lebih lama dan menikmati nuansa negeri Kentamani yang damai. Bukit Sawer merupakan kawasan perbatasan antara kerajaan Ambarwangi dengan Kentamani.Gara sempat menyaksikan keindahan sempurna yang sesuai dengan apa yang Kumbara dan Larasati gambarkan padanya melalui cerita sepanjang perjalanan ke sana. Awalnya pemuda itu merasa bahwa perjalanannya tidak begitu buruk, dia benar-benar diajak ke tempat indah yang sebelumnya belum pernah Gara kunjungi—baik di dunia saat ini atau dunia sebelumnya.Sayangnya, ketakjuban itu tak berlangsung lama. Gara, Kumbara, dan Larasati tiba di bukit Sawer tepat ketika senja datang. Keindahan yang disaksikan hanya berlang
Magbasa pa
109| Serangan Bayangan Setan
Krekk ... krekk ...Suara ranting kering terinjak kian terdengar nyaring seiring dengan malam yang semakin larut. Suara jangkrik dan erangan hewan pengerat lain menemani langkah ketiga pemuda yang saat ini sudah tiba di pusat Lembah Sawer. Pepohonan menjulang mengelilingi tempat itu, semak belukar tersapu angin menimbulkan gemerisik yang sukses membuat Gara olahraga jantung sepanjang waktu.Pemuda itu semakin dilanda gusar usai mendengar cerita menyeramkan tentang Lembah Sawer ini beberapa saat lalu. Sejak tadi, matanya terus bergerak gelisah memperhatikan sekitar. Takut-takut ada hewan buas atau sosok menyeramkan yang tiba-tiba muncul untuk mencabik tubuhnya hingga menjadi beberapa bagian. Oh, membayangkannya saja Gara sudah ingin mengompol di celana.“Kita istirahat sebentar di sini, bagaimana kalian setuju?” usul Kumbara mulai lelah, kantuk sudah bergelayutan di matanya.Ini menjelang tengah malam, tampaknya waktu perjalanan mereka agak molor dari perkiraan awal.“Kita harus sudah
Magbasa pa
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status